Kamis 04 Dec 2014 18:00 WIB

Harga Bintang Empat

Red:

Ada keanehan yang dirasakan tiga perwira tinggi bintang empat. Mereka adalah KSAL Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno (AAL 1975), KSAD Jenderal Agustadi Sasongko Purnomo (Akmil 1974), dan KSAU Marsekal Soebandrio (AAU 1975) pada awal November 2009.

 

Pada Jumat, 6 November 2009, sekitar pukul 22.00 WIB, Laksamana Tedjo Edhy mendapatkan telepon dari Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso (Akmil 1975). Dalam percakapan tersebut, Panglima TNI memastikan bahwa ketiga kepala staf angkatan akan diganti. Pejabat yang baru akan dilantik pada Senin, 9 November 2009.

 

"Agak aneh. Panglima TNI tidak memanggil para kepala staf angkatan untuk memberi penjelasan terkait serah terima. Ini makin menguatkan kesan ada sesuatu yang ditutup-tutupi," kata Tedjo Edhy, seperti tertulis dalam bukunya: Mengawal Perbatasan Negara Maritim, halaman 158-161.

 

Padahal, empat hari sebelumnya, kata Tedjo Edhy, ia masih mengikuti kegiatan Panglima TNI di Akmil Magelang. Dalam perjalanan satu pesawat itu, Panglima TNI tidak pernah membicarakan rencana pergantian kepala staf angkatan.

Saat pemberitahuan mendadak melalui telepon itu pun, Marsekal Soebandrio masih melakukan perjalanan dinas di Eropa. Ia dipanggil mendadak untuk kembali ke Jakarta guna melakukan serah terima jabatan.

 

Sebagai pejabat baru yang akan dilantik adalah KSAL Laksdya Agus Suhartono (AAL 1978) dan KSAU Marsdya Imam Sufaat (AU 1977). Pada Ahad malam, 8 November 2009 itu, media massa juga sudah mendapatkan nama KSAD baru. Nama yang tertulis adalah Letjen Johanes Suryo Prabowo (Akmil 1976). Namun, akhirnya istana dan Mabes TNI meralat siaran pers itu menjadi Letjen George Toisutta (Akmil 1976).

 

Pada awal November tersebut, publik masih ramai membicarakan nama sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu Jilid Kedua. Di sejumlah daerah, termasuk di Maluku, terjadi demonstrasi menuntut putra daerahnya menjadi anggota kabinet (menteri).

 

Menurut Tedjo Edhy, satu bulan setelah serah terima jabatan, para mantan kepala staf angkatan belum juga menerima penjelasan terkait penggantian yang mendadak itu. Padahal, Tedjo Edhy dan Agustadi masih sekitar satu tahun lagi, baru memasuki usia pensiun. Bahkan, Soebandrio masih satu setengah tahun lagi usia pensiunnya.

 

"Para mantan kepala staf angkatan ditempatkan sebagai staf khusus panglima TNI dengan tugas yang tidak jelas. Sampai lebih dari sembilan bulan pun belum pernah diajak bertemu, apalagi diajak bicara oleh Panglima TNI," ujar Tedjo Edhy yang kini menjadi Menko Polhukam.

 

Kejadian itu menimbulkan ganjalan sebab para mantan kepala staf angkatan merasa diperlakukan tidak terhormat terkait dengan pergantian jabatan tersebut. Padahal, mereka adalah pemimpin tertinggi di matranya masing-masing.

 

Apalagi, muncul opini liar seolah-olah pergantian mendadak itu disebabkan adanya kesalahan ketiga jenderal. Bahkan, tersebar rumor bahwa pergantian itu terkait dengan seringnya para kepala staf angkatan mengadakan pertemuan. Padahal, menurut Tedjo Edhy, hal itu tidak pernah terjadi. Sebab, ketiganya disibukkan dengan tugas pembinaan angkatan masing-masing.

 

Sampai akhirnya mereka mendapatkan penjelasan langsung dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di kediamannya, Puri Cikeas, Bogor. Diungkapkan bahwa sebulan sebelum pergantian, Presiden sesungguhnya telah memberitahukan masalah tersebut kepada Mensesneg Sudi Silalahi dan Panglima TNI Djoko Santoso. "Namun, pesan itu sama sekali tidak pernah disampaikan kepada ketiga kepala staf angkatan," ujar Tedjo Edhy yang menyesalkan terputusnya komunikasi seperti itu. selamat ginting rep: selamat ginting

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement