Selasa 09 Feb 2016 18:00 WIB

Kuda Perang Pengawal Negara

Red:

 

Oleh Selamat Ginting

 

"Jangan kaku, komandan.  Ada teknik up-down. Kapan tubuh naik dan turun. Dua kaki mendepak tubuh kuda supaya kuda berjalan," kata instruktur saat mengajari  penulis  belajar berkuda di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud), Pussenkav, Kodiklat TNI AD di Parongpong, Bandung, Selasa (25/1) lalu.

Kuda dengan identitas Masurai P.99-06; warna jragem; tinggi 154; berat 405,2; lahir di Parongpong, 04-09-1999, yang ditunggangi menjadi saksi ternyata tidak mudah belajar berkuda dalam waktu sekitar satu jam.

Instruktur mengajarkan teknik memegang tali dengan tangan kiri, kemudian cara menaiki kuda.  Juga posisi tubuh dan kaki serta cara memegang tali kuda yang benar.  Walau hanya sekitar satu jam berlatih di ruang tertutup, dengkul terasa sakit dan keringat tubuh pun mengucur.

"Tidak mudah kan," kata Komandan Pussenkav, Brigjen Anang Dwitono, sambil tertawa. Ia didampingi Komandan Denkavkud, Mayor (Kavaleri) Solikhin.

Kuda termasuk alat utama sistem senjata (alutsista) Kavaleri. Salah satu keahlian yang harus dikuasai personel kavaleri adalah menunggang kuda. Diperlukan waktu antara dua minggu hingga satu bulan untuk belajar berkuda dan mendapatkan brevet menunggang kuda kavaleri.  Kecuali tentu saja yang mendapatkan brevet kehormatan.

Brevet kehormatan menunggang kuda pada pekan ketiga Desember 2015 lalu diberikan oleh Komandan Pussenkav kepada Kepala Staf Angkatan Darat Brunei Darunei Darussalam, Brigjen Pengiran Datuk Sri Pahlawan Aminan, dan rombongan setelah  melaksanakan ketangkasan berkuda.

Kegiatan itu, antara lain, disaksikan langsung oleh Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, Letjen Erwin Syafitri, Komandan Kodiklat TNI AD, Letjen Agus Sutomon Panglima Kodam Siliwangi, Mayjen Hadi Prasojo.

Ya, Denkavkud merupakan satuan operasional di bawah Pussenkav dengan tugas pokok melaksanakan operasi, khususnya patroli pengamanan yang tidak dibatasi oleh jaring jalan.

Menurut Mayor Solikhin, satuannya juga bertugas menyelenggarakan pembinaan dan pendidikan kuda militer dan personel, menyiapkan satuan Kavaleri Berkuda untuk Kodam-Kodam, menyelenggarakan peternakan kuda, serta menyelenggarakan tugas-tugas protokoler dan pengembangan olahraga berkuda nasional.

Embrio detasemen ini, lanjut Solikhin, dimulai  sejak adanya kuda-kuda  hasil rampasan selama perang kemerdekaan pada akhir Desember 1949 dan awal 1950 di Pulau Jawa.  Sebanyak 20 ekor  kuda  diserahkan bekas tentara KNIL yang ahli merawat serta mendidik kuda kepada Kavaleri AD pada saat itu.

Bermodalkan 20 ekor kuda,  Komandan Pusat Kavaleri saat itu, Letkol KGPH Soerjo Soejarso, mengusulkan kepada KSAD membentuk satu Eskadron Kavaleri Berkuda di samping Pasukan Kavaleri Mekanis yang telah ada sebagai bagian dari kesenjataan Kavaleri AD.

Satuan ini pernah terlibat dalam operasi panumpasan pemberontakan di daerah-daerah, antara lain DI/TII di Jawa Barat, G.30S 1965 di Jawa Barat, Magelang Jawa Tengah, dan Jakarta.  Termasuk pengamanan Dekrit Presiden 1959 serta pengamanan Istana Negara. Pada 1975- 1977, satuan Kavaleri Barkuda dilibatkan dalam operasi ke Timor Timur untuk membantu satuan-satuan Infanteri .

Tercatat juga pengamanan Asian Games 1962 di Jakarta, pengamanan kunjungan Presiden AS Richard Nixon di Jakarta 1969,  pengamanan sejumlah Pekan Olahraga Nasional, serta beberapa kali sebagai pembawa panji Hari TNI dan pataka Hari Juang Kartika. Terakhir sebagai pasukan pembawa bendera negara-negara peserta Konferensi Asia Afrika 2015 lalu.

Personel Denkavkud pun beberapa kali meraih prestasi nasional dan internasional, seperti PON, SEA Games, kejuaraan internasional berkuda, serta peserta Asian Games 2006 di Doha, Qatar.  Mereka dididik menjadi prajurit yang memiliki kemampuan, kekuatan, dan keperkasaan serta daya gerak yang tinggi. Sehingga memiliki ketangguhan dan keandalan dalam melaksanakan tugas sambil menunggang kuda. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement