Selasa 28 Apr 2015 15:00 WIB

Dari Mana Aliran Dana ISIS?

Red:

ISIS telah memproklamirkan diri menjadi sebuah negara sejak 9 April 2013. Untuk memenuhi kebutuhan mereka dan berperang, ISIS berupaya menguasai sejumlah kota-kota penting di Irak dan Suriah dengan menguasai ladang minyak sebagai salah satu sumber penghasilan mereka.  Pabrik-pabrik dan pembangkit tenaga listrik di wilayah yang mereka kuasai juga menjadi incaran. Seperti the Haditha Dam di Irak Barat Laut, Sungai Efrat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Analis Delma Institute di Abu Dhabi, Hassan, mengatakan sekitar 600 ribu barel minyak per hari yang mengalir melalui pipa ke Turki menjadi sasaran mereka. Aset menjanjikan lainnya adalah perusahaan pupuk di Baiji di bawah Houston KBR Inc di bawah kendali mereka. Namun, November 2014 lalu, militer Irak telah kembali merebut Kota Baiji dari ISIS. Di Suriah mereka telah menguasai ladang minyak dan gas dengan bantuan al Qaeda al Nusra.

Berbeda dengan Al Qaeda yang tinggal di padang pasir atau perbukitan, ISIS lebih menyukai terlibat transaksi bisnis skala besar dengan menguasai ladang migas atau perdagangan internasional. Menurut Bloomberg, mereka mendirikan benteng di pegunungan selatan Yaman untuk menghindari upaya global menghentikan aliran uang ISIS. ISIS merupakan organisasi teroris yang paling terorganisasi karena mampu mengendalikan sumur minyak dan menjualnya kepada para pedagang. Mereka mampu menguasai wilayah di Suriah dan Irak dengan daratan menyerupai Wyoming dan lebih besar dari Inggris.

Wakil Presiden perusahaan riset dari Rand Corp, Washington, Charles Ries mengatakan, anggota ISIS mencapai 8 juta orang dan mereka membutuhkan makan, pakaian, serta layanan sosial. Mereka memenuhi kebutuhannya dengan menggunakan aksi pemerasan, penculikan, penyelundupan, dan pungutan di wilayah yang dikendalikannya, dan menjual peninggalan berharga di musium. Seperti aksi mereka yang menjual barang antik berusia 8 ribu tahun lalu hasil curian senilai 63 juta dolar AS.

Direkrut Timur Tengah Universitas Lyon, Prancis, Fabrice Balance mengatakan, pedagang di Mosul, Irak, misalnya telah membayar pajak revolusioner. Mereka juga mendapatkan uang dari penjualan minyak di pasar gelap dan uang tebusan dari penculikan. Berdasarkan penyelidikan intelijen AS, mereka juga mencuri beberapa juta dolar di bank per bulan untuk membiayai kebutuhan hidup dan perang. Dirjen Statistik Bank Sentral Irak Walidd Eedi mengatakan, saat pertama kali Mosul direbut, pria bersenjata mencuri 1 juta dolar AS.

Kuasai minyak Suriah

Tahun lalu, laman Forbes yang mengutip keterangan sejumlah pakar menyebutkan, ISIS telah menguasai 60 persen cadangan minyak Suriah selain sumber migas di Irak, termasuk sumur minyak terbesar Irak. ISIS juga memanfaatkan metode penjualan minyak dengan cara menyelundup ke luar negeri seperti yang dilakukan semasa rezim Saddam Hussein.

Sampai kini dalam sehari ISIS menjual puluhan ribu barel minyak ke pasar gelap dunia. Sekitar 55 persen  pendapatan berasal dari sektor energi migas. Sisanya berasal dari pemerasan/perpajakan (12 persen); kontrol sektor pertanian Irak (terutama gandum dan barley 7 persen), industri semen (10 persen), dan pertambangan fosfat (10 persen); penculikan untuk tebusan skema (4 persen); dan sumbangan (2 persen). Meski harga minyak yang dijual hanya berkisar 40 hingga 70 persen lebih murah dari harga pasar, per hari ISIS mampu meraih penghasilan sekitar 3 juta dolar AS. Dalam setahun, lebih dari 1 miliar dolar AS diraih hanya dari penjualan minyak mentah.

AS menuding Arab Saudi dan negara-negara Teluk menjadi penyandang dana ISIS. Karena mereka menyumbangkan uang langsung ke masjid tanpa pengawasan pemerintah sejak perang Afghanistan. AS berusaha menghentikan aliran dana untuk ISIS sejak Juni 2014 lalu. Diperkirakan setiap anggota ISIS memperoleh bayaran 10 dolar hingga 50 dolar AS per hari.

Dalam waktu singkat,  ISIS menjelma menjadi organisasi terkaya karena telah menjarah 500 miliar dinar Irak. Jumlah itu setara dengan 429 miliar dolar AS dari bank sentral Mosul. Gubernur Nineveh Atheel a Nujaifi mengatakan, ISIS mencuri uang dan emas batangan dari bank tersebut. Aset ISIS mengalahkan negara-negara kecil, seperti Tonga, Kiribati, Kepulauan Marshall, dan Kepulauan Falkland.

Selain itu, ISIS juga mendapat sponsor dari sejumlah pendonor kaya yang tersebar di Kuwait, Qatar, dan Arab Saudi, tiga negara yang merupakan sekutu AS utama dalam melawan tindakan terorisme. Dukungan ISIS datang dari pendukung rezim lama di tiga negara tersebut yang dihancurkan AS sebelumnya. Sistem perbankan di Kuwait dianggap bermasalah karena menjadi saluran utama aliran dana ke ISIS di Suriah dan Irak. Tuduhan juga datang dari Perdana Menteri Irak Nouri al Maliki karena Arab Saudi dan Qatar mendanai ISIS.

Selain Timur Tengah, aliran dana juga didapatkan dari Barat, seperti Swedia. Warganya turut mendukung ISIS dan menggunakan dana di enam perusahaan untuk mendanai ISIS setiap tahun.  Mereka bukanlah penduduk asli Swedia, melainkan imigran dan pengungsi yang telah menjadi warga Swedia. Dari tangan mereka terkumpulah tidak kurang dari 1 juta dolar AS per tahun yang disalurkan ke ISIS. Bahkan, USAToday menyebutkan, warga AS di Bosnia juga mengirimkan dana 8 ribu dolar AS sepanjang tahun 2013-2014 kepada ISIS. Mereka menyalurkannya melalui Western Union yang dikirimkan ke Turki. reuters  Ratna Ajeng Tejomukti ed: Hiru Muhammad

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement