Senin 21 Jul 2014 15:30 WIB

Tren Syariah Masih Positif

Red:

JAKARTA -- Meski likuiditas ketat, BNI Syariah masih bisa menjaga tren positif kinerja keuangannya. "Hal ini terlihat dari tumbuhnya berbagai indikator keuangan, khususnya dari portofolio pembiayaan," kata Direktur Utama PT BNI Syariah Dinno Indiano di Jakarta, pekan lalu.

Dinno menjelaskan, kinerja perseroan sepanjang semester pertama secara umum memenuhi target. Hingga akhir Juni 2014, pembiayaan meningkat pesat 39,7 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Jika akhir semester 2013 angka pembiayaan sekitar Rp 9,5 triliun maka tahun ini mampu tumbuh Rp 13,36 triliun.

Dengan demikian, BNI Syariah bisa membuat komposisi neraca sehat dan perseroan dapat membukukan laba sebesar Rp 66,5 miliar. Jumlah ini naik 22,2 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya Rp 54,4 miliar.

Ia juga mengatakan, kontribusi segmen produktif, baik komersial maupun ritel dan mikro terus meningkat. Khususnya, segmen mikro yang menyumbang nominal yang cukup besar. Tentu saja, hal tersebut sejalan dengan arah pengembangan menjadi bank komersial sesuai dengan ketentuan BUKU oleh Bank Indonesia.

Ia menyebutkan, angka pembiayaan mikro langsung dari outlet BNI Syariah senilai Rp 1 triliun hingga pekan kemarin. ''Diharapkan, akhir tahun (segmen mikro) bisa sampai di angka Rp 1,2 triliun,'' tuturnya.

BNI Syariah, ucap dia, memiliki resep tersendiri mengapa bisa berhasil melakukan pembiayaan mikro. Padahal, beberapa bank syariah lain tampak berhati-hati, bahkan tertatih-tatih berada di segmen ini.

Rata-rata, BNI Syariah melakukan pembiayaan langsung tanpa harus berhubungan dengan perantara. Perantara yang dimaksud adalah sistem linkage melalui baitul mal wat tamwil (BMT) dan koperasi syariah.

Hanya saja, pada saat yang sama pihaknya juga melakukan linkage yang hingga Juni telah mencapai Rp 900 miliar. ''Total pembiayaan mikro kami kalau digabung sebesar Rp 1,9 triliun,'' ujar dia.

Selain itu, BNI Syariah tak berkompetisi langsung dengan bank konvensional dan syariah di kota besar. Ia mencontohkan, di Pulau Jawa, perseroan hanya memiliki lima cabang dari total 15 cabang mikro di Indonesia.

Selain itu, fokus mikro memang harus melalui kekuatan sumber daya insani. Dari 4.500 karyawan BNIS, 1.500 orang di antaranya fokus ke mikro.

Direktur Bisnis BNI Syariah Imam Teguh Saptono menambahkan, kontribusi terbesar dari sisi pembiayaan berasal dari segmen konsumer sebesar 52,8 persen. Angka sekitar Rp 7 triliun dan didominasi pembiayaan Griya iB Hasanah sebesar Rp 5,8 triliun (80 persen).

Satu hal yang menggembirakan adalah rata-rata pembiayaan tersebut adalah rumah pertama. ''Kami memang fokus di segmen yang kita mampu seperti mikro dan konsumer, khususnya griya. Tak heran, griya untuk rumah pertama masih terjaga NPF di 1,4 persen,'' tuturnya.

Selain itu, pembiayaan juga didominasi ritel produktif cabang sebesar Rp 22,1 persen. Ritel produktif sendiri tahun ini tumbuh 51,6 persen dari Rp 1,94 triliun menjadi Rp 2,95 triliun. Selain itu, pembiayaan komersial sebesar 14,6 persen, mikro 7,3 persen dan kartu pembiayaan Hasanah Card sebesar 3,2 persen.

Ia menggarisbawahi, mikro tumbuh pesat secara year on year (yoy) dari Rp 532,5 miliar menjadi Rp 982 miliar. ''Bahkan, tepat pada Jumat (18/7) pembiayaan mikro Rp 1 triliun,'' tutur Imam.rep:ichsan emrald alamsyah  ed: irwan kelana

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement