Selasa 25 Nov 2014 16:00 WIB

HARI GURU- Menanti Buku yang tak Kunjung Tiba

Red:

Apa jadinya campuran semen dan pasir tanpa kehadiran air? Ini sama halnya dengan apa jadinya murid dan guru tanpa kehadiran buku pelajaran yang berfungsi sebagai perekat ilmu di otak anak didik.

Inilah yang dirasakan murid-murid di SD Negeri 1 Buahan, Kintamani, sekitar 60 kilometer dari pusat ibu kota Provinsi Bali, Denpasar. Sebut saja Avit dan Nana, dua murid ini baru saja masuk sekolah dan me ngenakan seragam putih merahnya. Sayangnya, mereka harus belajar dari buku-buku pelajaran yang tak lebih indah dari seragam sekolahnya.

Keduanya masih mengandalkan buku fotokopian akibat distribusi buku-buku pelajaran Kurikulum 2013 tak kunjung tiba di sekolah. Murid-murid pemula ini juga harus belajar satu buku berdua. Bahkan, ada yang satu buku untuk bertiga.

Ni Made Wirati, salah seorang guru di sekolah itu menyampaikan keprihatinannya lantara murid di sekolah belum mendapatkan buku. Akibatnya, proses belajar mengajar pun menjadi belum efektif.

"Bagaimana mungkin anak murid bisa belajar efektif jika bukunya tak ada. Jika hanya mengandalkan fotokopian, dana BOS tak akan cukup," ujar Wirati kepada Republika, belum lama ini.

Buku ajar Kurikulum 2013 yang tak kunjung tiba tak hanya terjadi di Bali. Sejumlah daerah juga mengalaminya. Hal ini menjadi salah satu kendala guru-guru untuk lebih meningkatkan kualitas belajar mengajar mereka. Wirati pun iba melihat siswa kelas I dan II yang tentu lebih tertarik pada buku visual bergambar dan bewarna. Buku yang difotokopi hitam putih dan dan dibaca beramairamai membuat semangat anak di awal sudah hilang.

Kepala Sekolah SD Negeri 1 Buahan, Nyoman Pugra, memaparkan, aturan pemerintah menyebutkan sekolah tak boleh lagi mengambil pungutan atau iuran dari murid. Sehingga, jika harus memfotokopi buku cetak, harus mengandalkan dana sekolah.

"Sementara, dana yang dialokasikan pemerintah, termasuk dana BOS, tak boleh digunakan seluruhnya untuk mencetak ulang buku. Apalagi, foto kopi warna yang harganya sangat mahal," ujar Pugra. rep: mutia ramadhani ed: andi nur aminah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement