Jumat 22 Aug 2014 12:00 WIB

Freedom Flotilla Berlayar Lagi Menembus Blokade

Red:

Oleh : Harun Husein -- Bila tak ada aral melintang, tahun ini, para aktivis dari berbagai negara yang terga bung dalam Koalisi Armada Kebebasan (Freedom Flotilla Coa lition/FFC), akan kembali berlayar menuju Gaza. Tujuan mereka satu: mem bongkar blokade Israel atas Gaza. Para aktivis yang tergabung dalam FFC telah melakukan pertemuan di Istanbul, pada 10-11 Agustus lalu. "FFC menyimpulkan bahwa merupa kan tanggung jawab civil society di seluruh dunia untuk berlayar ke Gaza untuk menantang blockade Israel yang merupakan sumber dari semua masalah yang dihadapi warga Gaza," tulis laman gazaark.org.

"Lewat pelayaran ini, kami ingin menunjukkan bahwa komunitas internasional tidak mungkin hanya duduk diam menyaksikan orang-orang sipil diserang, dan kejahatan melawan kemanusiaan itu terus berlangsung," kata aktivis asal Kanada, Ehab Lotayef, dalam konferensi pers bersama FFC di Istanbul, pada 12 Agustus lalu, seperti dikutip media Turki, Hurriyet. FFC, dalam pernyataan resminya di laman freedomflotilla.org, menyatakan, "Mengakhiri blockade adalah titik sentral untuk mengakhiri kekerasan… kesepakatan apapun yang dibuat untuk mengakhiri kekerasan, harus pula mengakhiri blokade destruktif tersebut."

FFC beranggotakan European Cam paign to End the Siege on Gaza, Freedom Flotilla Italia, Gaza’s Ark, IHH-Turki, International Committee for Breaking the Siege on Gaza (ICBSG), Rumbo a Gaza, Ship to Gaza Greece Ship to Gaza Norway, dan Ship to Gaza Sweden. Partisipan lainnya adalah Aliansi Solidaritas Palestina- Afrika Selatan, Free Gaza, Haluan Palestin–Malaysia, Life Line to Gaza– Yordania, Miles of Smiles, dan Sahabat Al-Aqsha–Indonesia.

Belum jelas tanggal berapa pela yaran ke Gaza itu akan dilakukan. Namun, yang jelas, para akvitis dari berbagai negara itu, akan berangkat secara bersamaan dari berbagai pelabuhan, sambil membawa bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza.

Setelah tiba di Gaza, mereka meren canakan memuat barang-barang warga Palestina untuk diekspor. Mavi Marmara —kapal yang pada Mei 2010 lalu berlayar dalam Freedom Flotilla I—akan kembali ikut berlayar ke Gaza tahun ini. Ratusan aktivis dari penjuru dunia akan naik Mavi Mar mara. Pada 2010 lalu, tentara Israel membunuh sembilan aktivis di kapal Mavi Marmara, delapan berke warga nega raan Turki, dan satu lainnya warga negara AS. Seorang aktivis Turki lain nya yang diserang tentara Israel di Mavi Marmara, belum lama ini me ning gal, setelah empat tahun koma.

Deputi IHH, Durmus Aydin, telah memastikan keikutsertaan Mavi Mar mara dalam Freedom Flotilla kali ini. IHH adalah organisasi kemanusiaan Turki yang menjadi penggerak utama Freedom Flotilla I, bersama Free Gaza Movement.

Sejak 2007 lalu, Israel mem bloka de Gaza, baik di darat, laut, maupun udara. Di darat, Isreal membangun tem bok sepanjang 60 kilometer. Se mentara di laut, perairan Gaza sejauh enam mil dari garis pantai, juka diblo ka de, dan selalu ditongkrongi kapalkapal perang Israel. Dalam beberapa kejadian, Israel membunuh nelayan Gaza, dan menembaki anak-anak yang sedang bermain di pantai. Sementara, di udara, pesawat-pesawat pun tak bisa lagi mendarat di bandara Gaza.

Blokade yang menutup semua pintu itu, mencekik warga Gaza. Bah kan, banyak yang menggambarkannya Gaza yang luasnya 360 kilometer per segi, dengan penduduk 1,5 juta orang itu, tak ubahnya penjara besar, bahkan kamp konsentrasia, tempat warga Gaza dibunuh secara perlahan-lahan, atau dibunuh dengan curahan ribuan ton bom saat operasi militer Israel digelar.

Agar bisa bertahan hidup, warga Gaza kemudian menggali terowonganterowongan. Lebih dari seribu tero wong an digali antara di perbatasan Rafah yang memisahkan Rafah Gaza dengan Rafah Mesir, khususnya di bawah Koridor Philadelphia. Tero wong an ini ada yang panjangnya hingga 800 meter. Dari jalur penuh risiko inilah, diperkirakan 80 persen kebutuhan warga Gaza terpenuhi.

Tahun lalu, militer Mesir menghan curkan 1.200 terowongan di sana. Menembus blokade Israel lewat laut, merupakan cara yang paling dipilih oleh para aktivis, karena hampir mustahil meruntuhkan blokkade darat atau udara Israel. Maka, kendati Freedom Flotilla I pada 2010 lalu berakhir dengan pengepungan enam kapal yang berkonvoi ke Gaza, dan pembantaian sejumlah aktivis di Mavi Marmara oleh militer Israel, tekad berlayar ke Gaza tak lantas padam.

Pada 2011, Freedom Flotilla kembali diluncurkan oleh koalisi 22 LSM, dengan tagline "Stay Human". Saat itu, sepuluh kapal dan seribu aktivis dari 20 negara, serta belasan jurnalis, telah berkumpul di Yunani, dan berencana berlayar ke Gaza pada 5 Juli. Namun, pelayaran ditentang banyak pemerintah, seperti AS, Prancis, Inggris, Turki, Kanada, Uni Eropa, Rusia, dan PBB. Buntutnya, pelayaran itu batal. Meski demikian, sebuah yacht asal Prancis, yaitu Dignite al-Karama tetap melaju ke Gaza, sebelum disetop oleh militer Israel, 65 kilometer dari pantai Gaza. Pada 4 November 2011 lalu, dua kapal juga tiba-tiba nyelonong ke Gaza, dengan misi menembus blokade.

Seperti sebelumnya, mereka pun dicegat angkatan laut Israel, dan pasukan komando Shayetet 13, dan kapalnya digiring ke Pelabuhan Ashod. Meski terancam bakal menghadapi risiko bakal dicegat oleh militer Israel, dan bisa bernasib sama dengan misi Freedom Flotilla I, namun para aktivis tetap saja menempuhnya, demi alasan kemanusiaan. "Selama blokade tetap ada, kami akan berlayar ke Gaza, lagi, lagi, dan lagi," demikian pernyataan FFC dalam konferensi pers di Istanbul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement