Ahad 04 Sep 2016 15:11 WIB

Menyeimbangkan Otak Kanan dan Kiri

Red: Arifin

Orang tua menyeimbangkan pengaktifan otak kanan berbarengan dengan proses pendidikan di sekolah.

Ada sebuah rasa sesal Triawan Munaf pada masa kecilnya: tidak serius belajar seni. "Saya sebagai orang dewasa, rasanya mau agak marah atau menyesali sama ibu karena dulu nggak maksa saya buat belajar piano atau biola,'' kata kepala Badan Ekonomi Kreatif ini.

Triawan berpendapat anak-anak penting belajar seni. Ia percaya betul, punya peran penting di balik kesuksesan seseorang. Seni memberikan hasil berbeda untuk kesuksesan seseorang. Sebab, seni mengembangkan bagian kreatif dalam berpikir membuat pencapaian seseorang lebih berhasil lagi. Dia percaya rangsangan kreativitas memberikan efek yang lebih dahsyat pada anak-anak untuk menjadi generasi yang menjanjikan pada masa depan.

Ia memerhatikan peran seni dari sejarah hidup oang-orang sukses. CEO Apple Steve Job ternyata sangat ahli dalam bidang kaligrafi, ilmu wan peraih nobel Albert Einstein juga sangat ahli dalam bermain biola. Mereka semua dikenal sebagai orang- orang yang kreatif. Maka, saat menjadi orang tua, Triawan memutuskan untuk mengenalkan anak- anaknya pada seni. "Jadi, perkawinan antara seni dan sains itu sangat penting," kata dia.

Ada sedikit `paksaan'

Berkaca dari berbagai pengalaman, ayah dari tiga anak itu mengharuskan anak-anaknya mempelajari seni sejak kecil. Bahkan, dia mengaku memberikan sedikit `paksaan' agar anaknya mau menikmati proses yang sedang dilakukan.

Sebab, tidak dimungkiri anak-anak akan sedikit memberontak untuk mempelajari sesuatu, hanya saja dengan sedikit tekanan yang akhirnya akan membuat anak menemukan titik nyaman.

Triawan mencontohkan Sherina Munaf, anaknya yang telah terkenal sebagai penyanyi cilik yang bisa menari balet.

Anak keduanya ini dikenal menjadi sosok yang kreatif di bidang seni sejak kecil hingga kini memasuki usia 26 tahun. Pada awalnya ia sedikit memaksakan anaknya itu untuk mendalami piano, mulai dari situ dipaparkan pada pelbagai jenis seni lain yang menjadi pilihan Sherina untuk dikembangkan. Sekarang anaknya itu memutuskan untuk mendalami seni menggambar di Jepang.

Psikolog anak Retno Dewanti Purba MPsi menjelaskan, proses kreatif tidak hanya melibatkan perasaan, tapi fungsi otak. Pada bagian kanan otak dikenal dengan penghasil kreativitas dan bagian kiri bagian pemikir, seakan kedua bagian tersebut terpisahkan. Padahal fungsi keduanya untuk saling menyeimbangkan kebutuhan manusia, termasuk anak-anak.

"Otak kanan dan kiri itu bukan atau, bukan `dan atau', tapi ini adalah `dan'. Jadi, otak bagian di mana yang mengatur untuk merasa, berperilaku, bersikap," kata Retno.

Bagian otak didasari oleh dua hal, yaitu reproduktif atau lebih pada mengulang pada hal-hal yang sudah pernah dikerjakan dan di pelajari, dan kombinasi yang menangani masalah kreativitas. Jika anak sudah bisa membuat kapal dari kertas, esok hari mem buat yang sama maka proses reproduktif di otak kiri berjalan, tapi suatu waktu anak mulai bisa mengembangkan membuat perahu dari kertas maka kombinasi di otak kanan yang berhubungan dengan imajinasi bekerja.

"Dua-duanya itu kerja bareng, di kiri lebih logika, yang kanan lebih bebas, harus kita lakukan. Karena sistem pendidikan lebih menekankan di kiri, pekerjaan orang tua memampukan yang kanan, tapi [harus --Red] bareng-bareng," kata dia.

Cara menyeimbangkan Retno menegaskan, dalam bidang sains ataupun seni kedua bagian otak juga perlu berjalan seimbang. Saat anak menggambar sesuatu, bagian kiri akan menampilkan bentuk-bentuk yang pernah dilihat dan dipelajari sebelumnya, di satu si si otak kiri yang akan mengkreasikan bentuk tersebut lebih berbeda dari biasanya.

Bahkan, menurut Retno, berjalannya kemampuan otak kanan dan kiri akan memengaruhi kemampuan anak dalam bekerja akhirnya ketika dewasa. Ketika seseorang dididik sejak kecil untuk menyeimbangkan kemampuan reproduktif dan kombinasi, akan lebih mudah berkreasi ketika dibenturkan dalam masalah yang mendesak.

Orang tua perlu sadar, proses kreativitas anak akan berjalan berbeda. Pada saat anak memasuki usia sekolah dan terpapar pengetahuan baru, pemahaman anak pun akan berkembang. Dia akan mengenal aturan yang berlaku sehingga menyebabkan persentase kreativitas anak akan mulai menurun.

"Ini proses alamiah sebab dia sudah terbentur dengan benar dan salah dan juga aturan-aturan yang dipelajari di sekolah," kata Retno.

Bukan berarti kreativitas tersebut terus menurun, justru menjadi bentuk kreativitas yang berbeda. Kreativitas yang dibuat menjadi sebuah bentuk karya yang bertanggung jawab. Karya yang dihasilkan ini akan menjurus pada pertumbuhan anak pada masa depan dengan menggabungkan sebuah kreativitas dengan pengetahuan-pengetahuan yang didapatkan di sekolah.     Oleh Dwina Agustin, ed: Nina Chairani

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement