Jumat 05 Feb 2016 17:00 WIB

Jepang vs Cina

Red:

 

Oleh Rakhmat Hadi Sucipto

 

Dua negara paling kuat di kawasan Asia, yaitu Cina dan Jepang, sudah lama bersaing agar bisa mendapatkan proyek di Indonesia. Kompetisi keduanya makin kentara pada tahun-tahun terakhir ini. Persaingan tersebut tentu menjadi sinyal sangat menggembirakan bagi Indonesia yang sedang menggenjot banyak proyek infrastruktur. Bagi, Indonesia pilihan yang makin banyak membuka peluang terjaminnya kuantitas dan kualitas proyek.

Indonesia sangat memahami perbedaan karakter investor Cina dengan Jepang. Sejak dulu investor, perusahaan, dan para ahli Jepang terkenal pelit mentransfer pengetahuan pada tenaga lokal. Mereka bahkan cenderung merendahkan kemampuan orang-orang Indonesia. Tapi, dalam soal investasi, hubungan Jepang dengan Indonesia sudah telanjur akrab. Jepang sudah menjalin kerja sama ekonomi dan terlibat dalam bantuan pembangunan di Indonesia sejak 1950-an.

Ironisnya, investor Jepang lebih manja ketimbang para investor dari Cina. "Jepang selalu meminta jaminan," ungkap Menteri BUMN Rini Soemarno beberapa waktu lalu. "Selama bermitra dengan perusahaan milik negara, perusahaan Cina tidak akan pernah meminta jaminan pemerintah."

Indonesia diperkirakan akan meng habiskan dana hingga 450 miliar dolar AS untuk membangun proyek jalan, kereta api, pelabuhan, dan pembangkit listrik. Proyek ini sangat pen ting untuk menghidupkan kembali eko nomi yang lesu dalam dua kuartal terakhir. Sementara, kemampuan APBN untuk membiayai proyek tersebut maksimal hanya sampai 30 persen. Tentu ini menjadi peluang bagi investor asing untuk terlibat dalam proyek-proyek tersebut. Proyek infrastruktur selama ini selalu menawar kan keuntungan besar bagi para in vestor. Wajarlah banyak negara bersaing keras untuk memperolehnya.

Cina harus bekerja lebih keras agar bisa mendapatkan kepercayaan dari Indonesia. Apalagi, negara tersebut belum masuk daftar lima besar investor asing bagi Indonesia. Dengan kata lain, masih panjang jalan yang harus ditempuh Cina bila ingin meng geser Jepang, Singapura, dan Korea Selatan yang menjadi investor idaman Indonesia selama ini.

Ketiga negara tersebut secara bersama-sama sudah menghabiskan lebih dari 3,0 miliar dolar AS hanya pada kuartal pertama 2015. Semen tara, Cina masih dengan angka yang kecil, 75 juta dolar AS. Tapi, keajaiban bisa saja datang secara tiba-tiba. Buktinya, Cina mam pu mendapatkan proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung yang semula diperkirakan akan menjadi milik investor Jepang.

Lebih dari lima tahun Jepang melakukan studi kelayakan dan lobi tingkat tinggi untuk menawarkan pro yek kereta cepat tersebut. "Tiba-tiba Menteri BUMN mengumumkan telah bekerja sama dengan Cina," ungkap Hiromichi Muraoka, perwakilan senior Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk Indonesia, seperti dilaporkan Bloomberg, beberapa waktu lalu. "Ini mengejutkan saya."

Pemerintah Indonesia tentu mempunyai alasan, terutama tentu me nyang kut keuntungan. "Indonesia mem butuhkan banyak infrastruktur dan Cina memiliki banyak keahlian serta uang," kata Wellian Wiranto, eko nom di Oversea-Chinese Banking Corp, Singapura, beberapa waktu lalu. "Anda harus ingat ini juga menyangkut faktor politik antara Jepang dan Cina. Anda bisa berharap Cina akan memom pa lebih banyak uang ke Indonesia."

JETRO menyebutkan, berdasarkan studi kelayakan November 2012, proyek kereta cepat membutuhkan dana 6,1 miliar dolar AS, sebagian anggaran dari Pemerintah Indonesia.

Pada Maret 2015, Presiden JICA Akihiko Tanaka meminta Presiden Joko Widodo agar mempertimbangkan proposalnya saat mereka bertemu di Tokyo. Lalu pada 23 April, Menteri BUMN menyatakan sedang mempertimbangkan investor Cina untuk menggarap proyek tersebut karena bank pelat merah Cina berkomitmen menyediakan dana 50 miliar dolar AS. Indonesia memilih Cina yang menawarkan proposal lebih menarik karena tidak membutuhkan jaminan keuangan dari pemerintah.

Keterlibatan Cina dalam beberapa proyek infrastruktur tentu akan mengubah peta investasi di Indonesia. Kini negara tersebut masih peringkat ke- 10 dalam daftar investor top di Indonesia. Dalam lima tahun ke depan, diperkirakan Cina bisa masuk daftar teratas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement