Rabu 01 Jul 2015 12:00 WIB

Wisata Halal Indonesia Butuh Usaha Lebih

Red:

JAKARTA -- Lembaga riset dan pemeringkat industri pariwisata halal, Crescentrating, menilai Indonesia harus berusaha lebih keras jika ingin melangkahi Malaysia dan Thailand dalam mengembangkan pariwisata halal.

Dalam kesempatan kunjungannya di Jakarta, pendiri dan CEO Crescentrating Fazal Bahardeen mengatakan, dalam laporan riset Crescentrating bersama MasterCard Global Muslim Travel Index (GMTI) 2015, Indonesia ada di urutan enam tujuan wisata halal dunia, di bawah Malaysia dan Thailand.

"Kami lihat Indonesia belum begitu kencang mempromosikan diri sebagai tujuan wisata ramah Muslim, seperti yang dilakukan Thailand dan Malaysia," ungkap Fazal.

Ia melihat Malaysia dan Thailand sangat agresif memasarkan produk wisata ramah Muslim ke pasar negara-negara mayoritas Muslim. "Itu yang belum ada dari Indonesia," ujarnya, pekan lalu.

Fazal menyatakan, Indonesia harus mengintegrasikan promosi pariwisata halal ke dalam program pariwisata nasional serta perlu membuat program khusus pariwisata halal.

"Jadi perlu mengintegrasikannya dalam kampanye pariwisata nasional. Pada saat yang sama juga perlu membuat paket khusus pasar Muslim," kata bos perusahaan yang berbasis di Singapura itu.

Di level nasional, kata Fazal, pasar wisatawan Muslim harus dilihat sebagai pasar penting, setelah Indonesia menargetkan pasar Cina dan Eropa sebagai andalan.

Ia menjelaskan, Malaysia jadi bagus karena mereka punya sistem khusus pariwisata Muslim yang mempromosikan wisata Islam dalam agenda pariwisata nasional.

Thailand juga tidak sungkan mengumumkan "Muslim Friendly Thailand" pada sebulan lalu. Begitu juga Korea Selatan.

"Saya yakin Indonesia sudah melakukan banyak upaya. Tapi, memang harus lebih besar lagi upayanya dengan target spesifik untuk pasar Muslim," kata dia.

Dari catatan Crescentrating, tahun lalu jumlah kunjungan wisatawan Muslim ke Malaysia mencapai 5,9 juta orang. Sementara, yang datang ke Indonesia hanya sekitar dua juta orang saja dari total 10-11 juta wisatawan asing yang masuk.

"Secara natural pun, fasilitas untuk wisatawan Muslim di Indonesia lebih banyak. Kami terus menambah informasi tentang Indonesia," kata dia.

Fazal memberi poin-poin penting yang bisa dicermati untuk pengembangan pariwisata halal Indonesia. Dari mana pun asal turis Muslim yang datang, ada fitur dasar yang sama, yaitu makanan halal, fasilitas shalat, dan kemudahan saat puasa Ramadhan. Dengan membuat fitur dasar itu mudah diakses, Indonesia sudah memenuhi 50-60 persen kebutuhan dasar berwisata halal.

Selebihnya, tentu ada kekhususan. Pelancong Arab yang datang ke Indonesia pasti tidak mencari lokasi wisata agama karena mereka datang dari negara yang sangat kental keagamaannya. "Yang mereka cari adalah  wisata alam atau belanja," ujarnya.

Kebanyakan mereka berwisata bersama keluarga, dari anak hingga kakek nenek, tiga generasi berjalan-jalan bersama. Harus ada akomodasi yang cocok untuk mereka.

Mereka tak begitu nyaman jika harus menginap di hotel karena mereka terpisah-pisah. Mereka cenderung hotel apartemen. Apartemen tiga atau empat kamar dengan layanan seperti hotel. Tapi, resort juga nyaman untuk mereka.

Wisatawan Eropa yang sedikit sekali komunitas Muslimnya akan mencari tempat-tempat untuk memahami Islam, nilai dan budayanya di Indonesia.

Turis Malaysia tidak datang ke Indonesia untuk wisata religi, tapi belanja ke Surabaya dan Bandung.

Semua wisatawan Muslim punya kebutuhan dasar. Tentu, lanjut Fazal, wisatawan Arab tak bisa makan nasi padang setiap hari maka perlu juga ada menu makanan Arab. "Perbedaan kecenderungan seperti ini yang harus dipahami," kata dia.ed: irwan kelana

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement