Ahad 08 Jan 2017 16:00 WIB

Berburu Si Raja Buah

Red:

Desas-desus tentang keberadaan durian hantu membuat Karim Aristides (53 tahun) penasaran. Informasi itu ia dapatkan dari seorang tukang sapu asal Sorong, Papua Barat enam tahun yang lalu. Karim mendapatkan informasi tersebut tidak utuh sehingga memunculkan keraguan. Arsitek lulusan Jerman itu hanya tahu, ada durian berdarah di Manokwari yang tidak satu pun orang berani memakannya.

Karim kemudian mencoba menghubungi beberapa koleganya. Ia pun mendapatkan informasi tambahan, durian hantu itu berada di Kampung Ransiki atau masih sekitar tiga jam perjalanan dari Manokwari.

Karim pun bergegas menuju Manokwari dari Jayapura. Seakan sudah berjodoh, baru setengah perjalanan dari Manokwari menuju Ransiki, Karim langsung bertemu dengan durian tersebut.  Ia mendapatkannya dari warga setempat yang mengaku sulit menjual buah itu.

Ketika dibuka, daging durian dengan kombinasi warna merah, kuning, jingga, dan sedikit keunguan langsung menyambutnya. Tak hanya penampilan, daging durian hantu itu ternyata tebal dan manis. Jatuh terpesona, Karim langsung memberinya nama Durian Pelangi dan mengunggah foto durian itu ke jaringan pertemanan media sosial. Ahli-ahli durian langsung geger, kata Karim.

 

Mencengangkan dunia

Karim mengaku, durian pelangi memiliki daya tahan tinggi, yakni kuat empat hingga lima hari setelah matang. Hal ini, menurut dia, sangat baik untuk pedagang durian. Ia membandingkan durian Malaysia dan Thailand biasanya dipetik dalam kematangan 85 persen. Oleh karena itu, rasa durian tersebut kurang nikmat karena belum benar-benar matang.

Kecintaan Karim pada durian sudah tertanam sejak kecil. Pria yang tumbuh besar di Palembang, Sumatra Selatan itu sering berpesta durian bersama keluarga ketika sedang musim panen. Bahkan, ia pernah berkunjung ke Singapura pada 1976 untuk mencicipi durian-durian yang dihargai jauh lebih mahal dibandingkan di Indonesia. Saya waktu itu berpikir sebenarnya di Indonesia ada banyak durian, tapi mengapa tidak bisa dijual mahal, ujarnya. 

Keinginan Karim untuk mencari durian-durian Indonesia berkelas dunia membuatnya intens berkelana mulai 2003. Ia menjelajah beberapa daerah di Sumatra dan Sulawesi, tetapi belum mendapatkan kualitas durian spesial. Baru, ketika ia menemukan durian pelangi, ia semakin yakin durian Indonesia berpotensi besar untuk berjaya di dunia.

Pakar buah tropis Mohammad Reza Tirtawinata mengatakan, durian pelangi pernah dipamerkan dalam Simposium Dunia Durian 2015 di Thailand. Durian itu, ujarnya, sempat mencengangkan dunia internasional.

Doktor lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) itu mengaku, perlu terus ada penelusuran jenis-jenis durian berkualitas yang bisa dijadikan alat bersaing terutama dengan Thailand dan Malaysia .

Ketika masih bekerja di Taman Buah Mekarsari, Reza pernah menyodorkan 30 jenis buah ke pengunjung untuk dinilai. Kala itu, ia ingin mengetahui buah yang menjadi favorit para pengunjung. Hasilnya, lebih dari 80 persen pengunjung memilih durian. Durian itu buah paling mahal dan digemari masyarakat Indonesia. Itu alasan saya serius berkecimpung di dunia durian, ujar Reza.

Reza melihat, minat tinggi untuk menikmati si Raja Buah belum bisa terakomodasi karena stok durian lokal belum memenuhi kebutuhan nasional. Alhasil, Indonesia pun mengimpor durian monthong dari Thailand dan musangking dari Malaysia. Durian kita (Indonesia) banyak yang lebih bagus. Jadi, saya ingin memperkenalkan dan mengangkat jenis-jenis durian dari setiap daerah, ujarnya.

Reza mengakui untuk mengeksplorasi durian di setiap daerah satu per satu akan memakan biaya besar. Alternatifnya, kontes durian bisa disemarakkan. Peserta kontes akan mengumpulkan durian terbaik dari tiap-tiap daerah dan akhirnya bisa ditemukan bibit unggul.

Meski begitu, untuk menggelar kontes yang terpusat seperti di Jakarta ada kendala proses pengiriman. Durian yang akan berkompetisi pun sudah tidak dalam kondisi prima. Kontes tetap digelar, tetapi dilakukan di sekitar sentra-sentra durian di Indonesia, ujarnya.

 

Tak ada habisnya

Reza mengaku, sudah berpetualang mencari durian ke seluruh Indonesia. Durian unggul, menurut dia, kerap ditemukan di hutan. Ia mengaku, durian tersebut merupakan hasil persilangan alami dari berbagai jenis durian yang tumbuh di Indonesia.

Menurut Reza, terdapat beberapa kriteria durian unggul. Hal itu mulai dari rasa, bentuk daging, kulit, aroma, dan daya simpan. Semakin tinggi tiap-tiap komponen, maka akan semakin baik kualitas durian tersebut.

Reza menyebut pencarian durian unggul tidak akan ada habisnya. Saat ini, terdapat Komunitas Maniak Durian dengan anggota mencapai 14 ribu orang di seluruh Indonesia. Komunitas itu kemudian menjadi wadah bertukar informasi sesama penggila durian dan juga menggelar kontes.

Desember lalu terdapat panen durian di Sanggau, Kalimantan Barat. Reza dan rekan-rekan pun membuat kontes dadakan yang menghasilkan pemenang durian ilok dengan kualitas istimewa. Reza menjelaskan, durian asal salah satu desa  di Sanggau itu rata-rata beratnya tidak lebih dari satu kilogram. Ia mengibaratkan durian itu memang didesain untuk porsi satu orang. Selain itu, durian tersebut memiliki daging kuning, berbiji kempes, dan rasanya manis serta gurih. Juri bersepakat durian dari Balai Karangan jadi juara, ujarnya.

Setelah pemenang didapatkan, bukan berarti tidak ada lagi petualangan mencari durian. Justru, durian juara harus diverifikasi dengan melihat wujud pohon aslinya. Kami harus masuk ke dalam hutan sekitar satu setengah jam berjalan kaki untuk melihat pohonnya, ujar Reza.

Pecinta durian yang juga peneliti di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Solok Panca Jarot Santoso mengatakan, hampir setiap tempat memiliki durian yang khas. Itu karena variasi durian di Indonesia sangat beragam. Ia menjelaskan, durian di Indonesia banyak ditanam dari biji. Oleh karena itu, menurut Jarot, bisa disebut dari setiap biji itu bisa muncul varian yang berbeda pula.

Jarot mengatakan, luas kebun durian di Indonesia tercatat seluas 70 ribu hektare. Dari sana, terdapat sekitar lima juta pohon durian liar. Itu sebabnya kita sering menemukan sensasi berbeda-beda. Ada yang manis, gurih, creamy, ujarnya.

Untuk mendapatkan durian dengan kualitas terbaik, konsumen bisa mencari tahu masa musim panen durian di suatu daerah. Ia mencontohkan, jika berdomisili di Jakarta bisa membeli durian di saat yang paling dekat dengan masa panen di daerah aslinya. Mengetahui masa panen juga berguna jika ingin mengunjungi sentra produksi durian tersebut.  Tentunya akan lebih bagus hasilnya jika bisa berburu langsung ke petaninya, ujar Jarot.    Oleh Ahmad Fikri Noor, ed: Nina Chairani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement