Selasa 21 Oct 2014 15:00 WIB

Balai Kirti Tuai Protes di Bogor

Red:

BOGOR -- Bangunan baru seluas 5.865 meter persegi di tengah-tengah kompleks Istana Kepresidenan Bogor menuai pro dan kontra. Balai Kirti yang didesain dengan aksen modern dibangun di tengah kawasan cagar budaya sehingga dinilai merusak nilai estetika situs tersebut.

Bangunan itu ditujukan untuk gedung museum kepresidenan yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Sabtu (18/10), beberapa hari sebelum dia lengser dari jabatannya. Pada saat peresmian, turut hadir keluarga dari presiden masa sebelumnya, mulai dari Sukarno hingga keluarga SBY sendiri.

Berdirinya bangunan di tengah cagar budaya istana di Bogor ini menuai protes walaupun ada pula yang mendukungnya. Pemerhati cagar budaya Bogor Rahmat Iskandar dalam pemberitaan di media massa sebelumnya menilai bahwa keberadaan bangunan modern di tengah kompleks cagar budaya merusak nilai estetika.

Kepala Sub Bagian Rumah Tangga dan Protokol Istana Kepresidenan Bogor Endang Sumitra mengakui, adanya sejumlah pihak yang tidak setuju dengan pembangunan Balai Kirti ini. Dia menegaskan bahwa pemilihan gaya bangunan itu dilakukan langsung oleh Susilo Bambang Yudhoyono saat pelaksanaan rencana pembangunan Balai Kirti itu pada 2013. "Ya, hak warga negara untuk berkomentar. Tapi, kalau saya sih enggak masalah," ujar Endang.

Dikatakannya, secara pribadi, Endang berpendapat, bangunan bergaya modern itu bukan untuk merusak cagar budaya lainnya yang ada di Istana Kepresidenan Bogor. Menurutnya, bangunan modern itu dipilih, salah satu alasannya adalah untuk menarik perhatian anak-anak muda agar mau berkunjung ke Museum Kepresidenan di Kompleks Istana Bogor.

"Anak sekarang kan tahunya cuma mal. Kalau kayak gini kan mereka jadi lebih tertarik ke museum. Ada nilai prestisiusnya juga di dalamnya," kata Endang.

Fasilitas yang lengkap disertai dengan sistem teknologi yang canggih, diakui Endang, sebagai terobosan baru dalam konsep permuseuman yang diterapkan di Balai Kirti. Terlebih lagi, penilaian umum tentang museum adalah bangunan yang identik dengan suasana yang angker dan seram. Karena itulah, kata dia, Balai Kirti dibangun dengan konsep yang lebih ramah terhadap pengunjung.

Belum dibuka ke publik

Meski Balai Kirti sudah diresmikan oleh presiden kelima Indonesia, pihak Istana Kepresidenan Bogor belum dapat membuka museum kepresidenan ini untuk dikunjungi publik. Menurut Endang, pihaknya masih belum dapat memastikan waktu pembukaan untuk umum itu. "Kita masih berkoordinasi," ujarnya.

Disebutkannya, ada beberapa faktor Balai Kirti belum dapat dibuka untuk umum. Pertama, kata dia, belum adanya kesepakatan antarkementerian terkait penanggung jawab dari Balai Kirti. Kementerian yang terlibat atas Balai Kirti ini adalah Kementeran Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Pekerjaan Umum (Kemen-PU), Perpustakaan Nasional, dan Sekretariat Negara.

Alasan keduanya, lanjutnya, adalah karena konten materi yang akan disajikan di dalam museum masih belum sempurna. Kata Endang, isi museum kepresidenan baru mencapai 90 persen. Sedangkan alasan ketiganya, aturan operasional Balai Kirti masih belum ditentukan. "Kita juga butuh protap yang jelas," kata dia.

Gedung Balai Kirti terdiri dari tiga lantai, yaitu lantai dasar untuk area parkir, lantai satu ruang audio visual, serta lantai dua sebagai museum dan perpustakaan. Dengan gaya modern Balai Kirti didesain dengan bentuk persegi dan dikelilingi kaca. Di dalamnya dilengkapi berbagai teknologi canggih, seperti LCD touch screen serta interior gaya modern minimalis.

Bangunan itu dijadikan fasilitas untuk menyimpan dan memamerkan benda-benda terkait dengan perjalanan sejarah (Hall of Fame) para pemimpin bangsa Indonesia. Tujuannya dibangun museum itu adalah untuk meningkatkan pemahaman para pengunjung, khususnya tamu negara atau pemerintahan, serta masyarakat terhadap nilai-nilai perjuangan dan kesejarahan dari para pemimpin bangsa ini. n c15/c06 ed: dewi mardiani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement