Rabu 04 May 2016 16:00 WIB

BRI Syariah Sasar Proyek Infrastruktur

Red:

Foto : Republika/ Wihdan  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

JAKARTA — Tahun ini BRI Syariah mengarahkan pembiayaan komersial ke proyek infrastruktur perintah dan industri pendukung terkait infrastruktur. Direktur Bisnis Ritel dan Komersial BRI Syariah Indra Praseno mengatakan, pembiayaan komersial BRI Syariah tahun ini diarahkan ke proyek infrastruktur. Karena belum bisa memberi pembiayaan besar, pembiayaan komersial tidak akan tepat di batas BMPK sebesar Rp 400 miliar. "Kalau proyek terlalu besar, kami cari turunan terkait proyek itu untuk digarap," kata Indra, pekan lalu.

Meski dari sisi aset masih kecil, Indra mengatakan, BRI Syariah tidak berhenti dan akan mencari peluang proyek infrastruktur yang mungkin bisa dimasuki. Karena pembiayaan komersial umumnya relatif besar, Indra mengakui, memang harus hati-hati agar tidak menambah beban.

Dengan induk, BRI Syariah bersinergi untuk beberapa produk seperti pembiayaan perdagangan (trade finance). Termasuk jika permintaan pembiayaan nasabah terlalu besar.

Hingga Maret 2016, pembiayaan komersial mencapai Rp 5,08 triliun, tumbuh 0,89 persen dibanding kuartal pertama 2015. Secara keseluruhan, NPF gross BRI Syariah pada Maret 2016 sebesar 4,84 persen dan NPF net 3,90 persen.

Selain itu, BRI Syariah juga mencari tahu potensi sektor kemaritiman dan wisata halal. Apalagi, wisata halal punya kaitan erat dengan UKM. Sementara, proyek kemaritiman punya potensi Rp 5.500 triliun yang tersebar di 266 proyek. "BRI Syariah sudah masuk ke pembiayaan tujuh atau delapan minihidro. Apalagi, pelaku green banking dari perbankan syariah baru dua," ujar Indra.

Indra mengakui, proyek energi memang berisiko. Tetapi, jika bisa mempelajari, bank syariah bisa masuk. BRI Syariah optimistis, jika proyek-proyek infrastruktur berhasil, korporasi akan makin percaya diri untuk melakukan pembiayaan ke sektor komersial yang lain.

Sepanjang 2015 lalu, kinerja BRI Syariah memperlihatkan pertumbuhan positif. Aset perusahaan, penghimpunan, dan penyaluran dana serta laba perusahaan menunjukkan peningkatan. Aset perusahaan tumbuh 19,12 persen menjadi Rp 24,23 triliun.

Perhimpunan dana pihak ketiga (DPK) meningkat menjadi Rp 19,65 triliun atau tumbuh sebesar 17,58 persen dari tahun sebelumnya. Pada 2015 penyaluran dana melalui pembiayaan tumbuh 6,17 persen menjadi Rp 16,66 triliun. Laba perusahaan meningkat menjadi Rp 122,64 miliar.

Sementara, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja mengatakan, pihaknya mengalokasikan anggaran Rp 1,5 triliun untuk rencana akuisisi bank lain dan penyuntikan modal anak usaha pada 2016. Untuk akuisisi, BCA akan mulai "menyeleksi" bank kecil yang berpotensi besar untuk pengembangan bisnis di Indonesia.

Begitu juga untuk suntikan kepada anak usaha, kemungkinan perseoran akan melakukan injeksi modal pada semester II 2016 ini. Untuk injeksi kepada anak usaha, Jahja mengatakan, salah satu program yang ingin dikembangkan adalah BCA Syariah agar bisa masuk ke layanan bank nirkantor (branchless banking).

Hingga kini, BCA memiliki enam anak usaha di segala sektor industri keuangan dan satu anak perusahaan yang didirikan di Hong Kong, BCA Finance Limited. "Memang akan terus kita kembangkan, apalagi ada branchless banking, maka kita usahakan supaya bisa masuk ke pasar itu," ujarnya.  rep: Fuji Pratiwi antara ed: Ichsan Emrald Alamsyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement