Jumat 21 Oct 2016 17:00 WIB

Kinerja BNI Syariah Meningkat

Red:

JAKARTA -- BNI Syariah mencatatkan kinerja positif pada kuartal III (Juli-September) 2016. Semua indikator mulai dari laba hingga pembiayaan mengalami peningkatan.

BNI Syariah membukukan laba Rp 215,23 miliar atau meningkat 37,42 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu sebesar Rp 156,62 miliar. Pertumbuhan tersebut disokong ekspansi pembiayaan, rasio dana murah, dan efisiensi operasional yang terus membaik.

"Alhamdulillah, BNI Syariah melewati triwulan III 2016 dengan cukup baik meski kondisi ekonomi belum menunjukkan perbaikan," kata Direktur Utama BNI Syariah Imam Teguh Saptono, di Jakarta, Kamis (20/10).

Imam memerinci, nilai aset naik 17,88 persen dari Rp 22,75 triliun pada September 2015 menjadi Rp 26,82 triliun. Pertumbuhan aset didorong meningkatnya pembiayaan sebesar 15,09 persen dan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 20,26 persen terhadap periode sama tahun lalu atau year on year (YoY).

Kinerja BNI Syariah juga mengalami peningkatan dari sisi pembiayaan. Pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp 19,53 triliun atau naik Rp 2,56 triliun dari posisi September 2015 yang sebesar Rp 16,97 triliun.

Pertumbuhan tersebut dapat tercapai karena BNI Syariah mampu menjaga kualitas pembiayaan sehingga non-performing financing (NPF) pada kuartal III 2016 terjaga di level 3,03 persen. Rasio NPF ini berada di bawah rata-rata industri perbankan syariah.

Di sisi lain, DPK meningkat menjadi Rp 22,77 triliun dari sebelumnya Rp 18,93 triliun. Sedangkan, rasio dana murah (CASA) sebesar 47,42 persen atau naik dari tahun sebelumnya, yakni 43,78 persen.

"Dari total pembiayaan sebesar Rp 19,53 triliun, sebagian besar merupakan pembiayaaan konsumer, yaitu 53,46 persen. Untuk pembiayaan konsumer, sebagian besar portofolio merupakan BNI Griya, yakni sebesar 85,51 persen," kata Imam.

Sementara, pembiayaan ritel produktif/SME tercatat sebesar 22,55 persen, pembiayaan komersial 16,21 persen, pembiayaan mikro 5,85 persen, dan kartu pembiayaan Hasanah Card 1,93 persen.

Imam menambahkan, pertumbuhan laba kuartal III 2016 disumbang dari upaya mempertahankan efisiensi yang dilaksanakan di seluruh bidang. Hal itu tampak dari komposisi rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang relatif turun dari 91,60 persen pada September 2015 menjadi 86,28 persen pada September 2016.

Untuk mempertahankan kinerja positif, BNI Syariah akan terus bersinergi dengan induk perusahaan dalam menghadirkan berbagai layanan memenuhi ragam kebutuhan finansial masyarakat. Salah satu bentuk sinergi itu adalah adanya syariah chaneling outlet (SCO).

Dengan layanan tersebut, masyarakat mendapatkan kemudahan membuka rekening dan melakukan transaksi syariah terkait DPK di 1.487 kantor cabang BNI. Imam mengatakan, DPK yang didapatkan dari SCO pada kuartal III 2016 sebesar Rp 1 triliun atau tumbuh sebesar 11,63 persen dibandingkan September 2015 lalu.

Terkait upaya penambahan modal, BNI Syariah belum mempertimbangkan secara serius initial public offering (IPO) atau penawaran saham perdana. Menurut Imam, ada beberapa peluang atau opsi lain yang bisa dilakukan untuk menambah modal, misalnya dengan mengandalkan investor maupun suntikan dana dari internal atau induk perusahaan. "Kalau kita lihat, bisa jadi polanya tidak single strategy, tapi mungkin ada penambahan modal dulu baru kemudian diikuti IPO," kata Imam.

Imam menjelaskan, IPO masih menjadi pertimbangan karena BNI Syariah ingin melihat kondisi pasar pada tahun depan terlebih dahulu. Selain itu, BNI Syariah masih perlu melihat apakah ada rencana mengakses sumber-sumber dana dari luar negeri, misalnya dari Timur Tengah. Menurut Imam, tidak tertutup kemungkinan muncul opsi penggabungan strategi dari kedua opsi tersebut.

Sejauh ini, BNI Syariah bisa mempertahankan rasio kecukupan modal (CAR) di angka 15,82 persen per September 2016. Angka ini berada di atas rata-rata CAR perbankan syariah, yakni sebesar 14,7 persen pada Juni 2016. "Jadi, meskipun tahun ini tidak ada penambahan modal dari pemegang saham, kami merasa mampu memfasilitasi pertumbuhan sampai akhir 2016 dan sampai tahun depan," ujar Imam.

Rencana IPO belum dimasukkan ke dalam draf RBB (rencana bisnis bank). Namun, BNI Syariah sudah mengajukan ke pemegang saham. Bagi BNI Syariah,  IPO adalah pilihan terakhir dan diharapkan bisa masuk terlebih dahulu modal dari pemegang saham dan opsi lainnya.      rep: Rizky Jaramaya, ed: Satria Kartika Yudha

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement