Kamis 22 May 2014 13:12 WIB

Sampah-Sampah Cantik di Waduk Pluit

Red:

Waduk Pluit dulu terkenal karena kumuhnya. Di banyak sisi, limbah menggunung, dilingkungi rumah-rumah bedeng yang semrawut. Tapi, itu kesan dahulu. Sejak dilakukan revitalisasi, wajah Waduk Pluit berangsur-angsur berubah.

Di sisi barat, 10 hektare bibir waduk kini telah disulap menjadi taman urban yang asri. Di taman itu, akhir pekan lalu diselenggarakan acara bertema lingkungan.

Kegiatan bernama Trashtory itu merupakan festival seni yang dipadukan dengan kampanye tentang pengurangan limbah dan kreativitas daur ulang sampah. Sejumlah karya seni dari sampah dipamerkan, di antaranya dua buah lampion cantik dari botol plastik bekas karya seniman Bob Novandy.

Oleh sang pekarya, botol-botol plastik bekas minuman itu disobek bergurat-gurat lantas dianyam sedemikian rupa hingga menjadi artistik. Lampion lalu digantung pada instalasi serupa kerangka tenda yang juga dibuat dari sambungan botol-botol plastik dengan galon-galon bekas berisi air menjadi pemancangnya.

Berbagai komunitas lingkungan berpartisipasi mengisi tenda-tenda stan yang disiapkan panitia. Salah satu tamu undangan yang mengisi stan adalah Syukron, seniman daur ulang koran bekas. Dari koran-koran lama yang tak banyak dihiraukan orang itu, Syukron membuat berbagai hiasan.

Dari lintingan-lintingan kecil koran seukuran sedotan, Syukron mengimitasi berbagai bentuk, dari mulai becak hingga kereta kencana. Setelah diberi warna, utamanya warna emas dan hitam, lintingan koran menjadi benda seni yang cantik untuk dipajang. Sang seniman, dengan senang hati mengajarkan kepada para pengunjung cara membuat kreasi dari koran bekas seperti yang dia lakukan.

Acara yang digelar komunitas Green Smile itu konon merupakan agenda besar pertama yang diadakan di Taman Waduk Pluit, sejak fasilitas tersebut diresmikan 17 Agustus tahun lalu. Melalui rilisnya, panitia menjelaskan bahwa Trashtory merupakan bagian dari acara Jakarta River Fest, yakni rangkaian kampanye penyadaran soal pentingnya menjaga kebersihan Sungai Ciliwung.

Selain Trashtory, mata agenda yang telah dilakukan salah satunya adalah Grebeg Pasar, kampanye pemakaian kantung pakai ulang di tengah-tengah pasar. Gerakan menghindari kantung plastik sepertinya menjadi pesan yang secara khusus ditekankan dalam acara tersebut.

Komunitas Diet Kantung Plastik, salah satu kelompok yang terlibat dalam acara tersebut, menjelaskan gerakan menghindari kantung plastik sudah menjadi urgensi yang musti dibudayakan. Pasalnya, menurut mereka, butuh waktu lebih dari seratus tahun agar limbah plastik bisa terurai dengan tanah.

Komunitas asal Kota Bandung itu menyampaikan, salah satu langkah praktis untuk proaktif terhadap gerakan menghindari limbah plastik adalah dengan cara menghindari pemakaian kantung plastik.

Sebagai gantinya, mereka menawarkan kantung yang bisa dipakai ulang. Di stan mereka, sejumlah muda-mudi mengajarkan kepada para pengunjung membuat kantung dari kaos bekas.

Kantung itu dibuat begitu praktis, dengan cara menggunting agak dalam bagian tangan dan leher sehingga membentuk tali penjinjing tas. Setelah itu, bagian bawah digunting bergaris-garis, lalu diikatkan menjadi simpul-simpul. “Praktis, kan? Nggak perlu dijahit,” ujar karunia, salah seorang dari mereka.

Tak hanya muda-mudi kampus, terlihat wajah-wajah penduduk sekitar memadati lokasi kegiatan. Ibu-ibu dan anak-anak terlihat begitu antusias. Menjelang malam, suasana semakin meriah dengan penampilan sejumlah bintang tamu, di antaranya komika Babe Cabita dan musisi Sandi Sondoro. n c54 ed: dewi mardiani

sumber : http://pusatdata.republika.co.id/detail.asp?id=737600
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement