Rabu 27 Jan 2016 16:00 WIB

Belajar Halal dari Thailand

Red:

Bertekad menjadi dapurnya dunia, Thailand berusaha melayani semua kelompok, termasuk Muslim. Tak heran, Pemerintah Thailand fokus mengembangkan produk pangan halal. Thailand National Food Institute mencatat, ekspor makanan halal Thailand pada 2014 mencapai 5,8 miliar dolar AS dan diprediksi tumbuh 5,1 persen pada 2015.

Wakil Perdana Menteri Thailand Tanasak Patimapragorn menilai, penting bagi Thailand untuk mempromosikan produk halalnya karena industri ini menjadi salah satu andalah pendapatan nasional, terutama hasil ekspor ke negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OIC).

Sejauh ini sudah ada 120 ribu produk ekspor bersertifikat halal dari Thailand pada 2014. Dengan catatan ini, Thailand menjadi negara ASEAN dengan ekspor produk halal terbesar. Tahun depan, Pemerintah Thailand bahkan menjanjikan gelaran halal internasional terbesar yang diperhitungkan.

Direktur Halal Standard Institute of Thailand Chulalongkorn University, Prakorn Priyakorn, menjelaskan, meski minoritas, konstitusi Thailand memberi kesetaraan hak. Karena bukan negara Muslim pula, Thailand harus bekerja sama dengan negaranegara Muslim agar produk Thailand diterima. Central Islamic Council of Thailand (CICOT) juga sudah membuktikan satu logo ëdiamond halalí pada produk ekspor Thailand membawa keuntungan tersendiri.

Pada 1949, Kantor Shaikhul-Islam Thailand (Chularajmontree) mulai menjalankan sertifikasi halal untuk rumah potong hewan. Tiga dekade kemudian pada 1982 CICOT membentuk sistem sertifikasi dan Pemerintah Thailand memberi izin penggunaan logo halal di bawah otoritas CICOT. Dengan pertimbangan proteksi konsumen, pada 1995, Dr Winai Dahlan mengoperasikan Laboratorium Sains Halal di Fakultas Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Chulalngkorn.

Setahun kemudian, CICOT mendaftarkan logo halalnya ke Kementerian Perdagangan sesuai peraturan penggunaan logo produk. Pada 1997, CICOT diakui secara legal formal sebagai otoritas urusan halal. Tahun berikutnya, Kementerian Industri Thailand mengadopsi standar Codex Halal sebagai standar halal nasional. Setahun kemudian, ASEAN membentuk panduan pangan halal bagi anggotanya.

Pada 2001, CICOT membuat standar nasional regulasi sertifikasi dan akreditasi halal. Pada 2002, Pemerintah Thailand mengajukan rencana strategis pusat pangan halal di selatan Thailand. Tahun berikutnya, Pemerintah Thailand memberi dukungan dana untuk mengembangkan sistem Halal-HCCP.

Pada tahun yang sama, Pemerintah Thailand mensponsori pendirian Halal Standard Institute of Thailand (HSIT) di bawah CICOT dan Halal Science Center (HSC) di Universitas Chulalongkorn, Bangkok.

Pada 2009, CICOT menerbitkan Peraturan Manajemen Urusan Halal, pengujian dan pengawasan kualitas produk halal, serta penggunaan logo halal. HSC dan HSIT bahkan bertekad menjadikan produk halal Thailand jadi nomor satu di ekonomi halal global.

Penggunaan istilah Diamond Halal, lanjut Pakorn, bukan berarti Thailand yang terbaik. Tapi dalam kaitan sertifikasi produk halal, semua pihak berusaha keras memastikan produk yang mendapat sertifikat halal memang benar-benar halal. Karena itu, mendapatkan label diamond halal tidaklah mudah. Pencapaian Diamond Halal sejauh ini tak lepas dari sinergi ulama, saintis, pemerintah dan swasta.

Sinergi para saintis terlihat dari kerja sama lintas universitas untuk sama-sama meroketkan industri halal Thailand. Direktur Knowledge Inovation Center Ciang Mai University Pradorn Sureephong mengatakan aplikasi seluler untuk mengecek kode bahan, kandungan bahan, dan masa kadaluwarsa sertifikat halal yang dikembangkan Ciang Mai University juga merupakan hasil kerja sama dengan HSC sebagai pemiliki basis data produk halal. Kolaborasi antar universitas sama seperti kolaborasi domestik dan regional, kata Pradorn, sangat dibutuhkan karena tidak ada yang bisa hebat sendiri.

Pemerintah Thailand juga sudah meminta agar pariwisata halal di sana dikembangkan. Permintaan ini tak berlebihan jika menilik survey CrescentRating dan MasterCard yang memasukkan Thailand di urutan ke dua setelah Singapura dalam daftar 10 destinasi favorit wisatawan Muslim di antara negara non OIC.

Meski masih mempunyai PR besar, Direktur Kerja sama Sub- Regional Pusat Segitiga Pertumbuhan Indonesia, Malaysia, Thailand (IMTGT), Thailand, Pairote Potivong optimistis potensi permintaan pariwisata halal di Thailand sangat bagus karena dekat dengan Malaysia, Brunei dan Indonesia. Kebijakan, atraksi wisata tingkat dunia, kesadaran dan akses layanan halal, pengenalan internasional atas sains halal Thailand jadi penguat tersendiri. Perhelatan ekspo halal internasional semacam Thailand Halal Assembly yang mendapat respons positif pemerintah dan negara-negara Muslim membuat Thailand percaya diri. Oleh Fuji Pratiwi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement