Sabtu 11 Oct 2014 20:15 WIB

Sulitnya Pertahankan Tradisi Emas

Red: operator

PBSI harus melakukan terobosan dalam pembinaan atlet sehingga mampu mengejar Korsel dan Cina.

Kegagalan cabang bulu tangkis memperoleh medali dalam Olimpiade 2012 London, Inggris, menjadi prestasi terburuk Indonesia sejak Olimpiade 1992 Barce lona. Dua tahun lagi, Rio de Janeiro, Brasil, menggelar Olimpiade. Akankah tim bulu tangkis Merah Putih mampu berkibar di puncak tertinggi?

Peraih medali emas Olimpiade 1996 Atlanta Rexy Mainaky mengatakan, Indonesia saat ini telah masuk dalam periode sulit untuk mempertahankan tradisi meraih medali, terutama medali emas olimpiade karena sebagian besar atlet terlempar dari peringkat dunia.

"Indonesia sebagai negara bulu tangkis kini tidak bisa lagi bicara emas untuk setiap perhelatan olimpiade, tapi untuk sekadar medali perak dan perunggu masih ada peluang," kata Rexy, tengah pekan ini.

Rexy mengemukakan, kelemahan Indonesia terletak pada kualitas atlet. Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI ini mengaku, sejumlah atlet yang produktif, usia 20 sampai 30 tahun, terbilang tidak sebaik generasi sebelumnya.

Menurut Rexy, hal ini juga dipengaruhi faktor eksternal, yakni munculnya negara kekuatan baru bulu tangkis, seperti Thailand, India, Spanyol, Jepang, dan Taiwan. "Sulit untuk berharap pada generasi saat ini, tapi untuk pemain lapis ketiga yang saat ini sedang digodok di Pelatnas Cipayung justru sebaliknya. Jika benar-benar dibina, bisa jadi Indonesia akan menyapu bersih emas pada Olimpiade 2020," kata dia.

Rexy menambahkan, PBSI harus melakukan terobosan dalam pembinaan dan pelatihan atlet sehingga mampu mengejar ketertinggalan dari Korea Selatan (Korsel) dan Cina.

Pemerintah, Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI), dan kalangan swasta juga harus bersinergi dalam mengembangkan industri olah raga sehingga muncul sebuah liga profesional bulu tangkis yang dapat menjadi sarana peningkatan kualitas atlet. "Tidak bisa lagi berpikir, saya latihan begini jadi atlet muda ju ga harus begini. Zaman sudah berubah, mau tidak mau harus menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi dan industri olahraga," kata dia.

Prestasi bulu tangkis Indonesia se makin menurun dalam beberapa tahun terakhir sehingga gagal mempertahankan tradisi meraih medali emas olimpiade. Pada sektor tunggal putra, hanya Tommy Sugiarto yang mampu menembus 10 besar peringkat Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) dengan berada pada urutan kelima dunia.

Wakil Indonesia lainnya pada peringkat BWF, yakni pada nomor ganda putra melalui pasangan Hendra Setiawan/M Ahsan yang berada pada urutan kedua. Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari yang mam pu menunjukkan kualitasnya dengan meraih medali emas di Asian Games 2014 Incheon, Korsel, kini bertengger di peringkat 10 dunia atau peringkat tertinggi dibanding ganda putri Indonesia lainnya. Sementara, pasangan ganda Tantowi Ahmad/Liliyana Natsir berada pada urutan keempat peringkat BWF untuk nomor ganda campuran. antara,ed:endro yuwanto

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement