Ahad 28 Aug 2016 17:00 WIB

Indonesia dari Mata Stefano Romano

Red:

Indonesia dikenal dengan bentangan pemandangan alamnya yang indah. Tak jarang foto grafer luar negeri datang ke Indone sia untuk mengabadikan pano rama pegunungan, pantai, atau objek-objek foto menarik lainnya. Namun lain halnya dengan fotografer asal Italia, Stefano Romano. Melalui buku fotografi yang berjudul Kampungku Indonesia, Stefano menampilkan sisi lain Indonesia dari suasana perkampungan.

"Indonesia yang sesungguhnya ada di kampung, takut kampung di masa depan bisa hilang," ujar Stefano, saat ditemui dalam acara peluncuran buku Kampungku Indonesia di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta, pekan lalu..

Semenjak tinggal di Indonesia sejak 2010 lalu, ia mengaku sangat tertarik dengan kampung, dimulai dari kampungnya di Pondok Pinang, Jakarta. Ia ke mudian melakukan perjalanan dari Jakarta ke Jawa Tengah untuk memotret kehidup an kampung-kampung di sejumlah daerah.

"Di kampung nyaman, suka sekali. Ada jalan-jalan gang yang sempit, jalan itu seperti pembuluh darah Indonesia. Mal yang ada di kota besar hanya artifisial yang bisa saya temukan di Indonesia, tapi kampung cuma ada di Indonesia," tutur dia.

Buku Kampungku Indonesia berisi 178 foto hasil jepretan Stefano yang dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama bertemakan Kehidupan di Kampung yang menampilkan foto-foto kegiatan masyarakat kampung mulai dari aktivitas di sawah, di pasar, hingga di tempat penyanyi dangdut keliling. Bagian kedua bertemakan Anak- Anak Kampung yang diakui Stefano sebagai objek favoritnya. Dari puluhan foto, ada satu foto yang paling ia sukai, yaitu foto seorang anak kecil di samping bantaran Sungai Ciliwung di wilayah Petamburan. Menurut dia, foto tersebut mengajarkan bahwa seseorang akan sangat bergantung pada tempatnya dilahirkan, termasuk jika orang tersebut dilahirkan di bantaran sungai.

Tampilan apa adanya

Pengalaman unik ia rasakan saat memotret di tempat pembuangan sampah Bantar Gebang, Bekasi. Suatu hari ia bertanya kepada seorang anak kecil apakah anak tersebut menyukai gunungan sampah. Lalu ia merasa heran karena sang anak mengatakan sangat suka pada gunungan sampah.

"Ibaratnya, kalau banjir di Italia semua orang menangis, tapi kalau di Indonesia anak kecil langsung senang main air," ungkap pria kelahiran Roma, 11 Januari 1978 ini.

Selanjutnya, bagian ketiga buku ini mengangkat tema Cahaya Manis di Kampung. Ia menjelaskan, kata 'cahaya' di sini mengacu pada Islam.

Sejak mulai menetap di Indonesia pada 2010 silam, pertemuannya dengan sang istri, Bayu Bintari Fatmawati, tak hanya membawanya mencintai Indonesia, tetapi juga mencintai Islam. Ia memotret beragam kegiatan umat Muslim saat beribadah, seperti kegiatan shalat berjamaah dan belajar mengaji.

Fotografer senior Indonesia, Don Hasman, berpendapat foto-foto yang terekam dalam buku Kampungku Indonesia merupakan representasi Indonesia. Menurut dia, kampung merupakan cerminan keceriaan yang polos dari Indonesia.

"Foto menyajikan tampilan apa adanya, tanpa rekayasa. Meskipun kita miskin, kita kaya dalam segala hal," ujar Don. Bagi Don, Stefano sebagai fotografer luar negeri lebih peka terhadap keadaan Indonesia. Stefano dinilai bisa melihat apa yang orang Indonesia anggap biasa saja. Karyanya dalam buku ini merupakan dokumentasi abad ke-21 dan baru akan berharga puluhan tahun lagi.

"Percuma punya kamera hebat, tapi fotonya disimpan. Stefano lebih peka. Memotret bukan soal kamera, tapi hasilnya merekam Indonesia apa adanya," tutur dia.

Tanpa jarak

Dari kacamata media, Pemimpin Redaksi Harian Republika, Irfan Junaidi, menuturkan keistimewaan Stefano adalah ketiadaan jarak antara fotografer dengan objek. Dalam beberapa foto, Stefano terlihat berada di dalamnya, berfoto bersama dengan masyarakat kampung yang ditemuinya.

"Yang istimewa, fotografer dan objek foto umumnya berjarak. Dalam buku ini, Stef menyatu dengan objek foto. Apa yang difoto menjadi bagian dari dia," ujar Irfan.

Irfan menambahkan, meski angle foto cenderung datar, namun foto-foto yang diambil Stefano memiliki kesan dan pesan mendalam. Semua objek manusia dalam foto ini menunjukan keceriaan dan keramahan yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia.

"Menunjukkan wajah ceria Indonesia, bukan wajah yang murung. Kalau buku ini dibawa keluar, Indonesia akan identik dengan senyum. Ada kesederhanaan Indonesia," jelasnya.

Tak hanya itu, foto-foto kegiatan ibadah umat Muslim juga menunjukan wajah Islam yang indah dan damai. Melalui buku Kampungku Indonesia, Islam digambarkan jauh dari kesan yang keras, yang selama ini selalu dikaitkan dengan terorisme oleh masyarakat dunia.    Oleh Fira Nursya’bani, ed: Nina Chairani

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement