Kamis 01 Dec 2016 16:00 WIB

Kisah Cinderella yang Berakhir Tragis

Red:

Associacao Chapecoense de Futebol. Ini adalah nama klub sepak bola Brasil yang didirikan 10 Mei tahun 1973. Chapecoense merupakan peleburan dari dua klub, Atletico Chapecoense dan Independente. Markas mereka ada di Chapeco, kota yang berada di selatan Santa Carina.

Sempat mengganti nama menjadi Associacao Chapecoense Kindermann/Mastervet pada 2002 setelah mendapatkan sponsor, empat tahun kemudian nama mereka kembali ke semula.

Prestasi klub yang punya stadion bernama Arena Condá ini memang tidak terlalu mentereng sejak berdiri 43 tahun lalu. Mereka belum pernah menjuarai Liga Brasil di semua kasta. Namun, ada koleksi lima Piala Campeonato yang merupakan kompetisi lokal di wilayah Santa Catarina. Satu di antara lima titel itu mereka raih tahun ini.

Tahun ini menjadi kesempatan besar bagi Chapecoense untuk bisa membuktikan diri jadi yang terbaik di Copa Sudamericana. Sebelum masuk ke final, Chapecoense memulai perjalanan di turnamen ini dengan melakoni ronde kedua.

Mereka mengalahkan Brazilians Cuiaba dengan agregat 3-2. Nama Chapecoense mulai diperhitungkan ketika mengalahkan raksasa Argentina, Independiente, dalam babak adu penalti pada babak 16 besar.

Masuk ke babak perempat final, Chapecoense menaklukkan Junior dengan agregat 3-1. Pada babak empat besar, mereka bisa meredam wakil Argentina, San Lorenzo, setelah seri 0-0 di rumah sendiri, tetapi bisa meraih hasil imbang 1-1 di kandang lawan.

Dengan unggul gol tandang, Chapecoense lolos ke final untuk bertemu Atletico Nacional. Sayang, sebelum melakoni leg pertama di markas Nacional, Estadio Atanasio Girardot, Medellin, pada Rabu (30/11), pesawat yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan, Senin (28/11).

Pengamat sepak bola kenamaan asal Brasil, Tim Vickery, menyebut Chapecoense sebagai tim yang sedang menyulam mimpi. Sepak terjang Chapecoense musim ini pun dikaitkan dengan kisah Leicester City di Inggris. Layaknya Leicester, Chapecoense bak kisah Cinderella di sepak bola, klub yang bermetamorfosis dari klub kecil menjadi calon juara.

Sayangnya, kisah Cinderella itu berakhir tragis. Jatuhnya pesawat yang hendak mengangkut klub ini guna melakoni laga final bersejarah di ajang Copa Sudamericana memupus mimpi dan harapan mereka.

Pesawat yang pemain Chapecoense tumpangi ketika menuju markas klub Kolombia, Atletico National, jauh pada Senin (28/11) waktu Brasil. Persitiwa yang menewaskan nyaris seluruh anggota tim

Tim Vickery sedih karena tim yang sedang dipuji karena terus memperlihatkan prestasi meningkat ini harus menerima kenyataan pahit. "Ini sebuah tragedi yang menjadi ironi kejam bagi mereka," kata dia, dikutip dari Sky Sports News HQ, Selasa.

Dia mengatakan, andai bisa menjadi juara Sudamericana yang setingkat Liga Europa di kancah Eropa, maka Chapecoense bisa mendapatkan pengakuan tertinggi sepanjang sejarah mereka.

Walau berakhir tragis, nama penggawa Chapecoense yang wafat akan tercatat harum dalam sejarah. Sebab, merekalah juara sejati di setiap hati pencinta sepak bola kini. Oleh Gilang Akbar Prambadi ed: Abdullah Sammy

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement