Jumat 19 Dec 2014 13:55 WIB

Menyusuri 'Hyperloakmart' di Jembatan Item

Red:

Ratusan lapak-lapak berbagai ukuran berjejer tidak beraturan di sekitaran trotoar daerah Jembatan Item, Kelurahan Rawabunga, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur (Jaktim). Tempat tersebut dikenal sebagai pasar barang-barang bekas alias pasar barang loakan.

Berbagai jenis barang dijual oleh para pedagang kaki lima (PKL) di Jembatan Item itu. Dagangannya mulai dari sepatu, telepon genggam, perkakas elektronik, batu akik, hingga barang-barang antik. Beragam barang yang dijual itu seperti gambaran aneka produk yang dijual di supermarket dan hypermarket. Karena barangnya adalah barang bekas, bisa disebutkan pasar loak di Jembatan Item sebagai "Hyperloakmart".

Para pedagang berjualan di sana setiap hari. Pada hari-hari biasa, para pengendara banyak melalui pasar ini. Untuk para pembeli, tak banyak para pengunjung yang mampir di pasar loak tersebut. Namun, beda lagi dengan akhir pekan, pada Sabtu dan Ahad. Di sana, bisa disebutkan menjadi pasar yang benar-benar ramai pengunjung.

Mereka yang berjualan di sana biasanya mencampur barang dagangannya dengan berbagai macam jenis. Namun, ada juga yang mengkhususkan menjual barang tertentu saja, misalkan kaset lama, piringan hitam, barang-barang antik, keramik tua, batu akik, koin dan uang lama, dan lain-lain.

Bicara kualitasnya, semua itu tergantung pada kepintaran, kejelian, dan keberuntungan pembelinya. Tapi, harga barang yang ditawarkan sudah tentu jauh lebih murah dibandingkan toko khusus barang antik.

Burhan (48 tahun), salah satu pedagang di sana, mengatakan, pedagang di Jembatan Item mayoritas adalah pindahan dari pasar loak jalanan yang ada di Jalan Jenderal Urip Sumoharjo, Jaktim. Sejak pasar loak di sana dibersihkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, para pedagang di Jalan Jenderal Urip hijrah ke Jembatan Item.

"Dulu juga sama, ngejual barang bekas. Tapi, pedagangnya belum sebanyak sekarang ini di Jembatan Item," kata Burhan, saat ditemui di Jembatan Item, beberapa waktu yang lalu.

Saat berbincang dengan Republika, Burhan mengatakan, barang-barang yang dijualnya di Jembatan Item berbagai jenis. Kualitasnya bergantung kondisi barang tersebut. "Kalau masih bagus, ya kita berani jual dengan harga tinggi," ujar Burhan. Kalau kualitasnya rendah, dia tentu menjualnya dengan harga yang pantas.

Selain masalah kondisi, kelangkaan barang juga menjadi faktor penentu melambungnya harga jual. "Kalau yang dicari semakin langka, kita bisa jualnya juga mahal tuh barang," imbuh Burhan.

Dia mengaku, pernah menjual jam dinding seharga Rp 450 ribu. Jam tersebut, kata Burhan, tergolong barang yang antik. "Bikinan Swiss tahun 1960," kata pria asli Betawi ini.

Soal asal barang-barang yang dijualnya, dia mengaku, mendapatkannya dari berbagai tempat. Cara mendapatkannya pun bisa macam-macam. "Ada yang barter, ada yang dari ngejual barang lain, bahkan ada dari calo barang bekas," kata pria itu.

Selama ini, Pasar Jembatan Item tidak pernah sepi pengunjung. Salah satu pembeli, Ardi (42), mengaku, mendapat kepuasan tersendiri ketika plesiran ke Jembatan Item. "Saya tadi beli blender. Selain harganya lebih murah, kondisi barang juga rata-rata masih bagus. Yah, pinter-pinter milih dan nawar aja kalau di sini." n mg45 ed: karta raharja ucu

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement