Selasa 25 Nov 2014 16:00 WIB

HARI GURU- Dilema Guru, Buku, dan Kurikulum

Red:

Pada peringatan Hari Guru tahun ini, para pahlawan tanpa tanda jasa ini masih saja dihadapkan dengan ber bagai masalah. Mulai dari kekurangan tenaga-tenaga pengajar di beberapa daerah lantaran tidak meratanya distribusi guru, bagaimana meningkatkan kualitas guru, guru yang dihadapkan tantangan baru dengan perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013, hingga masalah klasik terkait peng angkatan guru honorer. Hal yang cukup banyak menyita perhatian saat ini adalah terkait perubahan kurikulum.

Guru otomatis menjadi pihak yang sangat penting dan dibutuhkan dengan adanya perubahan tersebut. Belum setahun berjalan, selama waktu itu pula, pro-kontra bermunculan, baik dari guru, orang tua, maupun semua pihak yang terkait dengan pendidikan. Adalah Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti guru yang getol meminta penerapan Kurikulum 2013 dihentikan. Ia pun meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan yang baru dilantik sebagai menteri baru agar mengeluarkan edaran berisi penghentian sementara Kurikulum 2013.

Menurutnya, penghentian Kuri kulum 2013 perlu dilakukan sambil menunggu Kurikulum 2013 dievaluasi secara komprehensif. "Lebih baik saat ini kembali ke KTSP saja sebab guru- guru sudah terbiasa menggunakan KTSP, selain itu bukunya juga sudah tersedia," katanya.

Kurikulum 2013, di mata Retno, sulit diimplementasikan. Alasannya, karena masih banyak guru yang belum mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013. Di antara mereka pun banyak yang bingung bagaimana cara menilai siswanya secara deskriptif. Kendala lainnya, buku-buku Kurikulum 2013 terlambat datang pada saat siswa membutuhkannya untuk digunakan.

Di tempat terpisah, Guru SD Strada Wiyatasana, Jakarta, Yuni, mengatakan, memang buku Kurikulum 2013 telat sampai ke sekolah. Namun, sebagai guru harus memiliki rasa tanggung jawab agar siswa-siswanya bisa belajar maupun mengerjakan ujian dengan baik. "Kalau saya belum mendapat buku, saya mengajarkan anak-anak menggunakan bahan softcopy," katanya.

Aksi fotokopi buku Kurikulum 2013 memang sangat banyak ditemui di berbagai daerah lantaran telatnya buku ajar itu tiba. Kemendikbud memang telah menginstruksikan agar mengunduh materi ajar tersebur di website yang sudah tersedia. Namun, hal itu tak semudah yang dibayangkan.

Buku Kurikulum 2013 tema satu, terang Yuni, baru sampai ke sekolahnya saat pelajaran tema satu sudah selesai. Lalu, buku tema dua saat ini juga belum datang, apalagi tema tiga. Padahal, buku tersebut harus datang ketika semester selanjutnya akan dimulai.

Sementara itu, Guru SD Muhammadiyah Banjarmasin, Imey, mengatakan, kesulitan utama dalam menerapkan Kurikulum 2013 adalah cara membuat penilaian secara deskriptif kualitatif. "Saya lihat banyak teman-teman guru yang susah membuat penilaian deskriptif kualitatif," katanya.

Pengamat pendidikan Doni Koesoema mengatakan, Kurikulum 2013 harus dihentikan sebelum hal-hal yang fundamental dibereskan dulu. Sebab, Kurikulum 2013 menyulitkan para guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

"Sebaiknya Kurikulum 2013 dievaluasi dulu. Diuji asumsinya dan perangkatnya secara terbatas sampai tahu pasti hasilnya lebih baik," katanya.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengakui Kurikulum 2013 memang banyak kesalahan dan kekacauan karena terburu-buru menerapkannya. Ia menilai, Kurikulum 2013 ibarat barang yang setengah matang. ‘’Ini dipaksakan penerapannya di seluruh Indonesia," ujarnya.

Lantaran menerima barang setengah matang itulah, guru dan siswa menghadapi banyak masalah dan kesulitan. Namun, Anies yang mengatakan menerima warisan masalah itu tak ingin mengganti Kurikulum 2013. ‘’Saya harus mengevaluasi apa kekurangan di kurikulum ini dan berupaya menyempurnakannya," kata Anies.

Menurutnya, Kurikulum 2013 langsung diterapkan di 6.400 sekolah tanpa dibuat matang terlebih dulu. Padahal, seharusnya penerapan kurikulum dilakukan kalau sudah matang dan sempurna.

Ia mengatakan, telah membuat tim yang me-review Kurikulum 2013. Salah satu yang di-review adalah nyambung atau tidak antara konsep Kurikulum 2013 dan bukunya.

"Memang saat ini guru tidak tenang. Namun, kami tidak ingin membuat guru dan sekolah gelisah, makanya mereka perlu tahu kalau Kurikulum 2013 ini baru dievaluasi, bukan diganti," ujarnya.

Terkait masalah Kurikulum 2013 ini, Anies tak mau grasa-grusu mengganti kurikulum. Jika hal itu terjadi, yang kasihan siswa dan guru sebagai pemakai dan merasakan dampak langsungnya.

Indikator Kurikulum 2013 di pak sakan terlihat dari terlalu banyaknya kesalahan. Orang menulis saja kalau dipaksakan banyak salahnya, apalagi penerapan kurikulum.

Kondisi belajar di Indonesia, murid ada 40, guru hanya satu sehingga wajar jika guru pusing saat menggambarkan penilaian terhadap siswa satu per satu. Belum lagi jika guru itu memegang tiga kelas. Maka bisa dibayangkan, bagaimana menggambarkan penilaian terhadap 120 siswa. ‘’Penilaian des kriptif semua murid akhirnya ditulis sama semua. Sebab, gurunya sudah pusing,’’ kata Anies. rep:dyah ratna meta novia ed: andi nur aminah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement