Senin 16 Nov 2015 16:45 WIB

OJK Beri Insentif Penerbit Sukuk

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabar baik bagi perusahaan penerbit sukuk (obligasi syariah). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berjanji memberikan insentif bagi korporasi yang menerbitkan sukuk untuk sektor infrastruktur.

OJK menjelaskan, pasar modal syariah terus berkembang sehingga peluang pembiayaan syariah dari infrastruktur berbasis pasar modal makin terbuka. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida menjelaskan, pasar modal syariah tumbuh positif hingga 2015.

OJK mencatat, per Oktober 2015 terdapat 335 efek syariah dari sekitar 570 emiten. Outstanding SBSN (Surat Berharga Syariah Negara) dan sukuk korporasi sebanyak 41 sukuk dari total 406 surat utang yang tercatat. Kemudian, tercatat 10 reksa dana syariah dengan NAB (nilai aktiva bersih) sekitar satu miliar dolar AS.

"Pasar modal syariah Indonesia akan tumbuh cepat sehingga bisa dimanfaatkan untuk sumber dana proyek infrastruktur," kata Nurhaida dalam Konferensi Internasional Keuangan Islam (ICIF) yang dihelat OJK di Jakarta, akhir pekan kemarin.

Dengan begitu, pasar modal syariah juga turut berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan pendalaman pasar. OJK sudah membuat kerangka regulasi dalam peta jalan pasar modal syariah.

Selain fokus pada pendalaman pasar, SDM, edukasi, dan triparti pembentukan regulasi, OJK memberi insentif dan relaksasi aturan atas penerbitan sukuk. "Insentif sudah ada yang berjalan. Sementara, enam regulasi pasar modal syariah sudah di tahap final dan akan segera diterbitkan," kata Nurhaida.

Ada wacana insentif lain untuk penerbit sukuk, misalnya pungutan. Selain itu, sudah ada keringanan biaya penerbitan sukuk atau efek syariah. OJK juga mengevaluasi kebermanfaatan kebijakan ini.

Dengan regulasi ini, OJK berharap produk pasar modal syariah makin berkembang pada tahun depan. Adanya aturan perihal ahli syariah pasar modal (ASPM), juga diyakini dapat meningkatkan kepercayaan pasar.

Pendalaman pasar juga didorong lewat variasi produk dan edukasi. Nurhaida mengakui, pasar modal syariah terkendala pemahaman calon emiten atau calon penerbit sukuk dan calon investor.

OJK akan berdialog intensif dengan perusahaan potensial. "Ini (hal) penting karena dari survei, korporasi menganggap mencatatkan saham di bursa susah dan keterbukaan informasi perusahaan juga berat (dipahami masyarakat)," ungkap Nurhaida.

Di sisi permintaan (investor), peminat sukuk masih didominasi institusi seperti perusahaan asuransi. OJK memiliki pekerjaan rumah (PR), yakni menggiatkan edukasi di semua jalur, formal dan informal.

Sedangkan, Kepala Pusat Pengembangan Keuangan Islam Global Bank Dunia Zamir Iqbal mengapresiasi langkah Indonesia membuat peta jalan keuangan syariah. "Indonesia juga butuh berkoordinasi dengan pemangku kepentingan internasional, apalagi Indonesia adalah anggota kelompok 20 negara ekonomi besar (G20)," kata Iqbal.

Iqbal mengatakan, peta jalan untuk lima tahun terhitung pendek. Maka, pengawasan harus bagus dan harus tetap dijaga pada jalurnya.

Dukungan Bank Dunia

Bank Dunia juga memiliki keyakinan keuangan syariah bisa memenuhi kebutuhan pembiayaan infrastruktur. Apalagi, pertumbuhan sektor ini terus menunjukkan hasil positif.

Direktur Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo Chaves, mengungkapkan, sekitar 37 persen balita di Indonesia tidak merasakan masa anak-anak yang layak. Situasi ini dilatarbelakangi ketersediaan air bersih dan listrik sangat kurang. Selain itu, pembangunan infrastruktur untuk akses kesehatan dan konektivitas jalan juga masih terhambat.

Berbicara soal infrastruktur, Indonesia membutuhkan dana sekitar 60 miliar dolar AS per tahun. Tapi, dana yang ada baru sebanyak 25 miliar dolar AS.

Butuh cara lain untuk menutupi defisit pembangunan infrastruktur, termasuk mendorong kapasitas perusahaan lokal. "Penting untuk mengatasi shortfall ini. Karenanya ada kebutuhan akan pembiayaan Islam," kata Chaves di acara yang sama.

Bank Dunia menilai pertumbuhan segmen ini sangat cepat. Hanya saja, keuangan Islam menghadapi tantangan karena sektor riil masih kecil. Dia menekankan, semakin banyak pembiayaan syariah berbasis Islam, maka semakin banyak infrastruktur yang bisa dibangun dan dijangkau.

Ternyata, tegas dia, Bank Dunia sudah berpartisipasi dalam keuangan Islam. Yakni, pembentukan Pusat Pengembangan Keuangan Islam Global yang berkantor di Turki pada 2013. rep: Fuji Pratiwi ed: Zaky Al Hamzah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement