Senin 01 Sep 2014 13:00 WIB

Bank Syariah Dorong Industri Subsitusi Impor

Red:

JAKARTA -- Perbankan syariah terus mendorong pertumbuhan industri substitusi impor. Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Yuslam Fauzi mengatakan, sejalan dengan perkembangan perbankan syariah, industri substitusi impor akan selalu mendapat perhatian.

Namun, karena market share bank syariah baru sekitar lima sampai enam persen di perbankan nasional maka peran bank syariah dalam mendukung industri tersebut belum terlalu menonjol. "Peranan perbankan syariah untuk memdukung industri substitusi impor juga masih kecil sebagaimana bank syariah portfolionya masih kecil," terang Yuslam di Jakarta pada Kamis (28/8).

Secara keseluruhan, kata Yuslam, tantangan bank syariah adalah kurangnya inovasi dalam produk perbankan. Di samping itu, perbankan syariah perlu lebih banyak mendapat fleksibilitas dalam konteks regulasi.

Yuslam tak memungkiri bahwa margin bagi hasil bank syariah terhadap usaha mikro kecil menengah (UMKM) masih tergolong tinggi. Tapi, pembiayaan syariah ternyata banyak diminati pengusaha mikro, kecil, dan menengah. Hal itu dikarenakan turnover UMKM yang tinggi. "Katakanlah bagi hasil 48 persen, tapi kalau pengusaha mikro untungnya 100 persen maka bagi hasil itu mereka anggap murah," kata Yuslam.

Ia menilai, bagi hasil yang dikenakan bank syariah terhadap sektor mikro jauh lebih rendah ketimbang yang dikenakan rentenir. Dengan adanya sistem perbankan, pengusaha dididik untuk tertib administrasi.

Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam Agustianto Mingka mengatakan, dalam rangka menjalankan visi syariah, terdapat sejumlah prioritas jangka pendek yang akan dijalankan. Di antaranya, menyusun master plan sektor jasa keuangan syariah Indonesia yang bekerja sama dengan Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) dan mengembangkan infrastruktur keuangan syariah.

Dalam kesempatan terpisah, mantan wali kota Mataram H Lalu Mujitahid berharap agar pemerintah terus memberikan pembinaan dan perhatian dalam bidang ekonomi kerakyatan berupa sektor usaha kecil menengah (UKM) di daerah itu. "Sebab, perekonomian kerakyatan, seperti pasar tradisonal, pedagang kaki lima (PKL), dan koperasi, merupakan tulang punggung dari kemandirian ekonomi dalam jangka panjang," katanya menyampaikan harapannya pada HUT ke-21 Kota Mataram di Mataram, Ahad (31/8). rep:c88/antara  ed: irwan kelana

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement