Jumat 20 Mar 2015 14:00 WIB

Tahan Dulu Beli Barang Elektronik

Red:

Masyarakat, untuk sementara waktu, diminta menahan hasrat untuk berbelanja barang-barang elektronik. Pasalnya, dengan kondisi rupiah yang terpuruk terhadap dolar AS, menyebabkan naiknya harga-harga produk elektronik.

Saat ini hampir di semua kota mengalami kenaikan harga barang elektronik. Di Makassar, misalnya, menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sulawesi Selatan, Latunreng, kenaikan bisa mencapai 10-20 persen. Hal ini karena kondisi rupiah yang terus mengalami kekalahan atas dolar AS.

"Di Indonesia, elektronik apa yang bukan dari luar negeri, elektronik apa yang tidak diimpor. Semuanya itu impor dan inilah dampaknya ketika nilai rupiah melemah," ujarnya.

Kenaikan harga tersebut akan memengaruhi minat beli masyarakat. "Kalau bicara kerugian, jelas akan memengaruhi sektor impor kita. Utamanya dalam hal barang elektronik," kata Latunreng memaparkan, seperti dikutip Antara.

Meski begitu, lanjut Latunreng, pelemahan nilai tukar rupiah tersebut belum berdampak pada pertumbuhan ekonomi, khususnya di kawasan Indonesia Timur, utamanya di Sulsel.

Sementara itu, Erni, salah seorang karyawan LG Electronics di toko elektronik di Makassar mengatakan, naik dan turunnya harga barang elektronik memang diikuti nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Misalnya saja barang elektronik jenis mesin cuci merek LG. Erni menyebutkan, dibandingkan tiga bulan lalu, harga mesin cuci rata-rata melonjak dikisaran 10 hingga 20 persen.

Kalau tiga bulan lalu harga mesin cuci dengan kapasitas tujuh kilogram hanya berkisar Rp 2,3 juta, kini naik hingga Rp 2,5 juta lebih. Sama halnya dengan mesin cuci berkapasitas delapan kilogram yang naik menjadi Rp 2,85 juta per unit. "Memang semua jenis mesin cuci mengalami kenaikan harga. Itu karena nilai tukar rupiah yang terus melemah," jelasnya

Tak hanya itu, National Sales GM PT Sharp Electronic Indonesia, Andry Adi Utomo, mengungkapkan, melorotnya nilai tukar rupiah sangat berpengaruh terhadap harga barang-barang elektronik. Akibatnya, kenaikan harga melonjak 30-35 persen pada hampir seluruh jenis produk. "Rata-rata kenaikan jika dibanding harga tahun lalu itu mencapai 30-35 persen. Malahan ada juga yang lebih," ujarnya.

Meski begitu, Andry memaparkan, kenaikan nilai tukar dolar AS yang mencapai Rp 13.300 sudah diprediksi sejak awal tahun. Sehingga, langkah antisipasi pun telah mereka persiapkan sejak dini.

Menurut Andry, Sharp mengambil langkah untuk menaikkan harga secara bertahap. "Awal tahun kita sudah menaikkan harga tiga persen. Kemudian, April dinaikkan lagi sekitar tiga sampai lima persen," katanya. Kenaikan tersebut, tak lepas dari sebagian besar komponen Sharp yang masih diimpor dari luar negeri. Menurutnya, sekitar 60 persen komponen produk masih mengandalkan produk impor.

Meski nantinya rupiah kembali menguat, Andry menjelaskan, pihaknya tidak serta merta bisa kembali menurunkan harga produknya. Proses penurunan harga, lanjut dia, bisa dilakukan beberapa bulan setelah penurunan nilai dolar AS.

Hal itu tak lepas dari Sharp yang biasa berbelanja untuk tiga bulan ke depan. "Karena kita kan nyetok barang untuk tiga bulan ke depan, jadi penurunan pun kemungkinan bisa dilakukan setelah tiga bulan itu," katanya menerangkan.

Daya beli menurun

Andry menambahkan, kenaikan harga tersebut juga berdampak pada penurunan daya beli masyarakat. Jika dibanding tahun lalu, penurunan daya beli konsumen yang dialami Sharp mencapai hingga 30 persen.

Menurutnya, melemahnya nilai tukar rupiah yang berpengaruh pada harga kebutuhan pokok menjadi penyebab turunnya daya beli konsumen.

Akibat melemahnya daya beli itu, penjualan Sharp mengalami pelambatan. Februari lalu merupakan puncak dari penurunan pendapatannya.

Meski sudah disiasati dengan menekan biaya promosi, operasional, dan marketing, pendapatan perusahaan masih belum membaik. "Malah bisa dikatakan kita merugi," katanya menambahkan.

Ia tidak memungkiri jika situasi ini berlanjut akan berbuntut pada pengurangan karyawan. Tetapi, pihaknya masih harus melihat kondisinya hingga pertengahan tahun.

Hal ini berkaitan pula dengan naiknya upah minimum di awal tahun 2105. "Gaji karyawan naiknya kemarin itu besar juga. Daripada kita merugi terus, ya, ada kemungkinan kita pangkas," ujarnya.

Dari semua jenis produk Sharp, menurut Andry, yang mengalami kenaikan harga paling besar yakni produk-produk yang diimpor dalam bentuk utuh, seperti lemari es (kulkas) berukuran besar. "Yang paling signifikan kenaikannya, yakni TV LED 40 inci ke atas," ujarnya.n c93 ed:khoirul azwar

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement