Kamis 18 Dec 2014 15:00 WIB

PSSI Dinilai Berpura-pura

Red:

JAKARTA -- Keinginan PSSI memberantas mafia sepak bola dinilai hanya kepura-puraan saja. Terbukti, Brigjen Pol Boy Rafli Amar dipastikan batal menduduki posisi kepala Departemen Integritas PSSI.

Rabu (17/12) kemarin, Kapolri resmi mengangkat Boy Rafli sebagai kapolda Banten. Hal itu mementahkan pernyataan PSSI yang menunjuk Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri itu sebagai kepala Departemen Integritas pada 7 Desember lalu.

Pengamat sepak bola Indonesia Akmal Marhali menyebut penawaran PSSI terhadap Boy Rafli hanya sebatas kepura-puraan. Jika PSSI memang berniat memberantas mafia sepak bola, seharusnya yang digandeng adalah instansinya (kepolisian), bukan individunya.

"Saya kira PSSI hanya berpura-pura, sebab sebelumnya PSSI mengaku sudah bekerja sama dengan pihak kepolisian, tetapi tak ada faktanya. Beberapa hari kemudian, PSSI baru menawarkan Boy Rafli sebagai ketua departemen integritas," ujar Akmal kepada Republika, Rabu (17/12).

Akmal menambahkan, seandainya PSSI bekerja sama dalam bentuk lintas instansi dengan pihak kepolisian, tidak menutup kemungkinan banyak pihak yang akan melapor soal suap dan pengaturan skor. Kemudian, kepolisian sendiri pasti akan membuka akses seluas-luasnya melalui  jalur pengaduan publik. "Tapi tidak tahu kenapa PSSI tidak melakukan itu," kata Akmal menambahkan.

Sementara itu, PSSI menyatakan saat ini belum memiliki opsi untuk kandidat lain yang akan mengisi posisi kepala departemen integritas. Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI, Djoko Driyono, mengatakan sudah mengetahui jika Boy enggan menolak penawaran PSSI menduduki jabatan tersebut.

"Kami sudah mendengar terkait Pak Boy. Sebelumnya dia juga enggan untuk menerima tawaran kami dengan alasan ketidaksanggupannya mengisi posisi pucuk di departemen integritas tersebut. Kami belum memiliki opsi pengganti karena masih menanti ada perkembangan baru lagi," ujar Joko saat dihubungi Republika.

Menurut Joko, membentuk tim departemen integritas tidak bisa dibentuk dalam waktu yang singkat. Sebab, materi yang akan menjadi bahan kerja departemen ini sifatnya tidak mendesak, seperti pengaturan skor, penyuapan, dan juga mafia sepak bola. Menurut Joko, materi seperti itu sifatnya tidak kedaluwarsa.

"Bisa saja kasus tahun ini baru bisa diungkap beberapa tahun kemudian, dan itu hal yang lumrah dalam dunia sepak bola," ungkap Joko.

Joko juga menegaskan bahwa keinginan PSSI merangkul Boy Rafli bukan merupakan bentuk pencitraan. Keinginan bekerja sama tersebut murni sebagai keseriusan PSSI memberantas kejahatan di dunia sepak bola. PSSI berkeinginan mampu memberantas mafia sepak bola yang selama ini menjadi momok bagi pencinta sepak bola Indonesia.

Pemilihan sosok pemimpin departemen integritas dari kepolisian diakui Joko sudah menjadi agenda PSSI. Sebab, kejahatan yang berkaitan dengan sepak bola, seperti pengaturan skor dan mafia pertandingan, erat kaitannya dengan tindak pelanggaran hukum di pihak kepolisian.

n c61 ed: fernan rahadi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement