Rabu 11 Jan 2017 18:00 WIB

Tuhan, Jangan Tinggalkan Aku (80)

Red:

Victor mendapat pengarahan dan bimbingan langsung dari kedua orang tuanya. Beruntunglah kini kesehatannya baik-baik saja, tidak pernah sakit parah lagi.

"Besok malam pengacara Frans Dominick akan datang dan meminta kita berkumpul," kata Oma Lience Hartland.

Sebelum berkumpul dengan keluarga besar Hartland, Fatin menyerahkan dokumen dari Dominee Hartland kepada Oma Lience Hartland.

"Bukannya aku menolak, tetapi sebaiknya kita dengarkan saja isi wasiat kakakku dibacakan oleh pengacara," ujar Oma Lience Hartland.

Malam itu, keluarga Hartland yang tersisa yakni Oma Lience Hartland dan beberapa keponakan jauh berkumpul di kediaman sang pendeta.

Frans Dominick, pengacara keluarga membacakan wasiat pendeta Hartland.

Dominee Hartland memberikan hak pengawasan Victor Hartland kepada Fatin. Ia pun mewariskan premi asuransi atasnamanya kepada Victor Hartland untuk biaya kehidupannya.

Sedangkan rumah diwariskan kepada Lience Hartland, perempuan baik hati yang hidup sendiri sejak ditinggal suami.

Tidak ada seorang pun yang keberatan atas semua poin yang dibacakan pengacara Frans Dominick. Oma Lience Hartland malah dengan sukacita menyerahkan kepemilikan rumah kepada Fatin.

"Terimalah, Anakku, sebab Anda lebih berhak daripada aku yang sudah tua begini. Andalah harapan anak-anak di masa depan," katanya sungguh-sungguh.

"Kami semua percaya dan sayang kepadamu, Fatin," kata mereka dengan suara bulat.

Fatin sungguh terharu dengan semua kasih sayang yang diberikan mereka kepada dirinya.

Lidahnya terasa kelu, tak mampu berkata-kata lagi selain rasa bersyukur atas kepercayaan yang tak pernah disangka-sangka ini.

"Ini sungguh di luar perkiraanku, Frans Dominick," kata Fatin ketika ada kesempatan berbincang berdua dengan pengacara keluarga Hartland.

"Kata-kanlah, barangkali Anda ada masukan untukku?"

"Bersyukurlah dan jalani saja kehidupanmu sebagaimana biasanya," saran lelaki paro baya yang telah mengerjakan segala sesuatu urusan hukum kliennya.

Kemudian tiba-tiba ia bertanya serius kepada Fatin.

"Apakah Anda tidak ada keingin an untuk alih warganegara?"

"Tidak, tidak pernah terpikirkan!" sahut Fatin tegas. "Aku tetap cinta negeriku, Indonesia."

"Tetapi Anda pun tidak pernah punya keinginan untuk pulang ke Indonesia?" pertanyaan ini sangat mengusik batin Fatin.

"Satu hari nanti, tentu saja aku akan pulang bersama anakku," akhirnya ia menjawab rasa ingin tahu Frans Dominick.

"Apa rencana Anda sekarang?" selidik Frans Dominick, selang beberapa pekan kemudian.

"Beri waktu beberapa saat lagi untuk membenahi urusan di sini," pinta Fatin. (Bersambung)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement