Senin 22 Sep 2014 13:00 WIB

Efek Transfer Sempurna

Red:

Oleh: Rahmat Hadi Sucipto -- Baru empat pertandingan yang dilakoni 20 klub di Liga Primer Inggris. Ada kejutan, ada pula yang sesuai perkiraan.

Apa kejutannya? Tim hebat Manchester United (MU) ternyata masih tertatih-tatih. Dari empat laga yang sudah dijalani, Setan Merah baru sekali menang. Tentu, ini sangat memilukan bagi tim sekelas MU. Sisanya, MU dua kali menyudahi pertandingan dengan hasil seri dan sekali kalah.

Hal yang paling mengejutkan tentu kekalahan MU pada laga perdana 16 Agustus lalu saat berhadapan dengan Swansea City. Mengapa? The Red Devils bermain di kandang sendiri, di hadapan mayoritas pendukungnya di Old Trafford. Namun, Wayne Rooney dan kawan-kawan justru takluk 1-2 dari tim tamu yang diarsiteki Garry Monk tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Sang Tan/ap

Secara mengejutkan MU bahkan tertinggal lebih dulu lewat gol pemain tengah Swansea asal Korea Selatan Ki Sung-yueng pada menit ke-28. Meski Rooney mampu menyamakan kedudukan menjadi 1-1 pada menit ke-53, MU akhirnya gigit jari karena midfielder Swansea asal Islandia Sigurdsson menambah gol pada menit ke-72.

Kejutan demi kejutan masih terjadi ketika MU ditahan imbang 1-1 oleh Sunderland pada laga kedua Liga Primer. Yang paling menyentakkan publik tentu ketika tim asuhan Louis van Gaal tersebut dihajar dan sekaligus disingkirkan dari ajang Piala Liga oleh tim gurem dari Football League One, Milton Keynes Dons FC, dengan skor telak 0-4 pada 26 Agustus lalu.

Rupanya keberuntungan belum memihak MU. Pada gim ketiga Liga Primer Inggris, MU kembali hanya membawa satu poin dari Burnley setelah bermain imbang tanpa gol. Namun, MU mulai memberikan kegembiraan bagi publik Old Trafford setelah menang telak 4-0 atas Queen Park Rangers, Ahad (14/9) lalu. Dengan total mengemas lima angka, MU hanya berhak berada pada posisi kesembilan hingga laga keempat Liga Primer.

Apa kejutan-kejutan lainnya? Ternyata, tim kuat sekaligus juara bertahan Manchester City juga belum menemukan performa terbaiknya. Tim asuhan Manuel Pellegrini ini juga masih berada di luar empat besar, menduduki urutan kelima dengan raihan total tujuh poin dari dua kali menang, sekali seri, dan sekali kalah.

City mungkin lebih beruntung dibandingkan tim kuat lainnya. Tengok saja Liverpool yang musim lalu mengakhiri kompetisi di peringkat kedua hingga pekan keempat masih tertatih-tatih. The Reds hanya mampu meraih enam angka dari dua kali menang dan dua kali kalah.

Arsenal juga belum meletup-letup karena hanya mampu menggapai urutan ketujuh dengan raihan total enam poin. The Gunners yang musim lalu menyudahi kompetisi di peringkat keempat pada musim ini baru sekali menang dan tiga kali mengakhiri laga dengan hasil seri.

Beberapa tim lemah malah membuat kejutan. Aston Villa yang musim lalu berjuang keras agar terhindar dari degradasi mampu menyodok ke peringkat kedua dari tiga kali menang dan sekali seri. Demikian pula dengan Swansea yang mampu mengatasi tuah Old Trafford pada laga perdana, bisa menduduki peringkat ketiga dengan total raihan sembilan poin dari tiga kali menang dan sekali kalah.

Satu lagi kejutan muncul dari tim lemah Southampton yang kini berada pada posisi keempat. Tim yang diarsiteki oleh Ronald Koeman ini meraih tujuh poin dari hasil dua kali menang, sekali seri, dan sekali kalah.

Lalu, apa yang tak mengejutkan? Hanya satu tim yang dianggap tak memberikan kejutan pada musim 2014-15 ini. Dialah Chelsea!

Banyak pihak menilai Chelsea akan mengawali dan mengakhiri musim dengan stabil. Prediksi ini terbukti. The Blues hingga empat pertandingan yang dilewati mampu memuncaki klasemen sementara dengan total raihan 12 angka.

Chelsea benar-benar subur musim ini karena mampu mencetak 15 gol, terbanyak dibandingkan 19 tim lainnya. Tim asuhan Jose Mourinho tersebut menunjukkan performa yang dahsyat bila dibandingkan dengan musim lalu yang hanya mampu mencetak empat gol dari empat pertandingan awalnya.

Namun, pertahanan Chelsea sepertinya tak sehebat musim lalu yang hanya kebobolan dua gol dari empat laga. Hingga pekan keempat musim 2014-15 ini, Chelsea sudah kemasukan enam gol.

Yang pasti, empat kemenangan disapu bersih menjadi pesan yang menakutkan dari Chelsea kepada tim-tim lainnya. Musim lalu dari empat laga awal, Chelsea hanya dua kali menang, sekali kalah, dan sekali seri.

Apa yang sesungguhnya terjadi pada Chelsea musim ini? Klub yang bermarkas di Stamford Bridge ini tak terlalu jorjoran dalam membeli pemain. Dalam daftar klub dengan belanja pemain terbesar, Chelsea hanya berada pada urutan ketiga dengan total dana 87,7 juta poundsterling.

Anggaran belanja Chelsea lebih efisien dibandingkan MU yang berada pada daftar teratas serta Liverpool pada posisi kedua. MU sudah menggelontorkan dana 153,1 juta pound untuk memboyong beberapa pemain, termasuk Angel Di Maria dari Real Madrid. Lalu, Liverpool menghabiskan 116,8 juta pound, termasuk untuk membawa Mario Balotelli dari AC Milan.

Dengan demikian, MU menghabiskan 65,4 juta pound lebih banyak ketimbang Chelsea. Dan, Liverpool 29,1 juta pound lebih banyak daripada Chelsea dalam berbelanja pemain.

Chelsea dianggap efektif alias melakukan transfer sempurna musim ini meski hanya menyediakan anggaran 87,7 juta pound. Dana tersebut untuk memboyong dua pemain Atletico Madrid, Diego Costa dan Filipe Luis, Cesc Fabregas (Barcelona), Loic Remy (Queen Park Rangers), Mario Pasalic (Hajduk Split), serta membawa kembali Didier Drogba dari Galatasaray.

Diego Costa menjadi pemain termahal ketiga di Liga Primer dalam daftar belanja pemain musim panas dengan nilai transfer 32 juta pound. Rekor pemain termahal milik Angel Di Maria yang diboyong oleh Manchester United senilai 59,7 juta pound dari Real Madrid, disusul Alexis Sanchez yang dibeli Arsenal dari Barcelona dengan nilai 35 juta pound.

Costa menjadi pemain yang paling cepat menyatu dengan tim barunya. Dia juga menjadi contoh sukses transfer terbaik di Liga Primer Inggris. Apa buktinya?

Dalam empat penampilannya bersama Chelsea, dia sudah menyumbang tujuh gol. Pada laga pertama Chelsea melawan Burnley, pemain berusia 25 tahun ini menyumbang satu gol. Kemudian, pada laga kedua menghadapi Leicester, dia mencetak satu gol. Bermain sejak menit awal, pemain bernomor punggung 19 ini mampu mencetak dua gol ke gawang Everton pada pertandingan ketiga Chelsea. Terakhir pada laga keempat melawan Swansea, Costa mencetak hattrick.

Mungkin Costa bisa mencetak lebih dari tujuh gol bila Mourinho mau memainkannya secara penuh sampai 90 menit pada setiap pertandingan. Pada laga kedua, pemain kelahiran Brasil ini hanya bermain 79 menit, sementara saat mencetak tiga gol hanya berlaga selama 71 menit.

Strategi Mourinho tak menurunkan penuh Costa pada dua pertandingan yang lalu juga sangat efektif. Pelatih asal Portugal ini ingin mempertahankan pemain-pemainnya agar tetap bugar, terutama pemain andalannya. Dia juga ingin agar setiap pemain memiliki level yang sama sehingga tak terjadi ketimpangan pada setiap lini.

Loic Remy pun sudah mulai memanas dengan menyumbang satu gol pada pertandingan keempat Chelsea. Dari dua pemain itu saja, Chelsea terbilang subur karena mampu mengoleksi delapan gol. Total 15 gol yang dikemas the Blues, tambahan gol lain berasal dari Ivanovic, Hazard, Matic, Ramires, Schurrle, dan satu dari gol bunuh diri lawan yang masing-masing menyumbang satu gol.

Nama-nama tersebut jelas menjadi jaminan Chelsea karena pada musim sebelumnya juga rajin mengoleksi gol meski tak berposisi sebagai striker utama. Dengan kondisi pemain yang sangat fit, tak mustahil gol-gol mudah akan tercipta dari para pemain the Blues.

Chelsea pun surplus 1,0 juta pound karena pemain yang dijual lebih banyak menghasilkan dana ketimbang pemain yang dibelinya. Klub yang dimiliki oleh Roman Abramovich ini hanya membeli enam pemain, sementara yang dilepas 20 pemain.

Dijual ke Paris St-Germain, David Luiz laku 40 juta pound. Tambahan pemasukan Chelsea berasal dari Demba ba yang dijual ke Besiktas dengan harga 4,7 juta pound. Romelu Lukaku bahkan harganya lebih bagus lagi, berhasil dijual 28 juta pound ke Everton. Sayang, Chelsea tak mendapatkan fee dari Frank Lampard yang dilepas ke New York City, Ashley Cole (Roma, Samuel Eto’o (Everton), Henrique Hilario, dan Sam Hutchinson.

Pemain lain hanya dipinjamkan ke klub lain, di antaranya Thorgan Hazard (Borussia Monchengladbach), Ryan Bertrand (Southampton), Gael Kakuta (Rayo Vallecano), Mario Pasic (Elche), Tomas Kalas (Cologne), Victor Moses (Stoke), Patrick Bamford (Middlesbrough), Josh McEachran (Vitesse Arnhem), Marko Marin (Fiorentina), Marco van Ginkel (Milan), Nathaniel Chalobah (Burnley), serta Fernando Torres (Milan).

Cepatnya adaptasi pemain-pemain baru menjadi salah satu kunci sukses Chelsea. Mourinho memilih Fabregas karena sebelumnya berpengalaman bermain di Liga Primer bersama Arsenal selama sembilan tahun. Tentu, pemain asal Spanyol ini sudah tahu ritme dan roh Liga Primer. Costa pun sebagai reinkarnasi Didier Drogba yang mudah beradaptasi di tim manapun. Selain itu, Costa nyaris seperti Drogba, dengan karakter bodi yang kuat dan kekar.

Pemain baru di tim lain sepertinya masih kesulitan berkomunikasi dengan pemain lama. Bahkan, tim sekelas MU pun ternyata tak mulus menyatukan karakter pemain lama dengan pemain baru.

Beberapa waktu lalu mantan pemain MU, Phil Neville dan Paul Scholes, bahkan menyebut MU melakukan "panic transfer". Terutama ketika ditangani oleh David Moyes, Setan Merah banyak membeli pemain yang tidak pas. Pemain yang direkomendasikan, termasuk Cesc Fabregas, justru tak dibeli.

Pastinya, musim 2014-15 ini akan menyajikan pertempuran yang lebih seru dibandingkan musim-musim sebelumnya. Kompetisi tak hanya antarpemain. Banyak pula manajer baru yang menjadi otak permainan di lapangan. Sekarang Mourinho tak berhadapan dengan Moyes di kubu MU, tetapi dengan Van Gaal yang memiliki reputasi dan sejarah yang cemerlang. Ada juga Ronald Koeman yang menyatu dengan roh Southampton.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement