Jumat 19 Aug 2016 16:00 WIB

Wisata Halal Dikebut

Red:

 

Republika/ Yasin Habibi       

 

 

 

 

 

 

 

 

JAKARTA — Kementerian Pariwisata menargetkan wisata halal Indonesia unggul di ASEAN dengan menempati peringkat pertama dalam Global Muslim Travel Index (GMTI) pada 2017 mendatang. Salah satu langkahnya adalah dengan serius menggarap pasar wisatawan Muslim asal Timur Tengah.

Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Wisata Budaya Kementerian Pariwisata Lokot Ahmad Enda menjelaskan, wisata halal akan jadi satu pilar penting pariwisata nasional. Kementerian Pariwisata sudah fokus menggarap pasar yang menghasilkan, termasuk untuk sektor wisata halal. Karena itu, pasar Timur Tengah terus digarap serius.

Dalam GMTI 2016, peringkat Indonesia naik dari peringkat enam ke peringkat empat dari nilai 70,6 menjadi 84. Kementerian Pariwisata menargetkan Indonesia berada di peringkat satu di GMTI 2017.

Ada beberapa kota yang sudah mendeklarasikan diri jadi destinasi halal antara lain Malang, Makassar, dan Banda Aceh. "Ini modal untuk jadi pusat destinasi wisata halal terbaik. Tiap kota tadi pun punya kekhasan budaya sendiri," ungkap Lokot dalam media briefing Percepatan Wisata Halal Indonesia di Sofyan Hotel Betawi beberapa waktu lalu.

Ke depan, Kementerian Pariwisata berharap wisatawan ASEAN bisa berkontribusi besar terhadap wisata halal Indonesia. Sebab, wisatawan Muslim ASEAN termasuk yang potensial.

Ketua Tim Percepatan Wisata Halal Indonesia Riyanto Sofyan menjelaskan, Kementerian Pariwisata menargetkan dari 20 juta wisatawan mancanegara pada 2019, 25 persennya adalah wisatawan Muslim. Maka pertumbuhan industri pariwisata halal nasional harus naik 50 persen.

Untuk mencapai itu, Kementerian Pariwisata bersama Tim Percepatan Wisata Halal memiliki strategi pencitraan (branding), pengembangan destinasi, serta pengembangan SDM dan industri. Untuk strategi pencitraan, salah satu langkah yang diharapkan ampuh adalah menjadi pemimpin industri wisata halal global yang salah satunya diukur dari peringkat dalam GMTI.

Kementerian Pariwisata dan tim menargetkan nilai wisata halal Indonesia GMTI 2017 bisa 84. Sehingga, mampu mengungguli Malaysia yang nilainya 81,9 pada GMTI 2016. Setidaknya dalam laporan GMTI tiga tahun belakangan, Malaysia, Singapura, dan Thailand merupakan negara-negara ASEAN yang unggul di pasar wisatawan Muslim global.

Di sisi daya saing, pada 2014 Indonesia baru mendapat 2 juta wisatawan Muslim mancanegara dibanding Singapura 3,9 juta orang, Malaysia 6,3 juta orang, dan Thailand 4,5 juta orang.

Karena itu, salah satu penguatan pariwisata halal nasional tahun ini adalah pencitraan dan promosi pariwisata halal. Dari survei Kementerian Pariwisata pada 2012, ada 10 destinasi kondusif untuk wisata halal, yakni Aceh, Sumbar, Riau dan Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan. Percontohan sendiri sudah dan sedang dilakukan di Aceh, Sumbar, dan Nusa Tenggara Barat.

Riyanto mengakui, memang wisatawan Muslim mancanegara ke sana belum banyak, tapi masih terus diupayakan. Setelah Lombok mendapat penghargaan World Halal Travel Awards 2015, kunjungan wisatawannya sudah naik. "Kita fokus pada yang jadi keunggulan. Kalau kita punya kekurangan, negara lain juga punya," kata Riyanto.

Ada beberapa langkah strategis yang diharapkan bisa meningkatkan citra Indonesia di pasar wisata halal global. Pertama, pemerintah menargetkan Indonesia bisa unggul di ajang World Halal Travel Awards 2016, naik peringkat di GMTI 2017, naik peringkat Halal Travel Indicator yang ditangani Pusat Pengembangan Ekonomi Islam Dubai (DIEDC), aktif sebagai koordinator pengembangan pariwisata halal OIC (ICTM), menguatkan hubungan dengan pemangku kepentingan industri, serta aktif di kegiatan pariwisata utama. Untuk promosi pasar internasional, Indonesia akan menggunakan jasa lembaga sekaliber DinarStandard.

Dalam GMTI 2016, ada tiga kelompok kriteria wisata halal yang diulas. Pertama, destinasi ramah keluarga. Kedua, layanan dan fasilitas di destinasi yang ramah Muslim. Ketiga, kesadaran halal dan pemasaran destinasi.

Dari tiga kriteria ini, ada 11 indikator. Untuk kriteria destinasi ramah keluarga, indikatornya mencakup destinasi ramah keluarga, keamanan umum dan wisatawan Muslim, serta jumlah kedatangan wisatawan Muslim.

Di kriteria kedua, layanan dan fasilitas di destinasi yang ramah Muslim, ada tiga indikator turunan, yakni pilihan makanan dan jaminan halal, akses ibadah, fasilitas di bandara, serta opsi akomodasi. Sementara, untuk kriteria tiga, kesadaran halal dan pemasaran destinasi, empat indikator turunannya adalah kemudahan komunikasi, jangkauan dan kesadaran kebutuhan wisatawan Muslim, konektivitas transportasi udara, serta persyaratan visa.     rep: Fuji Pratiwi, ed: Ichsan Emrald Alamsyah

Infografis

Jumlah wisatawan Muslim mancanegara di ASEAN 2014

Malaysia         6,3 juta orang

Thailand         4,5 juta orang

Singapura         3,9 juta orang

Indonesia        2 juta orang

Sumber: Kementerian Pariwisata

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement