Jumat 21 Oct 2016 19:58 WIB

Kearifan Lokal, Jamu Cekok

Red:

Anak sering kali mengalami masa transisi dalam pertumbuhannya. Masa transisi saat anak sulit makan, rewel, dan sakit-sakitan. Orang tua zaman dulu itu memiliki solusi tunggal untuk mengatasi persoalan itu. Jamu-jamuan berisi ramuan bagi anak-anak. Lebih spesifik lagi jamu cekok. Disebut jamu cekok merujuk pada cara pemberian jamu yang dicekokkan kepada anak-anak.

Cara pengobatan tradisional seperti ini masih dipercaya efektif dalam mengatasi sindrom masa transisi pertumbuhan anak-anak. Obat ini pun menjadi alternatif jawaban atas kekhawatiran orang tua terhadap obat-obatan kimia dan obat palsu yang beredar.

Adalah gerai Jamu Cekok berlokasi di kawasan Warung Jampi Asli Kerkop Yogyakarta yang masih bertahan hingga kini. Usaha yang telah dijalankan turun-temurun hingga beberapa generasi kini sudah berusia 140 sejak pertama dibuka tahun 1875.

Jamu cekok ini terbuat dari rempah-rempah tradisional, seperti, jahe, kencur, temulawak, puyang, temu ireng, temu giring, dan kunir. Kemudian bahan-bahan ini ditumbuk hingga halus.  Perasan bahan yang ditumbuk halus inilah yang menjadi bahan jamu cekok.

Memberikan jamu cekok kepada si anak pun menggunakan teknik khusus sepaya air mudah ditelan dan anak tidak tersedak. Selain dipercaya mengembalikan nafsu makan anak, jamu cekok juga bisa mengobati cacingan, batuk, sawan, pilek, hingga demam. Di kios jamu cekok ini setiap hari rata-rata ada 100 anak balita antre dicekok.

Antrean panjang biasanya terjadi pada pagi dan sore hari. Suara  tangisan bocah pun kerap terdengar di kios ini, yang menangis tak hanya yang dicekok, bocah lain yang sedang antre juga menangis ketakutan.

Zaman terus berganti, tradisi minum jamu tetap menjadi kearifan lokal berupa warisan tak luntur digerus zaman. Tidak terkecuali jamu cekok.      ed: Yogi Ardhi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement