Rabu 04 May 2016 16:00 WIB

Perbankan Syariah Tumbuh pada Kuartal Pertama

Red:

JAKARTA — Meski perlahan, perbankan syariah mulai menunjukkan pertumbuhan pada kuartal I 2016. Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama BJB Syariah Yocie Gusman menuturkan, pada kuartal I tahun ini dibandingkan kuartal I 2015 lalu (year on year), pembiayaan tumbuh 5,25 persen menjadi Rp 4,885 triliun dari Rp 4,640 triliun. Realisasi pembiayaan pada tiga bulan pertama 2016 ini sebesar Rp 511 miliar.

Saat ini pembiayaan BJB Syariah diarahkan ke pembiayaan konsumer dengan fokus pada segmen berpendapatan tetap. Di sisi lain, pembiayaan produktif turun. "Meski belum terlalu signifikan, perbaikan kualitas pembiayaan tetap ada, yang terlibat dalam perbaikan NPF sebesar 0,25 persen," ungkap Yocie, pekan lalu.

Year on year pada Maret 2016, aset BJB Syariah tumbuh 12,5 persen menjadi Rp 6,745 triliun dari Rp 5,995 triliun dan DPK tumbuh 9, 87 persen menjadi Rp 5,219 triliun dari Rp 4,750 triliun. Sementara, laba tumbuh signifikan pada Maret 2016 mencapai Rp 20,367 miliar dari Rp 1,108 miliar.

Direktur Utama BTPN Syariah Syariah Harry A S Sukadis menyampaikan, pertumbuhan pada kuartal I satu 2016 dibanding Desember 2015 (year to date) masih positif. Aset tumbuh 7,4 persen, DPK tumbuh 5,8 persen, dan pembiayaan tumbuh 5,7 persen.

Seluruh portofolio pembiayaan BPTN Syariah merupakan pembiayaan mikro. Kualitas pembiayaan, lanjut Harry, juga masih bagus dan tercermin dari NPF gross 1,2 persen dari NPF gross pada akhir 2015 sebesar 1,25 persen. "Pembiayaan masih fokus pada mikro, yaitu pembiayaan untuk masyarakat prasejahtera. Seluruh pembiayaan adalah pembiayaan mikro," ujar Harry.

Dibandingkan akhir 2015, laba BTPN Syariah pada kuartal I ini tumbuh 21 persen.  Beban biaya juga turun dengan BOPO menjadi 81 persen. "Kami berusaha mengelola biaya variable yang bisa dikontrol saja," ungkap Harry. Soal kontribusi pendapatan nonoperasional seperti pendapatan jasa (fee-based income), Hary menyatakan, jumlahnya tidak signifikan.

Sebelumnya, Pemimpin Divisi Unit Usaha Syariah (UUS) Bank Jatim Avantiono Hadhianto mengatakan, pada kuartal pertama 2016 ini, aset UUS Bank Jatim mencapai Rp 1,7 triliun dari Rp 1,271 triliun pada Maret 2015. Pembiayaan mencapai Rp 751,183 miliar, DPK mencapai Rp 975,235 miliar, dan laba Rp 2,389 miliar. "Kualitas pembiayaan masih bagus yang terlihat dari NPF yang mencapai 1,8 persen dan FDR 77 persen," kata Avantiono.

Sementara, UUS Bank Danamon (Danamon Syariah) menunjukkan kinerja positif pada kuartal pertama 2016. Pemilihan segmen dan relaksasi kebijakan regulator ikut memacu pertumbuhan.

Hal tersebut dinyatakan Direktur Unit Usaha Syariah Danamon (Danamon Syariah) Herry Hykmanto pada akhir April. Ia mengatakan, pembiayaan Danamon Syariah konsisten kepada UKM dan koperasi. Tahun lalu Danamon Syariah juga mulai berekspansi ke sektor perdagangan dan otomotif.

Karena menyasar koperasi karyawan, Danamon Syariah masuk ke semua sektor, termasuk manufaktur dan jasa keuangan. Sementara, UKM lebih ke manufaktur, eksportir, pemasok infrastruktur, dan jasa keuangan seperti BPRS.

Pada kuartal pertama 2016 ini, kualitas pembiayaan juga membaik. NPF gross mencapai 1,07 persen pada kuartal pertama 2016 ini, turun dari 2,31 persen pada kuartal pertama 2015. Hingga akhir 2016, NPF ditargetkan tetap ada di kisaran satu persen.

"Tahun ini Danamon Syariah mulai melakukan konsep leveraging dengan menggunakan jaringan kantor induk (Bank Danamon) untuk memasarkan produk syariah," kata Herry dalam paparan kinerja kuartal pertama Bank Danamon beserta anak usahanya di Menara Bank Danamon, Selasa (26/4).

Mulai awal 2016 ini, 133 jaringan kantor Danamon yang mayoritas berada di Jawa dimanfaatkan untuk melayani produk syariah. Jumlah kantor Danamon yang akan melayani transaksi syariah masih akan ditambah. Hingga kuartal satu 2016, ada 14 kantor cabang Danamon Syariah. Dengan model leveraging ini, Herry berharap, pertumbuhan Danamon Syariah bisa lebih cepat.

Selain itu, dana pihak ketiga (DPK) Danamon Syariah juga tumbuh 22 persen yang terdiri atas pertumbuhan tabungan 13 persen, dan deposito 30 persen. Secara keseluruhan, pembiayaan tumbuh 17 persen sehingga rasio FDR mencapai 108 persen. "FDR kami tinggi berarti dana benar-benar disalurkan untuk pembiayaan," kata Herry.  rep: Fuji Pratiwi ed: Ichsan Emrald Alamsyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement