Senin 13 Jul 2015 13:00 WIB

Menjaga Anak-Anak Agar Tetap Bergembira

Red:

Mereka merapatkan lengan ke tubuh untuk mengatasi hawa dingin dini hari Sabtu (4/7) itu, sambil memegang piring enamel. Cangkir enamel ditaruh di lantai depan mereka, berisi air putih. Mereka sedang menunggu makan sahur.

Para ibu keliling membawa ember berisi nasi, lauk, dan sayur. Mereka membagikan kepada anak-anak dan remaja yang memegang piring itu, yang menjadi pengungsi di Posko Pengungsi Tongkoh, Berastagi.

Menu sahur menjadi istimewa bagi mereka dibandingkan menu makan malam atau menu makan siang bagi yang tidak berpuasa. "Suka ada yang menyumbang ayam untuk sahur kita, tapi tidak setiap hari," ujar Teti, salah satu ibu.

Posko Tongkoh memanfaatkan jambur untuk menampung para pengungsi. Jambur adalah rumah tradisional yang dipakai sebagai balai pertemuan.

Posko ini diisi oleh pengungsi dari Desa Kutarayat, yaitu desa yang terletak di radius 6,5 km dari Gunung Sinabung. Sejak 2 Juni 2015 mereka diungsikan dari desanya. Di desa, ada 30 warga yang diminta kepala desa untuk tetap tinggal untuk menjaga desa, diperlengkapi dengan 10 mobil.

Sabtu itu, mereka yang di Posko Tongkoh sahur dengan daging ayam dan sayur buncis. Sehabis sahur, koordinator Posko Jenggala Andi Sahrandi menyampaikan titipan rekan-rekannya, yang menyumbang untuk buka-sahur 10 hari ke depan. Di antara penyumbang itu ada nama model tahun 1970-an, Nani Sakrie, dan dua rekannya: Daryagitha Poerwo dan Santi Saleh.

Ada sekitar 60 orang yang berpuasa di Posko Tongkoh ini, termasuk anak-anak. Di antara anak-anak itu, ada Ferdinan (12 tahun) yang sudah batal tiga kali. "Karena mimisan," ujar Ferdinan mengenai penyebab puasanya batal.

Perawat Ferry dari Puskesmas Berastagi yang berjaga di Klinik Posko Tongkoh mengungkapkan, selama dua minggu, ada tujuh anak yang mengalami mimisan. "Penyebabnya karena demam karena perubahan iklim dan abu," ungkap Ferry.

Untuk buka puasa, Supami mengungkapkan, ada juga yang menyumbang menu berbuka. Rabu (1/7) mereka berbuka dengan bubur ketan hitam. Mereka berbuka di tenda yang dijadikan mushala, yang berada di sebelah jambur. "Ya, di sini kalau berbuka, nggak enak sama yang lain kalau di jambur," ujar Supami, seorang ibu yang ikut mengurus buka puasa anak-anak.

Di Posko Gedung Serbaguna KNPI, yang dihuni warga Desa Sukanalu dan Desa Pintu Besi, ada sekitar 70 orang yang berpuasa. "Habis Tarawih di mushala tenda, mereka baca Alquran sampai jam 10," ungkap Koordinator Posko, Bali Ukur Ginting.

Di Posko Batukarang, Kecamatan Payung, yang diisi warga Desa Gurukinayan, ada sekitar 70  orang yang berpuasa. Gurukinayan adalah desa yang berada di radius 4 km dari Sinabung, yang sudah hancur. Rumah-rumah terbakar akibat diterpa abu panas. Desa ini bersebelahan dengan Desa Sukameriah yang sudah tertimbun abu dan pasir serta bebatuan.

Di Posko Peceran, Berastagi, ada sekitar 50 warga Desa Sigarang-garang yang berpuasa, termasuk anak-anak. Tak jauh dari posko, ada masjid. "Kita buka puasa di masjid, balik buat makan malam, lalu balik lagi ke masjid buat Tarawih," ujar Mama Indri, salah satu pengungsi di Posko Peceran.

Desa Sigarang-garang berada di radius 4 km dari Gunung Sinabung, yang kini menjadi desa mati. Warga Sigarang-garang diwajibkan mengungsi. Desa sebelahnya, Desa Sukanalu yang berada di radius 3 km dari Sinabung, juga menjadi desa mati karena warganya juga diwajibkan mengungsi.

Di Posko Lau Buah, Batukarang, anak-anak berbuka di jambur bercampur dengan pengungsi lain yang tidak berpuasa. Jumat (3/7), mereka berbuka dengan bubur kacang hijau. Sehabis berbuka, mereka langsung makan besar, nasi dengan ikan asin.

Untuk Tarawih, kata Rosdiati, salah satu pengungsi, mereka menggunakan mobil bak milik Kepala Desa Gurukinayan menuju ke Masjid Al-Muttaqin, sekitar 1 km dari posko.

"Kalau Tarawih, ya di sini," ujar Jusri Ginting, pengungsi yang mengantar kami ke masjid itu. Ginting biasa menggunakan sepeda motor untuk menuju masjid dari posko pengungsi.

Siang hari, Rosdiati biasa mengisi waktu senggang dengan membaca buku-buku agama. Saat ia asyik membaca, Kamis (2/7) siang, anak-anak sedang mendapat jajanan. Dua anak sibuk membagi ke anak-anak lain yang antre. Rosdiati sigap membantu mereka saat antrean anak-anak itu mulai gaduh tak teratur.

Sehabis makan malam, Jumat (3/7), pengungsi anak bernama Muhammad Gurki tampil menyanyikan lagu Karo. Saat peresmian rumah huni sementara (huntara), direksi Total yang terpikat pada penampilan Gurki saat menyanyi memberinya hadiah. Total menyumbang pembangunan huntara lewat Posko Jenggala.

Saat Gurki menyanyi, anak-anak lain berkumpul di depan Gurki yang kemudian mereka segera berjajar berhadap-hadapan, lantas menari tarian pergaulan Karo. Mengikuti irama lagu, masing-masing menekuk lutut secara bergantian kiri kanan, kedua tangan mengayun ke samping dan depan. Saat tangan di depan, telapak tangan diputar ke depan dan belakang.

Anak-anak selesai menari, giliran ibu-ibu. Sebelum menari mereka mengenakan sarung, lantas bejajar berhadap-hadapan, lalu melakukan gerak tari seperti yang dilakukan anak-anak sebelumnya. Iringan organ tunggal disediakan oleh Karang Taruna Kabanjahe.

Mereka beruntung, beranjak malam, datang rombongan donatur yang membawa susu dan penyanyi Tio Fanta Pinem. Penyanyi asal Tanah Karo yang populer dengan album Tiana Nama Seindah Namamu. Tio Fanta menghibur pengungsi dengan beberapa lagu.

Para pengungsi ini sebelumnya sudah sempat menghuni rumah huni sementara (huntara) yang dibangun di Posko Jenggala, berjarak 4 km dari Jambur Lau Buah Batukarang. "Kami sudah dua bulan menghuni huntara, tapi karena ada erupsi lagi dan abunya sampai ke huntara, kami diminta mengungsi lagi, sejak 4 Juni lalu," ujar Mama Heriyanti.

Di hadapan para pengungsi Gurukinayan, Andi Sahrandi menyatakan akan meneruskan pembangunan rumah huni sementara setelah status Gunung Sinabung diturunkan. Untuk pengungsi Gurukinayan, Posko Jenggala sudah membangun huntara dari bambu sebanyak 58 huntara di tiga lokasi, menggunakan lahan yang disewa selama lima tahun. Satu huntara diisi dua keluarga.

"Setahun sewanya Rp 5 juta per hektare," ungkap Insan Slamet relawan Posko Jenggala. Di lokasi huntara, ada lahan yang disediakan untuk ladang sehingga pengungsi penghuni huntara bisa menanam sayur-sayuran sebagaimana halnya di desa mereka.

Kepada pengungsi dewasa, Andi berpesan agar menjaga anak-anak tetap bergembira. "Kami sekarang ke sini bersama Karang Taruna Kabanjahe memberikan hiburan agar anak-anak tetap gembira," ujar Andi.

Bersama Karang Taruna Kabanjahe, Posko Jenggala membagikan kaus kepada anak-anak dan perlengkapan mandi kepada nenek-nenek di 10 posko pengungsian. "Ini ada bantuan dari karang taruna peralatan mandi untuk bapak ibu yang sudah tua, akan dibagikan besok setelah gotong royong," ujar Bali Ukur Ginting dalam bahasa Karo, memberikan pengumuman menggunakan megafon.

Gotong royong yang dia maksud adalah bersih-bersih kompleks Gedung Serbaguna KNPI Kabupaten Karo yang dijadikan posko pengungsian. Di sini ada pengungsi dari Desa Pintu Besi dan Desa Sukanalu. "Tiap Jumat kita selalu mengadakan gotong royong agar para pengungsi ada kegiatan," ujar Ginting.

Meski kena musibah, ia meminta para pengungsi tidak larut dalam kesedihan. "Anak-anak harus tetap bergembira, harus tetap semangat," lanjut Andi.

Untuk membuat anak-anak bergembira, Karang Taruna Kabanjahe juga biasa menurunkan tim badutnya untuk menghibur anak-anak pengungsi di posko. Karyawan PT KAI Sumut, Jumat (3/7), juga mengajak anak-anak pengungsi dari Berastepu bermain dan melukis di Posko Gedung Serbaguna GBKP Kabanjahe.

Sehari-hari, anak-anak mencari permainan sendiri. Ada yang memanfaatkan tutup botol untuk permainan kartu, ada yang memanfaatkan gelang karet untuk permainan tali ataupun ketapel. Ada pula yang memanfaatkan kerikil untuk bermain gundu.

Pesan serupa juga disampaikan Andi di Posko Pengungsi Pongkoh yang menampung warga Kutarayat. Anak-anak harus dijaga agar tetap bergembira. "Siapa tahu di antara anak-anak di Karo ini nanti ada yang menjadi presiden," ucap Andi.

Anak-anak menyambut dengan teriakan histeris. Mejuah-juah.

Oleh Priyantono Oemar

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement