Jumat 11 Jul 2014 14:21 WIB

Aset Bank Syariah di NTB Tembus Rp 2,5 Triliun

Red:

MATARAM -- Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Nusa Tenggara Barat mencatat, perbankan syariah di daerah itu terus berkembang. Hal itu karena dukungan pertumbuhan ekonomi yang positif dan terbukanya pasar syariah.

"Peningkatan kinerja perbankan syariah di NTB juga menjadi indikasi meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan tersebut," kata Kepala Perwakilan BI Nusa Tenggara Barat (NTB) H Bambang Himawan di Mataram, Selasa (8/7).

Bambang menyebutkan, indikator kinerja utama bank umum syariah di NTB yang terdiri atas aset, dana pihak ketiga (DPK), dan pembiayaan, menunjukkan perkembangan positif.

Total aset perbankan syariah hingga triwulan I 2014 tumbuh 61,84 persen dibanding periode yang sama 2013 (yoy) yang mencapai 28,79 persen. Sementara, secara kuartal ke kuartal (qtq) mencapai 8,69 persen dibanding triwulan IV 2013 yang mencapai 7,61 persen.

Secara nominal, total aset perbankan syariah NTB pada triwulan I 2014 sebesar Rp 2,51 triliun, meningkat dari triwulan IV 2013 yang sebesar Rp 1,95 triliun.

Sementara, dana masyarakat yang disimpan pada bank umum syariah di NTB tumbuh sebesar 16,89 persen (yoy), lebih rendah dari triwulan IV 2013 yang tumbuh sebesar 18,32 persen.

"Secara triwulanan, DPK mengalami kontraksi 4,5 persen (qtq) menjadi Rp 834 miliar dari triwulan sebelumnya sebesar Rp 873 miliar," sebut Bambang.

Berdasarkan komposisinya, lanjut Bambang, peningkatan dana perbankan syariah didorong tingginya pertumbuhan simpanan dalam bentuk deposito dan tabungan yang mampu tumbuh sebesar 34,89 persen dan 12,65 persen (yoy).

Sementara, simpanan giro mengalami perlambatan selama satu tahun terakhir. Bahkan, pada triwulan I 2014 mengalami kontraksi sebesar 10,84 persen (yoy), mengalami perbaikan dibandingkan triwulan IV 2013 yang mengalami kontraksi sebesar 41,01 persen.

Secara triwulanan, dana masyarakat yang mengalami kontraksi berasal dari tabungan, menurun sebesar 9,55 persen (qtq), sedangkan deposito dan giro tumbuh secara triwulanan sebesar 9,64 persen (qtq) dan 3,85 persen (qtq).

Untuk pembiayaan yang disalurkan bank umum syariah di NTB, kata Bambang, berdasarkan lokasi proyek yang dilaksanakan sepanjang triwulan I 2014 dengan angka pertumbuhan sebesar 25,00 persen (yoy) dan 2,53 persen (qtq).

Pertumbuhan itu mengalami perlambatan dibandingkan triwulan IV 2013 yang mampu tumbuh sebesar 31,62 persen (yoy) dan 6,38 persen (qtq) dengan baki debet sebesar Rp 1,89 triliun.

Berdasarkan jenisnya, penyaluran pembiayaan konsumtif memperoleh porsi tinggi dengan persentase sebesar 53,39 persen dari total pembiayaan. Sementara, pembiayaan produktif yang terdiri atas modal kerja dan investasi tumbuh dengan persentase yang lebih kecil, yaitu sebesar 24,92 persen dan 21,49 persen.

Menurut Bambang, tingginya pembiayaan konsumtif bank umum syariah di NTB menunjukkan bahwa masyarakat telah mulai memercayai perbankan syariah untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Kinerja penyaluran pembiayaan yang meningkat didukung dengan kualitas pembiayaan yang terjaga. Hal itu tecermin dari rasio Non Performing Financing (NPF) atau tingkat pembiayaan bermasalah sebesar 1,13 persen. "Rasio tersebut mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,36 persen, tetapi masih dalam batas aman," ujar Bambang.

Ia mengatakan, fungsi intermediasi bank sebagai lembaga yang menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk pembiayaan atau yang biasa disebut financing to deposit ratio (FDR) menunjukkan kinerja yang tinggi.

Hal itu tecermin dari FDR sebesar 226,60 persen, jauh dari ambang maksimal yang dianjurkan, yakni 92 persen.

Berdasar perkembangan itu, Bambang memperkirakan, perbankan syariah di NTB akan terus tumbuh positif. "Terlebih, mayoritas penduduk di daerah ini adalah Muslim," katanya. antara ed: irwan kelana

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement