Selasa 19 Apr 2016 15:00 WIB

Strategi Menyalip Sang Raksasa

Red:

Cara terbaik untuk memahami Alibaba adalah membayangkan layanan Amazon.com, eBay, dan PayPal dalam satu atap. Tentu dengan karakteristik unik Cina. Tidak seperti Amazon, yang membeli barang dari pema sok dan menjualnya kepada pelanggan, Alibaba hanya ber tindak sebagai perantara; menghubungkan pembeli dan pen jual serta menfasilitasi transaksi di antara mereka. Na mun juga bukan merupakan perusahaan lelang dengan mengambil peran sebagai calo, seperti yang dilakukan oleh eBay.

Taobao, situs terbesar Alibaba, bak pasar online raksasa di Cina, dengan sekitar 760 juta produk dari 7 juta penjual. Pedagang tidak membayar untuk menjual produknya di Taobao dan asal tahu, model gratisan begini adalah salah satu daya tarik Alibaba sejak awal pendiriannya di Cina. Para pedagang hanya membayar untuk iklan dan layanan lainnya yang memungkinkan mereka lebih dilihat oleh calon pembelinya. Mirip iklan di Google, iklan dari pedagang akan muncul ketika pembeli melakukan pencarian barang yang diinginkannya di Taobao.

Sementara Taobao lebih mengakomodasi pedagang kecil, Tmall, situs belanja Alibaba lainnya, dirancang untuk pedagang besar, termasuk beberapa merek terkenal seperti Nike dan Gap. Awal tahun ini, Apple Inc membuka toko juga di Tmall. Tidak seperti Taobao, Tmall, yang memiliki sekitar 70 ribu pedagang, mewajibkan biaya pada masingmasing penjual, yang meliputi biaya tahunan dan biaya komisi pada setiap transaksi.

Jauh sebelum berekspansi ke luar negeri, Alibaba lebih dulu moncer di Cina. Hampir separo dari distribusi paket di Cina bersetempel Taobao dan Tmall. Pada tahun 2012, volume transaksi gabungan dari Taobao dan Tmall mencapai satu triliun yuan (atau 162 miliar dolar AS), lebih besar dari total gabungan penjualan Amazon dan eBay di tahun yang sama.

Memang, pendapatan Alibaba lebih kecil dari Amazon karena tidak benar-benar menjual produk sendiri di situsnya. Tetapi perusahaan ini jauh lebih menguntungkan. Dalam tiga bulan hingga September tahun lalu, pendapatan Alibaba naik 51 persen menjadi 1,78 miliar dolar AS dari tahun sebelumnya. Laba bersih mencapai 792 ribu dolar AS. Pada kuartal yang sama, Amazon membukukan kerugian sebesar 41 juta dolar AS dari pendapatan yang berhasil diraupnya sejumlah 1,7 miliar dolar AS.

Strategi Alibaba memang tergolong cerdik. Ketimbang bersaing head-to-head dengan Amazon yang merupakan raksasa e-commerce saat itu, Alibaba memilih cara berbeda. Perusahaan ini menggunakan teknik berteman dengan para kompetitor Amazon.

Alibaba mendekati beberapa pesaing Amazon dengan menawarkan cara untuk menjual barang dagangan mereka di Cina. Sembari mengulurkan tangan pada mereka, Alibaba belajar tentang bagaimana menggeber bisnis online di AS. Reuters merilis daftar pengecer dan merek yang bekerja sama dengan Alibaba. Nama-nama itu termasuk Neiman Marcus Group, Saks, Macy, Bloomingdale, Ann Taylor, Gilt Groupe, dan Aeropostale. Alibaba juga bekerja sama dengan Borderfree, perusahaan jasa ritel, dan Shoprunner, sebuah perusahaan yang bersaing dengan Amazon Prime (yang kini sebagian sahamnya dimiliki oleh Alibaba).

Hari ini, jumlah barang AS yang dijual kepada konsumen Cina secara signifikan bertumbuh. Penjualan diperkirakan akan meningkat menjadi 291 miliar dolar AS pada tahun 2020; inilah yang membuat kemitraan menjadi lebih menarik untuk pengecer AS.

Sering disebut-sebut sebagai pengecer online terbesar di dunia, Amazon tak selincah Alibaba dalam bergerak. Mengapa? Pertama dan terpenting, perusahaan ini menjual barang secara langsung. Perlu gudang yang besar dan manajemen yang cermat untuk melayani keinginan konsumen, karena umumnya, me reka yang berbelanja secara online bertujuan untuk mencari produk yang lebih murah, selalu tersedia, dan cepat dalam pengiriman.

Amazon menyiasatinya dengan menyediakan platform bagi pengecer lain untuk menjual produk kepada pembeli. Namun produk yang dijual melalui pengecer mitra Amazon seringkali itemnya kurang atau harganya lebih tinggi. Di sisi lain, tak ada komisi yang masuk ke kantong Amazon. Bandingkan dengan Alibaba yang mengambil peran hanya sebagai perantara saja.

Dengan perannya ini, Alibaba lincah berge rak, termasuk memperluas pangsa pasar. Jika tahun lalu penjualan internasional Amazon meningkat sekitar 3 persen, Alibaba meningkat lebih dari enam kalinya. Inilah yang membuat banyak pengamat meramal Alibaba bakal melibas Amazon, apalagi jika raksasa e-commerce asal AS ini tidak berbenah. Gambaran ke arah itu sudah terlihat. Alibaba berencana untuk membangun Tmall global dengan merangkul kalang an bisnis AS. Sasarannya, apalagi kalau bukan untuk menyo dok Amazon di negaranya. "Kita akan dan harus benarbenar mengglobal," kata Daniel Zhang, kepala eksekutif Alibaba tak lama setelah dilantik Mei tahun lalu. "Kita akan mengatur tim global dan mengadopsi pemikiran global untuk mengelola bisnis dan mencapai tujuan itu."

Sementara bagi Amazon, bertahun-tahun mereka berjuang menjangkau pasar Cina yang besar dan tak kunjung tercapai. Selain membuka toko online sendiri di Cina, Maret lalu mereka juga membuka sebuah toko online di platform milik Alibaba, Tmall.Namun pang sa pasar mereka di Negeri Tirai Bambu sangat kecil.

"Pasar e-commerce Cina sangat rumit dibandingkan dengan Amerika Serikat," kata Wenbin Qiu, kepala eksekutif perusahaan e-commerce Cina, Baozun. Pasar yang berkembang dengan cepat membutuhkan strategi yang fleksibel dan dapat bergerak dengan sangat cepat, katanya.

Qiu mengatakan ia tidak khawatir tentang ancaman kompetitif dari Amazon di Cina, karena banyak perusahaan asing memiliki kekurangan fleksibilitas dan kecepatan ini. Meski penjualan internasional Amazon mencapai 36 persen dari total pendapatan perusahaan, tapi aliran dolar dari Cina tak selancar negara lainnya, kendati pasar di negara ini besar.

Sebaliknya di pasar AS, Alibaba justru berkibar. Bukti menunjukkan resistensi terhadap Alibaba di pasar AS sangat sedikit. Regulator dan konsumen di AS juga lebih ramah daripada Cina terhadap perusahaan asing.

Tetapi lagi-lagi keuntungan Alibaba dalam me nakluk kan AS adalah model bisnisnya. Tidak seperti Amazon, Tmall tidak perlu repot-repot membangun pusat distribusi besar untuk menyimpan persediaan barang dagangan. "Ada biaya yang rendah dalam ekosistem Alibaba," kata Scot Wingo, CEO perusahaan perangkat lunak e-commerce Channel Advisor(ECOM).

Rencana ekspansi yang agresif membuat Alibaba melakukan investasi besar-besaran di berbagai perusahaan di AS. Pada bulan Oktober 2013, Alibaba menggandeng Michael Zeisser, yang selama satu dekade sebelumnya memimpin media digital dan strategi perdagangan online Liberty Media. Investasi awal mereka termasuk 202 juta dolar AS untuk saham di ShopRunner, pesaing Amazon yang menjual produk-produk dari ribuan merek.

Alibaba juga mengambil saham Fanatics, peritel online khusus keperluan olar raga, senilai 170 juta dolar AS. Belum lagi investasi kecil-kecilan senilai 'hanya' 120 juta dolar AS pada pengembang mobile game Kabam dan Quixey, pengembang pencarian mobile.

Aroma head to head dengan Amazon santer tercium. Tahun lalu, Alibaba mendirikan kantor di dekat Amazon di Seattle, dan pada bulan Maret, Alibaba mengumumkan bah wa mereka segera mengoperasikan pusat data cloudcomputing di Silicon Valley. Ini akan dijalankan oleh Aliyun, yang bersaing dengan operasi cloud Amazon, Amazon Web Services.

Alibaba juga memiliki dan mengoperasikan 11Main, ritel e-commerce untuk barang unik dan kerajinan. Dan pada bulan April, Alibaba mengumumkan pembelian 9 persen saham Zulily, sebuah situs e-commerce yang men jual produk untuk kaum wanita dan anak-anak, termasuk pakaian, sepatu, dekorasi rumah, mainan, dan hadiah.

Dengan berbagai langkah ini, Alibaba berdalih strateginya ini demi membidik dua hal sekaligus, yaitu meng hubungkan pengecer luar negeri dengan konsumen Cina, dan menghubungkan pemasok Cina ke pasar ritel internasional. "Jika Alibaba tidak membawa model bisnis Cina ke AS, ada kemungkinan tinggi mereka akan diganggu pemain lama," kata Wingo. "Sementara dengan berinvestasi, mereka belajar banyak tentang konsumen AS." Inilah yang disebut Wingo sebagai gaya khas Jack Ma: sekali meraih dayung, dua-tiga pulau terlampaui.  Oleh Siwi Tri Puji B

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement