Selasa 28 Apr 2015 15:00 WIB

Gurihnya Bisnis Senjata di Timur Tengah

Red:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Amerika Serikat bersama sekutunya di Timur Tengah membentuk koalisi untuk menyerang ISIS. Peran melawan ISIS merupakan peluang bagi AS dan Barat untuk menjual senjata ke kawasan Timur Tengah. Arab Saudi seperti dilaporkan the Guardian telah menjadi negara importir senjata terbesar di dunia.

Negeri produsen minyak terbesar di dunia itu menghabiskan lebih dari 6,4 miliar dolar AS untuk membeli alutsista sepanjang tahun 2014. Saudi menggeser posisi India yang hanya menghabiskan anggaran 5,8 miliar dolar AS. Studi memprediksi satu dari setiap tujuh dolar AS untuk ekspor pertahanan tahun 2015 akan digunakan oleh negara di Timur Tengah.

AS juga tercatat masih menduduki posisi pertama sebagai negara pengekspor senjata terbesar senilai 23,7 miliar dolar AS. Jauh di atas Rusia yang hanya sebesar 10 miliar dolar AS. Selama ini AS menjadi pengekspor utama senjata untuk Arab Saudi. Menurut Industry Week, peluang ini dimanfaatkan setelah Jerman menghentikan kerja samanya dengan Arab Saudi untuk menjual senjata karena terkait dukungan terhadap ISIS yang melanggar HAM. "Perkembangan di Arab Saudi begitu dramatis dan jumlah itu tidak akan berkurang," kata Ben Moores, analis pertahanan pada lembaga pengkajian Information Handling Services (IHS) seperti dikutip the Telegraph.

Selama ini kawasan Timur Tengah menjadi pasar bagi produk pertahanan asal Inggris yang tahun lalu membukukan penjualan hingga 1,7 miliar dolar AS. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan jumlah pesanan di dekade mendatang yang belum tuntas nilainya bisa mencapai 9,2 miliar dolar AS. Salah satu senjata yang tercanggih yang dimiliki Saudi Arabia adalah jet tempur canggih Typhoon. Jet tempur serbaguna ini dipesan sebanyak 72 unit yang sebagian sudah tiba dan selebihnya masih dalam pemesanan. Selain Saudi, Indonesia juga menjadi pasar kedua terbesar persenjataan asal Inggris dengan nilai 306 juta dolar AS.  

Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mendominasi impor senjata yang mencapai sekitar 8,6 miliar dolar AS dalam sistem pertahanan tahun lalu. Jumlah itu melampaui gabungan negara-negara Eropa Barat. Moores juga menambahkan, Timur Tengah adalah pasar regional terbesar dan ada  10 miliar dolar AS yang menjadi peluang dalam dekade mendatang.   ed: Hiru Muhammad

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement