Kamis 27 Nov 2014 14:00 WIB

'Pendidikan Kita Bernuansa Kekerasan'

Red:

Seorang anak butuh pengakuan, kata pemerhati anak, Seto Mulyadi. Karena itu, menurut Seto, jika anak tidak mendapatkan pengakuan dari lingkungan sekitar, ia bakal melampiaskan dengan berbagai perilaku menyimpang, seperti narkoba, seks bebas, tawuran, bullying, hingga membentuk geng motor.

Menurut pria yang akrab disapa Kak Seto ini, fenomena geng motor yang berisi anak-anak usia sekolah tidak lepas dari kesalahan sistem pendidikan. Baik pendidikan di dalam rumah maupun pendidikan formal di sekolah.

Ia menyebut pendidikan yang penuh nuansa kekerasan akan membuat anak menjadi agresif dan frustrasi. Sehingga, anak melampiaskan dengan cara negatif. Menurutnya, fenomena tersebut terjadi karena anak butuh pengakuan. Anak yang tidak diakui di sekolah akan mencari tempat agar bisa diakui, termasuk dalam hal atau perilaku menyimpang.

"Dengan kebut-kebutan, mereka merasa diakui, pengakuan ini yang tidak diperoleh melalui berbagai prestasi di sekolah," katanya saat ditemui Republika, Senin (24/11) .

Seto pun berpendapat bahwa sistem pendidikan yang ada masih kurang tepat. "Seperti mau ujian nasional (UN) ada polisi, seharusnya pendidikan harus ramah anak, bukan malah menegangkan," katanya.

Seto menilai bahwa hal tersebut hanya membuat anak jadi frustrasi. Dampaknya, lahir perilaku menyimpang pada anak atau remaja. "Kalau kita tidak mau memperbaiki ini, marilah terus kita panen berita semacam ini," ucapnya.

Lebih jauh, ia menyebut, hukuman yang tepat bagi anak yang berperilaku menyimpang bukan penjara, melainkan hukuman yang edukatif. Menurutnya, penjara hanya akan membuat anak menjadi lebih kriminal. Ia pun berpesan kepada Menteri Pendidikan harus mau mengunjungi sekolah-sekolah untuk mendengar keluhan dari murid dan guru serta dapat melihat langsung penyebab kesalahan sistem pendidikan.

"Menteri pendidikan harus mau blusukan ke sekolah-sekolah, mendengar suara murid, suara guru, dan apa yang salah," ujarnya.

Pendapat senada disampaikan Komisioner Bidang Pendidikan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Ketua Divisi Sosialisasi KPAI Susanto. Menurutnya, hukuman penjara bagi anggota geng motor bukan solusi yang tepat.

"Paradigma penanganan anak yang berhadapan dengan hukum sekarang sudah bergeser, dari paradigma pembalasan ke paradigma pemulihan," ucapnya. 

Ia menyebut fenomena geng motor sudah dalam tahap mengkhawatirkan. Menurut Susanto, faktor penyebab timbulnya geng motor beragam, mulai dari ikut-ikutan, perintah senior, hingga dukungan dari lingkungan keluarga ataupun sekolah. Serta, kurangnya pencegahan dari pihak yang terkait. "Pemda punya peran penting dalam mencegah fenomena geng motor," katanya.

Susanto berpendapat banyak faktor yang harus dibenahi, seperti pola pengasuhan yang cenderung kepada perlindungan anak. Menurutnya, pola pengasuhan yang tepat adalah tidak terlalu ketat, tapi juga tidak terlampau terbuka. Orang tua maupun pendidik juga harus menghargai pandangan anak. n c06 ed: karta raharja ucu

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement