Kamis 27 Oct 2016 14:00 WIB

Pembiayaan Syariah Digenjot

Red:

JAKARTA -- Perbankan syariah terus menggenjot dan memperluas cakupan penyaluran pembiayaan. Pembiayaan syariah mulai menyasar sektor infrastruktur hingga usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Setelah sebelumnya BRI Syariah menyalurkan modal kerja kepada PT Waskita Beton Precast, kini giliran PT Bank Maybank Indonesia menyediakan pembiayaan syariah musyarakah Rp 950 miliar kepada PT Waskita Karya (Persero) Tbk (Waskita). Fasilitas pembiayaan syariah ini ditujukan bagi ekspansi bisnis Waskita, khususnya untuk membiayai modal kerja untuk pembangunan proyek infrastruktur strategis.

Kepala Sektor Publik dan Energi Maybank Indonesia, Ricky Antariksa, mengatakan, penyediaan fasilitas pembiayaan syariah ini selaras dengan strategi sharia first Maybank Indonesia, khususnya dalam memberikan pilihan fasilitas pembiayaan syariah kepada mitra nasabah dalam mendukung ekspansi bisnis. "Apalagi, Waskita tengah melakukan pembangunan untuk perbaikan infrastruktur nasional," kata Ricky, Rabu (26/10).

Kemitraan strategis dengan Waskita menjadi bagian dari upaya Maybank Indonesia untuk berperan aktif dalam mengembangkan industri perbankan syariah di Tanah Air, serta mendukung pengembangan bisnis di bidang jasa konstruksi.

Direkur Keuangan Waskita, Tunggul Rajagukguk, mengatakan, modal kerja dari Maybank akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur. Tunggul mengatakan, perolehan kontrak Waskita tumbuh pesat mencapai Rp 95 triliun per September 2016. "Dengan banyaknya kontrak, Waskita sangat membutuhkan dukungan pendanaan dari perbankan," ujarnya.

Pembiayaan syariah bukan hanya ditingkatkan di sektor infrastruktur. Namun, juga untuk sektor UMKM. Bank Syariah Mandiri (BSM) menegaskan, akan memfokuskan pembiayaan untuk pelaku usaha mikro pada 2017. Strategi bisnis ini dianggap sejalan dengan target pemerintah dalam meningkatkan kredit usaha rakyat (KUR) untuk menopang perekonomian nasional.

Senior Excecutive Vice President (SEVP) Retail Banking BSM, Niken Andonowarih, mengatakan, BSM berkomitmen mendukung pengembangan UMKM, seperti pedagang dan pengusaha kecil lainnya. Selain itu, BSM juga mengembangkan program komunitas pengusaha kecil dalam cluster, baik dari sisi dana maupun pembiayaan.

"Pembiayaan mikro tahun depan kita harapkan bisa tumbuh lebih agresif, karena dalam dua tahun terakhir sektor ini agak terhambat," ujar Niken dalam konferensi pers di kantornya, Rabu.

Niken menjelaskan, BSM mencatatkan pertumbuhan pembiayaan mikro sebesar 17,2 persen year to date menjadi Rp 4,13 triliun dari posisi Desember 2015 sebesar Rp 3,52 triliun. Meski nilai ini bertambah, BSM berharap pertumbuhan kredit mikro bisa lebih tinggi, karena ruang pembiayaan masih terbuka luas.

Pertumbuhan positif pembiayaan mikro juga diikuti dengan angka non-performing financing (NPF) yang terjaga baik yakni sebesar sebesar 3.74 persen atau turun jauh dibandingkan September 2015 sebesar 4.32 persen. Penurunan NPF tersebut merupakan hasil upaya intensif melakukan penagihan (/collection) dan pertumbuhan pembiayaan secara selektif serta efektifnya pelaksanaan program pendampingan customer relationship management termasuk pelatihan kepada nasabah. "Dengan likuiditas yang memadai, dan pendampingan yang baik dari pihak perbankan, kredit syariah masih banyak dicari pelaku usaha mikro," ujarnya.

"Sekarang untuk pembiayaan di perbankan syariah bisa lebih terjaga karena selain persyaratan yang umum dari regulator, perbankan syariah juga memiliki tambahan kebijakan dari Dewan Syariah Nasional (DSN), yang akan melindungi setiap nasabah," ujarnya.       rep: Debbie Sutrisno, ed: Satria Kartika Yudha

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement