Senin 18 Jan 2016 15:00 WIB

Membesarkan Perbankan Syariah Melalui Konversi BPD

Red:

Dengan pangsa pasar belum mencapai lima persen, bank syariah membutuhkan usaha ekstra untuk membesarkan industri yang umurnya baru menjelang 15 tahun ini. Konversi bank konvensional jadi bank syariah bisa dikatakan merupakan cara radikal agar industri ini keluar dari perangkap lima persen.

Adanya amanat qanun Daerah Istimewa Aceh membuat opsi konversi BPD Aceh (Bank Aceh) menjadi bank umum syariah lebih dipilih ketimbang memisahkan (spin off) unit syariah. Apabila konversi Bank Aceh rampung tahun ini, industri perbankan syariah akan kedatangan pemain baru dengan aset Rp 18,7 triliun.

"Pemerintah Aceh serius menggarap konversi ini. Gubernur Aceh terus memantau," kata Direktur Utama Bank Aceh Bursa Abdullah mengawali kerja sama dengan BNI Syariah di kantor pusat Bank Aceh di Banda Aceh, Kamis (14/1).

Karena melakukan perubahan besar dan mendasar, Bank Aceh merangkul BNI Syariah untuk membantu persiapan mereka jadi BPD syariah kedua di industri perbankan syariah nasional. Kerja sama kedua bank ini mencakup pembekalan kapasitas SDM, prosedur operasional standar, serta sistem dan aspek bisnis.

Konversi Bank Aceh menjadi bank syariah bahkan menarik perhatian Bank Pembangunan Islam Dunia (IDB). Meski begitu, Bank Aceh, kata Direktur SDM dan Syariah Bank Aceh Haizir Sulaiman, lebih memilih rekan dari dalam negeri agar proses konversi berjalan sesuai rencana. "Rekan dari Indonesia lebih paham kultur dan hukum di Aceh dan di Indonesia," ujar Haizir.

Sebagai satu-satunya provinsi yang menerapkan syariat Islam, Direktur Utama BNI Syariah Dinno Indiano menilai, tidak ada alasan bagi Aceh tidak bersyariah, termasuk dalam urusan keuangan. Hati masyarakat, ia yakini pula, mau bersyariah.

Sebagai anak kandung BNI, lanjut Dinno, BNI Syariah merasakan membangun bisnisnya dari awal. BNI Syariah membangun semua hal dari nol setelah menjadi BUS pada 2010.

"Konversi ini harus dibantu. Apalagi, ada Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) yang dipimpin presiden. Ada keseriusan pemerintah mengembangkan keuangan syariah," tutur Dinno.

Apabila konversi BPD pertama oleh Bank Aceh ini sukses, KNKS bisa lihat dan membuat ini sebagai contoh bagi kebijakan nasional. BNI Syariah pun berharap bisa berbagi dan seluas yang dibutuhkan.

Menurut gubernur Aceh, bank syariah cocok untuk masyarakat Aceh. Alasannya, hal yang ditonjolkan dari bank syariah bukan persaingan, melainkan cara membesarkan industri bersama.

Kepada gubernur Aceh, Dinno juga sudah menyampaikan untuk memberi bank syariah porsi dalam pembangunan daerah. BNI Syariah bisa melakukan clubdeal atau sindikasi dengan Bank Aceh.

Sebab, keberpihakan pemerintah bagi bank syariah baru dari dana haji. Melirik jiran yang 50 persen dana pemerintahnya di perbankan syariah, pangsa pasar perbankan syariah Malaysia sudah lewat 20 persen.

Masyarakat harus dirangkul agar mau bertransaksi di bank syariah. Titik tekannya adalah bagaimana semua transaksi bisa syariah. "Masyarakat perlu tahu konversi Bank Aceh ini serius," ungkap Dinno.

Meski belum selengkap bank konvensional, produk bank syariah sudah mencukupi kebutuhan masyarakat, baik pendanaan maupun pembiayaan. Dukungan masyarakat jadi penting bagi Bank Aceh saat sudah konversi karena tidak bisa selamanya bergantung pada dana pemerintah daerah. Kalau lima persen saja APBD semua pemerintah daerah disalurkan melalui bank syariah, Dinno meyakini industri bank syariah nasional akan tumbuh luar biasa.

Nasabah pun perlu diyakinkan dengan konversi semua tetap aman. Apalagi, keuangan syariah kuat pada akad-akadnya. Kini, tinggal mencari cara agar akad-akad produk itu bisa dibuat sederhana dan tetap syariah bagi masyarakat.n ed: eh ismail

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement