Kamis 30 Oct 2014 18:32 WIB

Bank Syariah Ditantang Yakinkan Kelas Menengah Muslim

Red:

JAKARTA -- Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) menilai wajar ketika Lembaga riset yang khusus mengkaji konsumen kelas menengah Indonesia, Center for Middle Class Consumer Studies (CMCS), menyebutkan bahwa konsumen kelas menengah Muslim di Indonesia semakin makmur justru semakin religius. Untuk itu, tantangan perbankan syariah di Indonesia adalah meyakinkan kelas menengah Muslim ini bahwa kesalehan sosial lebih penting daripada kesalehan ritual.

Ketua Dewan Kehormatan Asbisindo Ahmad Riawan Amin, mengutip pernyataan psikolog terkenal Abraham Maslow, mengatakan bahwa setiap manusia berada pada tangga hierarki kebutuhan yang berbeda-beda. Dimulai dari survival sampai yang tertinggi yaitu self-actualisation. Pada akhir hayatnya, kata dia, Maslow bicara tentang tingkatan yang lebih tinggi, yaitu self-transcendence terkait dengan realisasi spiritualitas dan religiusitas dalam diri seseorang.

"Karena itu, sangat wajar hasil survei tentang kelas menengah Muslim bahwa semakin kaya seorang Muslim akan semakin religius Muslim tersebut," ujarnya kepada Republika, di Jakarta, Senin (27/10).

Untuk merebut potensi itu, bank syariah disebutnya mendapat tantangan untuk meyakinkan kelas menengah Muslim bahwa kesalehan sosial atau muamalat tidak kalah penting atau bahkan lebih penting daripada kesalehan ritual. "Sekaligus menampilkan citra bankir syariah yang memang juga saleh dan pantas mewakili keuangan Ilahiyah, serta proses perbankan yang menyejukkan," katanya.

Tanpa pendekatan yang menyeluruh (kaffah), kata Riawan, sulit untuk meyakinkan kelas menengah Muslim ini mengenai pentingnya aspek muamalat dalam agama. Lebih sulit lagi meyakinkan bahwa bank syariah dan bankirnya benar-benar syariah.

Sebelumnya, CMCS menyebutkan, konsumen kelas menengah Muslim Indonesia ketika semakin makmur justru semakin religius. Peneliti dari CMCS, Yuswohady, mengatakan, pihaknya mengadakan riset ini selama setahun dengan 1.000 responden kelas menengah Muslim yang berasal dari enam kota, antara lain Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung. Responden yang diteliti kali ini yang mengeluarkan uang untuk belanja dengan rentang nominal Rp 4 juta sampai Rp 14 juta per keluarga per bulan.

Hasilnya, kata dia, potensi konsumen Muslim Indonesia sangat menantang. Tidak hanya potensinya yang luar biasa besar, yaitu jumlah konsumen Muslim mencapai 87 persen dari seluruh penduduk Indonesia, tetapi dinamika perubahannya sejak beberapa tahun terakhir juga mencengangkan. Itu terlihat dari sejak adanya Bank Muamalat tahun 1991, bank syariah di Indonesia tumbuh luar biasa mencapai hampir 40 persen setiap tahunnya. Pertumbuhan itu jauh melebihi pertumbuhan bank konvensional yang tidak sampai 20 persen. n ed: irwan kelana

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement