Sabtu 03 Oct 2015 19:49 WIB

Promotor Inginkan Final Tetap di SUGBK

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,

JAKARTA--Turnamen Piala Presiden sudah menginjak babak semifinal. Na mun, hingga saat ini, tempat digelarnya laga partai pamungkas Piala Presiden masih belum dipastikan.

Promotor turnamen, Mahaka Sports and Entertainment, tetap memprioritaskan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) sebagai venuefinal turnamen tersebut. Bahkan, promotor sudah dapat izin secara lisan dari Kapolri Badrodin Haiti tentang penggunaan SUGBK sebagai lokasi final Piala Presiden 2015.

Namun, kendala akan muncul jika Persib Bandung yang keluar sebagai finalis turnamen ini. Seperti diketahui, pendukung Persib, Bobotoh, memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan The Jakmania, pendukung Persija Jakarta. Sehingga, Bobotoh ditakutkan tidak dapat mendukung tim kesayangannya di partai final. Tidak hanya itu, kedua kelompok suporter ini dikenal sebagai musuh bebuyutan yang kerap bentrok hingga merenggut nyawa. "Ini sebagai tantangan kami agar final tetap di SUGBK. Tetapi, jika pihak kepolisian tidak mengizinkan, saya akan mencari venue lain," tutur CEO Mahaka Sports and Entertainment, Hasani Abdulgani.

Mahaka Sports and Entertainment menyiapkan strategi untuk mengamankan Bobotoh ketika mendukung Persib di SUGBK sampai mereka kembali ke Bandung. Tidak main- main, Hasani mewacanakan agar pihak kepolisian menyiapkan 10 ribu personel guna mengamankan jalannya final Piala Presiden. Hanya saja, Mahaka Sports and Entertainment juga mempertimbangkan manfaat dan kerugiannya jika final akan tetap berlangsung di SUGBK, meski saat ini stadion terbesar itu menjadi prioritas.

Kendala yang dihadapi Mahaka Sports and Entertainment juga semakin sulit jika yang lolos ke final adalah Persib Bandung dan Arema Cronus. Sebab, keduanya diketahui memiliki basis pendukung yang cukup besar. Tentu besarnya pendukung kedua tim menjadi pertimbangan promotor mengenai venuefinal.

Pertimbangan tersebut perlu dilakukan guna menghindari hal yang tidak diinginkan saat final berlangsung. "Kalau segi bisnis kedua tim (Arema dan Persib) sangat ideal untuk berada di final, karena akan menyedot animo masyarakat, tapi ini juga tantangan untuk kami," tutur Hasani.

Hal senada juga diungkapkan Ketua Steering Committee (SC) Piala Presiden, Maruarar Sirait. Menurutnya, semua pemain sepak bola seluruh Indonesia mengidamkan dapat bermain di SUGBK tersebut. Sebab, SUBGK selain sebagai ikon sepak bola Indonesia, juga ibarat roh dari pemain.

Sirait juga menilai, bermain di stadion lain dengan berlaga di SUGBK memiliki gengsi yang berbeda. Maka tak heran jika promotor mengusahakan untuk menggelar final Piala Presiden di Jakarta.

Sementara itu, keinginan promotor kurang mendapatkan dukungan dari pihak Persib Bandung jika mereka berhasil melaju ke babak final, terutama jika lawan di partai puncak adalah Arema Cronus. Keluhan tersebut disampaikan langsung oleh manajer Persib Bandung Umuh Muchtar.

Bahkan, pria berkumis itu sudah menyampaikan keberatannya kepada promotor Piala Presiden, Mahaka Sports and Entertainment. Hanya saja, jika lawannya di final adalah tim lain, kemungkinan masih bisa dipertimbangkan.

Penolakan kubu Persib bukan tanpa alasan. Umuh mengkhawatirkan suasana menjadi tidak kondusif. Terlebih, suporter Arema memiliki kedekatan dengan suporter Persija, yang selama ini dikenal selalu bergesekan dengan pendukung Persib.

Menurut dia, hal yang sama juga akan terjadi pada Arema jika final digelar di Surabaya, lantaran pendukung Bonek FC memiliki kedekatan dengan Bobotoh. "Kami akan meminta untuk di tempat netral, misalnya di Bali. Saya pikir akan ramai dan penonton membeludak apabila bertemu Arema di final," kata Umuh.

Saat ini promotor memiliki opsi cadangan, yaitu menggelar pertandingan final di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali. Stadion milik tim Bali United Pusam itu juga menjadi tempat pembukaan turnamen Piala Presiden bulan lalu. Sehingga, siapa pun yang lolos ke babak final dapat disaksikan oleh para suporternya tanpa ada kendala dari suporter tuan rumah. rep: Ali Mansur ed: Fernan Rahadi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement