Kamis 18 Aug 2016 17:00 WIB

BSM Trus Perbaiki Kualitas

Red:

JAKARTA — Bank Syariah Mandiri (BSM) terus membenahi kualitas aset demi menuju target rasio pembiayaan bermasalah (NPF) di level tiga persen pada 2020. Seiring dengan itu, bisnis BSM juga mulai dipacu.

Direktur Keuangan dan Strategi BSM Agus Dwi Handaya menyatakan, setelah menyelesaikan konsolidasi internal untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah dan memperbaiki proses bisnis, BSM mulai fokus pada penjualan produk utama. Upaya BSM untuk menurunkan NPF juga mulai terlihat.

NPF gross per Juni 2015 sempat mencapai 6,67 persen dan berhasil ditekan lebih dari 100 basis poin menjadi 5,58 persen per Juni 2016. NPF nett juga turun dari 4,70 persen menjadi 3,74 persen. "Ini lebih cepat dari proyeksi di mana kami menargetkan hingga akhir tahun NPF dapat berada di kisaran 5,5 persen," ungkap Agus Dwi.

Pada 2015 BSM menggelar Gerakan Sikat Satu Triliun (Gesit) dan dilanjutkan dengan program Gerakan Genggam Recovery Rp 1,25 Triliun (Geger 125) pada 2016 ini. "Kami bahkan punya WE Coll atau Week End Collection. Ada insentif untuk teman-teman yang melakukan program-program penagihan yang dibuat," kata Agus Dwi.

Direktur Risiko dan Pemulihan Choirul Anwar mengatakan, secara keseluruhan, NPF gross BSM per Juni 2016 sebesar 5,58 persen. Dari komponen yang ada, NPF dan mikro terbilang bagus. Secara year on year per Juni 2016, NPF konsumer turun menjadi 3,25 persen dari 4,92 persen dan NPF mikronya turun menjadi 3,27 persen dari 4,86 persen.

Untuk periode yang sama, meski masih di atas lima persen, NPF business banking dan komersial juga menunjukkan perbaikan. NPF business banking berhasil ditekan menjadi 8,09 persen dari 11,66 persen dan NPF komersial turun menjadi 6,43 persen dari 11,95 persen. Dia mengakui, BSM masih punya pekerjaan rumah mengatasi NPF korporasi yang naik menjadi 6,51 persen dari 4,38 persen.

"Booking korporasi baru di pertengahan 2015-2016 belum ada yang jatuh jadi NPF. NPF di korporasi kebanyakan booking sebelum 2014. Restrukturisasi sudah dilakukan, tapi belum berhasil. Selain korporasi, kualitas pembiayaan membaik," ujar Choirul.

Per Juni 2016, outstanding restrukturisasi meningkat dari Rp 3,57 triliun pada akhir 2015 menjadi Rp 4,37 triliun per Juni 2016 (year to date). Upgrade NPF ke PF sepanjang semester satu 2016 saja mencapai Rp 892 miliar.

Sementara, penagihan NPF baik on maupun off balance sheet dan penghematan PPAP yang bisa dilakukan sepanjang paruh pertama 2016 mencapai Rp 530 miliar. Dibanding Juni 2015, penagihan off balance sheet per Juni 2016 naik 31,58 persen dari Rp 171 miliar menjadi Rp 225 miliar.

Direktur Utama BSM Agus Sudiarto menjelaskan, BSM masih terus mengimplementasikan Rencana Perusahaan (Corporate Plan) 2016-2020 pada transformasi bisnis, organisasi, dan budaya korporasi. Di sisi bisnis, berbagai upaya konsolidasi yang dilakukan mulai menunjukkan hasil.

Laba bersih BSM tumbuh 26,7 persen dari Rp 132 miliar per Juni 2015 menjadi Rp 168 miliar per Juni 2016. Sementara, laba operasional sebelum pencadangan naik 48,9 persen dari Rp 322 miliar menjadi Rp 479 miliar. BSM optimistis laba bersih pada akhir 2016 bisa mencapai Rp 300 miliar pada akhir 2016 ini.

Secara keseluruhan, dari Juni 2015 ke Juni 2016, aset BSM tumbuh 7,6 persen Rp 67 triliun ke Rp 72 triliun, pembiayaan tumbuh 4,5 persen dari Rp 50,4 triliun menjadi Rp 52,7 triliun, sementara DPK tumbuh 7,8 persen dari Rp 59 triliun menjadi Rp 64 triliun per Juni 2016.

Pencapaian lainnya adalah NPF turun dari 6,7 persen menjadi 5,6 persen, dengan BOPO yang juga terkendali dari 94,5 persen menjadi 93,63 persen, dan rasio biaya terhadap pendapatan (CIR) juga berhasil ditekan dari 69,87 persen menjadi 63,78 persen.     rep: Fuji Pratiwi, ed: Ichsan Emrald Alamsyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement