Jumat 17 Apr 2015 16:47 WIB

Prostitusi Online Harus Jadi Fokus

Red:

DEPOK -- Ormas Nahdhatul Ulama (NU) Depok meminta pihak kepolisian untuk serius menangani prostitusi yang dipromosikan dunia maya. Prostitusi ini dinilai mengancam moralitas generasi muda.

Ketua Pengurus Cabang NU Kota Depok Raden Salamun menilai, munculnya prostitusi online melalui media sosial (medsos)  merupakan keprihatinan. Dengan kemajuan teknologi, masyarakat, diakuinya, tidak bisa lepas dari dunia maya sebagai sarana informasi dan hiburan.

Namun, bila medsos digunakan untuk sarana kejahatan, seperti prostitusi, judi, traficking, pornografi, bukan serta merta langsung dihapus. "Kalau ada kasus prostitusi menggunakan media sosial, Facebook, Twitter, atau lainnya harus ditindak. Akunnya harus diblokir. Ini membutuhkan kejelian, bukti, dan data yang akurat dari pihak kepolisian atau dalam mengungkap cyber crime," paparnya.

Dirinya meminta agar pihak kepolisian lebih perhatian dalam menangani kejahatan di dunia maya. Ia menilai, dengan adanya penghapusan atau pemblokiran situs yang berbau pornografi dan prostitusi akan semakin menyelamatkan generasi bangsa.

Memang, dalam pemanfaatan medsos bergantung dari mental penggunanya. Namun, negara memiliki kewajiban dalam melindungi warganya agar tidak terjerat dalam kasus prostitusi online, pornografi, dan kejahatan kriminal dalam dunia maya. Langkah ini juga harus mendapat dukungan dari masyarakat maupun organisasi massa.

Peran keluarga dinilainya sangat penting. Ia menambahkan, sebagai orang tua harus jeli dan waspada kepada anaknya dalam mengakses internet agar tidak terjerumus dalam hal yang negatif. Selanjutnya, peran negara dalam mewujudkan internet yang positif perlu mendapat dukungan.

Sementara itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengaku kesulitan memblokir akun medsos yang mempromosikan prostitusi. "Kalau dari perorangan susah. Yang kita address sekarang yang sifatnya kepada publik, misalkan, situs. Kan dikelola seseorang, organisasi ditujukan kepada publik," jelas Rudiantara.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, Kemenkominfo masih kesulitan untuk mendeteksi akun personal, seperti akun alter yang kerap mengunggah foto wanita seksi dalam medsos. Kendati demikian, Rudi mengatakan, akan membahas hal ini bersama dengan tim panel.

Pihaknya meminta kepada masyarakat untuk menginformasikan kepadanya akun medsos yang diduga digunakan untuk mempromosikan bisnis "esek-esek". Rudi pun menegaskan, penindakan secara hukum terkait akun-akun negatif tersebut hanya dapat dilakukan oleh aparat hukum.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Martinus Sitompul mengatakan, sampai saat ini polisi terus melakukan patroli siber. Patroli tersebut dilakukan oleh tim dari cyber crime dan satuan lainnya.

"Kita terus melakukan patroli siber guna memantau penyimpangan yang terjadi di media sosial atau lainnya," kata Martinus.

Untuk mengungkap kasus prostitusi online itu tidak semudah yang biasanya. Menurut dia, penyidik harus melakukan penyamaran dan memantau pergerakan para pelaku. Polisi tidak bisa begitu saja menangkap mereka yang menjajakan diri secara online. Sebabnya, banyak juga kasus profile mereka dibuat oleh orang lain.

Polisi tidak bisa langsung melacak ip address, tapi harus melalui penyamaran. Banyak juga akun palsu di medsos. Polisi juga pernah mengungkap orang di balik sebuah akun Facebook yang mempromosikan pekerja seks komersial.

Awasi kosan

Sementara itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berencana meninjau kosan yang ada di Jakarta. Hal ini untuk menindaklanjuti maraknya kosan yang dijadikan tempat prostitusi.

Wakil Gubernur DKI Djarot Syaiful Hidayat menyatakan, akan melakukan peninjauan langsung ke lapangan. "Kami akan datangi satu per satu, kami akan cek," kata Djarot di Balai Kota Jakarta, Kamis (16/4).

Ia berencana untuk meninjau karena belakangan ada tempat kos yang dijadikan tempat prostitusi. Djarot pun akan melakukan kerja sama dengan lingkungan setempat. Pihaknya akan mengumpulkan RT, RW, lurah, dan camat untuk mendata tempat-tempat yang diduga menjadi prostitusi.

Djarot mengatakan, tempat kos yang disalahgunakan juga disebabkan kontrol sosial yang lemah. Seharusnya, ada upaya aktif dari lingkungan setempat.

Wisma 15C di daerah Tebet Timur, tempat dibunuhnya Deudeuh Alfisahrin jarang mendapat teguran warga. Hal ini disampaikan Ibu Tarno, seorang warga yang juga berjualan tepat di depan wisma tersebut. Wanita yang sudah 25 tahun berjualan di depan wisma 15C itu mengatakan, selama ini belum pernah ada warga yang mengutarakan keresahannya.

"Aman-aman saja dari dulu. Tidak pernah ada warga yang menegur," ungkapnya kepada Republika, Kamis (16/4).

Alasannya, selama penghuni tersebut tidak mengganggu kehidupan warga, masyarakat setempat juga tidak merasa diresahkan. "Jadi, seperti lu-lu, gue-gue gitu," tambahnya.

Tarno juga menjelaskan, bangunan yang sekarang menjadi kosan ini mulai difungsikan untuk wisma sejak 1996. Awalnya, kata dia, bangunan tersebut digunakan agen minyak tanah.

Sejumlah penghuni kosan itu mulai mengemaskan barang. Mereka memutuskan untuk pindah setelah terjadinya pembunuhan terhadap Deudeuh. Salah satu penghuni kos, Aya (27), mengatakan, teman-teman lainnya memilih pindah dari kosan. Aya mengatakan, mereka pindah karena sering menemukan kejadian-kejadian aneh setelah tewasnya Deudeuh. "Sudah tiga orang pindah di deretan kamarnya Deudeuh," ujar Aya.

Teman-teman kosnya takut karena mengaku sering menemukan kejadian aneh, seperti ada suara yang mirip Deudeuh meminta maaf. Selain itu, ada juga yang diketuk pintu kamarnya malam-malam.

Delapan kamar deretan kamar kos Deudeuh juga sudah kosong. Hanya ada satu kamar yang masih dihuni. Tetapi, penghuninya tengah berada di luar kota.

Aya pun sedang mengemas barang-barangnya. Ia memutuskan untuk pindah dari tempat kos tersebut. rep: Rusdy Nurdiansyah, Dessy Suciati Saputri c20/c23/c11 ed: Erdy Nasrul

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement