Rabu 02 Sep 2015 16:00 WIB

Ironi West Ham United

Red:

West Ham United menorehkan cerita ironi di kompetisi Liga Primer Inggris. Belum genap sebulan kompetisi bergulir, The Hammers telah menjadi mimpi buruk bagi tim-tim elite negeri Ratu Elizabeth. Namun, di sisi lain, skuat besutan Slaven Bilic juga menjadi mimpi indah bagi klub semenjana.

Ironi tersebut dimulai pada Ahad (9/8) malam WIB. Genderang perang kompetisi kasta tertinggi di Inggris resmi dimulai. Saat itu, West Ham menghadapi laga berat kala bertandang ke Emirates Stadium, markas Arsenal.

Dengan sederet prestasi mentereng the Gunners selama pramusim membuat banyak kalangan memprediksi tiga poin bakal menjadi milik tuan rumah. Belum lagi soal perbedaan kelas kedua tim tersebut. Namun, apa yang terjadi? Di hadapan puluhan ribu publik Emirates, West Ham menunjukkan keperkasaannya. Klub yang juga memiliki nama lain the Irons ini menumbangkan Arsenal dengan dua gol tanpa balas.

"Ini awal yang baik bagi kami. Bukan soal poin, tapi kami mampu mengalahkan tim yang juga kandidat juara di rumah mereka," demikian pernyataan Bilic usai membawa timnya sukses besar di markas Meriam London, dikutip dari Sky Sport.

Pelatih berkebangsaan Kroasia ini memuji semua kerja keras yang ditunjukkan anak asuhnya. Sebab, hasil ini, kata dia, sangat sensasional. Ia juga menyoroti kinerja bek berusia 16 tahun, Reece Oxford, yang tampil apik di panggung sebesar Liga Primer.

Cerita berlanjut ke pekan kedua. Pada Sabtu (15/8) malam WIB, giliran The Hammers bertindak sebagai tuan rumah saat menjamu Leicester City di Boleyn Ground, London. Setelah sempat memanen banyak pujian di Emirates, pada laga ini, Maure Zarate dan rekan-rekan justru terkapar. West Ham kalah 1-2 dari tim tamu.

Belum berhenti sampai di situ, penderitaan klub dengan akademi terbaik di Inggris ini terus berlanjut. Masih di tempat yang sama, pada pekan ketiga the Irons takluk dari tim promosi AFC Bornemouth dengan skor 3-4. Sontak semua hal positif tentang Bilic mulai luntur. Kursi panas sang pelatih pun mulai tak nyaman.

"Saya sedang dalam tekanan, ini sudah melewati batas, dan saya tidak menyukai hal ini," kata juru taktik berusia 46 tahun itu usai hasil apes di Boleyn, dikutip dari FourFourTwo.

Tanpa banyak berkomentar, Bilic menjanjikan perubahan. Hanya saja, asa pria Kroasia itu terbentur jadwal yang berat. Pada pekan keempat, West Ham diharuskan bertandang ke Anfield Stadion, markas Liverpool. Mengingat semua pembenahan yang telah dilakukan manajemen the Reds selama bursa transfer, The Hammers kembali diprediksi bakal tersungkur.

Namun, apa yang terjadi? Kejutan kembali tersaji di laga ini. Pada Sabtu (29/8) malam WIB, publik Anfield dipaksa terdiam. Tim tamu perkasa memberondong gawang Simon Mignolet tiga gol tanpa balas. Alhasil, pujian pun kembali mengalir di kamar ganti West Ham. Mengingat terakhir kali The Hammers berjaya di stadion tersebut terjadi pada September 1963.

"Setelah 52 tahun, akhirnya kami mendapatkan kemenangan bersejarah di sana (Anfiled). Ini membuat saya merasa bangga sebagai seorang pria," ungkap kapten tim Mark Noble yang juga turut mencetak gol pada laga tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement