Jumat 24 Oct 2014 18:00 WIB

Bidik Rio 2016

Red:

Setelah SEA Games 2015 di Singapura, pekerjaan rumah berikutnya bagi menpora se bagai pemangku kepen ting an prestasi olahraga nasional yakni ikut mempersiapkan Kontingen Indonesia ke Olimpiade Rio De Janeiro, Brasil, 2016. Ini tentu men jadi ujian berat karena dituntut mampu me ngembalikan tradisi merebut medali emas yang hilang di Olimpiade London 2012.

Tak pelak lagi, kegagalan membawa pu lang medali emas di Olimpiade Lon don merupakan pukulan telak bagi insan olahraga nasional. Kegagalan ini menan dakan kemunduran pembinaan prestasi olahraga di Indonesia. Di Olimpiade Bei jing 2008, Indonesia Raya masih ber kumandang sekali, sebagai tanda per olehan medali emas. Sedangkan di Lon don tak terdengar lagi lagu kebangsaan kita itu. Hanya satu perak dan satu pe runggu yang mampu dibawa pulang dari London ke Tanah Air.

Beruntung ada lifter Triyatno dan Eko Yuli Irawan. Kalau tidak, mungkin In do ne sia sudah bergabung dengan nega ra-ne gara yang gagal merebut medali di Olim piade London 2012. Keduanya ma singmasing menyumbang medali perak dan perunggu dari kelas yang berbeda. Mere ka sekaligus meneruskan perolehan medali Indonesia dari cabang angkat besi yang dimulai oleh tiga lifter putri di Olimpiade Sydney 2000. Mereka masing-masing Lisa Rumbewas (perak kelas 53 kg), Winarni Binti Slamet (perunggu ke las 53 kg), dan Sri Indriyani (perunggu kelas 48 kg).

Cabang bulu tangkis bukan hanya gagal mempertahankan tradisi merebut medali emas, namun juga gagal memba wa pulang satu keping medali pun. Ini me rupakan sejarah kelam bagi per bu lutangkisan nasional sejak Susy Su santi dan Alan Budikusuma merebut emas di Olimpiade Barcelona 1992 saat bulu tangkis resmi dimainkan mem pere but kan medali di olimpiade.

Persiapan matang

SEA Games ke-28 di Singapura pada Juni 2015 dapat dijadikan sebagai sasar an antara untuk mempersiapkan atletatlet yang akan tampil di Rio. Persiapan matang seharusnya sudah dilakukan seusai Olimpiade London. Kurang dari dua tahun menjelang Olimpiade Rio, pi hak-pihak terkait yakni KONI, Ke men pora, juga KOI semestinya sudah me lakukan pemilihan cabang-cabang mana saja yang akan difokuskan ke olimpiade. Induk-induk organisasi cabang olah raga harus membuat ukuran-ukuran yang je las terkait atlet yang dipro yek sikan tadi. Ka lau memang atlet tersebut tak menun jukkan kemajuan, maka harus segera di ganti dengan yang lain. Pada akhirnya, ha nya atlet-atlet terbaik dan memiliki pe luang merebut medali yang dikirim ke Rio.

Faktanya sudah ada dua cabang yang bisa bersaing di tingkat dunia yakni bulu tangkis dan angkat besi. Kedua cabang inilah yang selalu memberikan medali bagi Indonesia di olimpiade. Meskipun di 2012 bulu tangkis gagal total, namun cabang ini tetap memberi harapan bagi kontingen Merah Putih. Apalagi di Asian Games Incheon 2014 lalu bulu tangkis berhasil menyumbang dua medali emas. Semoga saja prestasi ini bisa terus diper tahankan dua tahun ke depan sehingga tradisi medali emas di olimpiade kembali terukir.

Angkat besi juga masih menjadi an dal an Indonesia di olimpiade. Tapi, sekali lagi, jangan terlena dengan prestasi yang sudah diraih. Tanpa kerja keras dan pem binaan yang fokus, bukan tidak mungkin tradisi menyumbang medali bagi Kon tingen Garuda dari cabang ini terhenti di Rio. Dengan tersedianya lifter-lifter ber bakat di Tanah Air, pemerintah di harapkan memberi dukungan penuh, baik berupa dana maupun peralatan yang menunjang kepelatihan para lifter.

Sudah saatnyalah PB PABBSI mem fokuskan pembinaan lifter yang dipro yeksikan merebut medali emas di Rio 2016 nanti. Dengan sisa waktu yang ada, masih cukup untuk menimang-nimang dari kelas apa medali emas itu bisa direbut dan siapa-siapa saja lifter yang di siapkan. Pemerintah pun harus mem beri perhatian lebih serius lagi kepada ca bang angkat besi, khususnya dalam pen danaan pelat nas dan pembinaan usia muda. Kalau perhatian yang diberikan masih seperti yang sudah-sudah, maka ja ngan kaget bila pencapaian cabang angkat besi di olimpiade hanya berjalan di tempat.

KONI seharusnya juga mulai mencari dari sekarang cabang-cabang lainnya yang diperkirakan bisa bersaing merebut medali di Olimpiade Rio. Panahan salah satunya. Cabang ini membuktikan mam pu bersaing di laga olimpiade ketika ber hasil merebut medali perak di Seoul 1988 yang menjadi medali pertama Indonesia dalam sejarah keikutsertaan di olimpiade sejak 1952 di Helsinki.

Di London 2012, meskipun hanya me lo loskan satu pemanah, namun capai an yang diraih Ika Yuliana Rochmawati tidak begitu buruk. Dia mampu menem bus 16 besar sebelum akhirnya menyerah 5-6 kepada pemanah Rusia Ksenia Pero va. Di usia yang baru 25 tahun, Ika masih bisa diproyeksikan untuk tampil di Rio. De ngan persiapan yang lebih matang dan di tempa oleh berbagai kejuaraan inter na sio nal, semoga saja ika mampu me nyum bang medali nantinya. Meskipun ga gal di In cheon, namun Ika sempat me rebut emas di nomor recurve perseoranga putri Piala Du nia seri 4 di Wroclaw, Polandia, Agustus lalu.

Selain panahan, tinju juga masih mung kin diikuti oleh atlet-atlet Indo nesia di olimpiade. Untuk cabang ini fo kus pembinaan bisa diarahkan di kelaskelas bawah seperti 49 kg, 52 kg, dan 56 kg. Di kelas-kelas bawah inilah petinjupetinju Asia mampu bersaing dengan petinju-petinju dari Amerika dan Eropa. Inilah yang dilakukan Thailand yang mampu merebut medali emas di kelas 49 kg pada Olimpiade Beijing melalui petinju Somjit Jongjohar.

Pada era 70-an hingga 80-an petinjupetinju kita masih bisa berlaga di olim piade. Nama-nama seperti Wim Gomies, Ferry Moniaga, Syamsul Anwar Hara hap, ataupun La Paene Masara, adalah mereka yang pernah memakai kaos ber bendera Indonesia di dadanya saat ber laga di ring olimpiade. Walaupun belum memperoleh medali, namun kehadiran mereka lolos ke olimpiade membuktikan bahwa Indonesia sebenarnya juga memiliki petinju-petinju andal. Olimpiade Rio 2016 memang masih menyisakan waktu kurang dari dua ta hun lagi. Tanpa persiapan matang dan ker ja keras, jangan berharap medali bisa dibawa pulang. Pun dari cabang bulu tang kis maupun angkat besi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement