Senin 18 Aug 2014 17:21 WIB

Bank DKI Berhati-hati Lepas UUS

Red:

JAKARTA -- Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank DKI berhasil mencatat kinerja yang cemerlang sepanjang 2014. Hingga akhir Juli, UUS Bank DKI berhasil meraup laba setelah pajak senilai Rp 54 miliar.

Hingga akhir Juni saja, UUS Bank DKI meraih laba sebesar Rp 49 miliar atau meningkat hampir 55 persen dari periode semester I 2013, yaitu Rp 31 miliar. Begitu juga aset dengan yang kini telah mencapai Rp 2,83 triliun. Padahal, aset DKI Syariah pada 2010 hanya Rp 300 miliar.

Meski begitu, bukan berarti induk usaha, Bank DKI, langsung melepas atau spin off Bank DKI Syariah. Direktur Korporasi dan Syariah Bank DKI Mulyatno Wibowo menyatakan, perseroan tak ingin melakukan kesalahan ketika melepas anak usaha syariah. Karena, ada beberapa bank yang setelah melakukan spin off terhadap UUS, kinerja anak usaha itu malah memburuk.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Republika/Adhi Wicaksono

Petugas melayani nasabah di banking hall Bank DKI Syariah, Jakarta, Rabu (23/7).

 

Oleh karena itu, perseroan memiliki target tersendiri. Minimal, menurut dia, aset UUS DKI telah mencapai Rp 5 triliun dengan modal Rp 1 triliun. "Atau, masuk Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) I," katanya kepada Republika di Jakarta, akhir pekan kemarin.

Kategori lainnya, pembiayaan bermasalah tak boleh lebih dari dua persen. Kemudian, telah memiliki sumber daya manusia dan infrastruktur.

Untuk mencapai itu, induk saat ini memberikan keleluasaan perusahaan untuk berkembang. Tak heran, saat ini pembiayaan lebih merata, baik ritel, korporasi, maupun KPR.

Terkait kinerja, per Juni 2014 laba UUS Bank DKI sebesar Rp 49 miliar atau meningkat hampir 55 persen dari periode semester I 2013, yaitu Rp 31 miliar. Sebulan kemudian atau per akhir Juli 2014, laba setelah pajak senilai Rp 54 miliar. Target laba mencapai Rp 100 miliar hingga akhir 2014.

Satu hal yang menggembirakan saat ini adalah perolehan dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil melewati target. Pada awal 2014 target DPK hanya Rp 1,39 triliun, tapi saat ini mencapai Rp 1,89 triliun. Pembiayaan mencapai Rp 2,65 triliun. Sedangkan, target awal induk usaha hanya Rp 2,7 triliun.

Aset syariah mencapai Rp 2,83 triliun hingga Juli 2014. Padahal, target perseroan hanya 2,87 triliun. Pembiayaan juga mencapai Rp 2,65 triliun. Sedangkan, target awal induk usaha hanya Rp 2,7 triliun.

Menurutnya, keberhasilan ini karena induk sendiri memberi keleluasaan bagi usaha syariah untuk memperluas bisnis. Tak hanya mengejar pembiayaan ritel, UUS DKI pun berhasil masuk ke proyek Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Selain itu, juga berhasil menyokong pembiayaan korporasi ke perusahaan berkualitas. Karena, memang, tutur dia, Unit Usaha Syariah hanya bisa membiayai perusahaan yang memiliki kondisi neraca keuangan yang baik.

UUS DKI juga menggandeng koperasi dari perusahaan-perusahaan besar. Sehingga, DPK melonjak sangat cepat. ''Pada akhirnya, kami berharap, UUS bisa terus optimal, sehingga jika suatu saat dilepas (spin off), makin berkembang pesat,'' jelasnya.

Pelaku industri perbankan syariah Ahmad Riawan Amin mengatakan, ada baiknya induk konvensional tak buru-buru melakukan spin off. Proses perubahan harus dilakukan secara perlahan-lahan dan berhati-hati. Karena, spin off dalam waktu yang sempit justru akan menciptakan bank yang prematur.

Ujung-ujungnya, menurut Riawan, bank syariah walaupun banyak, tapi kecil dan lemah. Ia juga berharap, regulator, yaitu Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tak memaksa bank induk untuk melepas UUS mereka. ''Pemaksaan prematur spin off bertentangan dengan logika bisnis dan kepentingan syariah,'' tutur dia kepada Republika, belum lama ini.

Karena, jika dipaksa yang terjadi adalah tumbuhnya bank syariah kecil dan lemah. Pada akhirnya bank-bank tersebut terpaksa dimerger atau digabung. rep:ichsann emrald alamsyah ed: zaky al hamzah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement