Jumat 31 Oct 2014 13:00 WIB

Rumah Jamur dan Ekonomi Syariah

Red:

Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES) yang diketuai oleh Haim Alamsyah meresmikan usaha Rumah Jamur yang berlokasi di Ciseeng, Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat,  Kamis (30/10). Usaha rumah jamur ini didirikan oleh Pesantren Riyadhul Jannah yang dipimpin oleh  KH Supriyadi.

"Ini merupakan salah satu cerita inspirasi dalam usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh. Sebuah keteguhan dan konsisten yang diikuti dengan keyakinan kepada Allah SWT," ujar Ketua PKES Halim Alamsyah.

Ia mengatakan, keberhasilan  usaha rumah jamur tersebut merupakan  bukti nyata dari luas dan besarnya peluang penerapan ekonomi syariah. Dan, bukan hanya bentuk keberhasilan individual saja, melainkan keberhasilan kolektif/keberhasilan bersama.

Halim mengemukakan,  usaha rumah jamur tersebut harus lebih diperluas dan dikembangkan. Setelah sektor permodalan, kemudian sektor pemasaran, dan juga harus diutamakan sektor mutu produk. "Dengan ketiga hal itu maka hasil produksi akan memiliki nilai tambah yang signifikan tentunya dengan keyakinan atas kuasa-NYA, semua akan dipermudah," jelas pria yang menjabat  Deputi Gubernur Bank Indonesia itu.

Ia berharap, Indonesia mampu menjadi negara pertama yang bisa memperkuat ekonomi syariah dari pengelolaan zakat dan wakaf terbaik. Karena, hingga saat ini belum ada negara manapun yang sudah mengelola hal itu dengan sangat baik.

Peresmian Rumah Jamur tersebut bekerja sama dengan bank syariah, PKES, Gerakan Ekonomi Syariah (Gres!), Sejuta Berdaya yang diresmikan oleh  Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun lalu, Yayasan Pesantren Islam (YPI)  Al Azhar dan Al Azhar Peduli Ummat.

Pimpinan YPI Al Azhar Muhammad Suhandi menyatakan, dukungannya pada pengembangan Rumah Jamur tersebut. Ia menegaskan, usaha yang dibarengi dengan keyakinan kepada Allah serta niat yang baik akan dapat berjalan dengan baik, ditambah dengan penerapan yang sesuai syariah.

"Saya pun mendukung PKES, Sejuta Berdaya, maupun Gres! Program tersebut  memberikan potensi dan gerakan besar untuk kemanfaatan umat ke depan," jelasnya.

Pimpinan Pesantren Riyadhul Jannah KH Supriyadi menceritakan, awal mula ia tertarik mendirikan usaha produksi jamur. Pada mulanya, karena kondisi pesantren yang sedang tidak stabil jika hanya mengandalkan biaya operasional para santri, tepatnya pada 1994.

"Mengingat pada waktu itu sebaian besar santri merupakan anak-anak dhuafa dari kalangan menengah ke bawah, sehingga tidak bisa memberatkan perekonomian pesantren kepada wali santri," jelasnya.

Oleh karena itulah, ia memulai usaha dengan beternak ayam potong. Pada awalnya berjalan dengan baik.  Namun ketika memasuki tahun kelima usaha, pesantren mengalami penurunan keuntungan. Ditambah dengan desakan dari wali santri yang tidak mendukung usaha pemotongan ayam itu, dengan mengatakan ketidaklaikan untuk sebuah pesantren.

Setelah itu  Supriyadi harus bertindak cepat untuk menyelamatkan pesantren. Kemudian, diputuskannya untuk membuka usaha rumah jamur yang terinspirasi dari sebuah buku satu toko buku yang di sambanginya bersama istri tercintanya.

"Dari sanalah awalnya, saya mendirikan rumah jamur dan mulai memproduksinya, meskipun pada awalnya mengalami kerugian yang cukup besar. Tetapi, hanya dengan yakin kepada Allah, saya terus melanjutkan usaha ini dan mencapai keberhasilan pada 2003 lalu, kemudian mendapatkan bantuan dari Al Azhar Peduli Ummat," lanjutnya kepada Republika.

N c64 ed: irwan kelana

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement