Ahad 26 Jun 2016 15:56 WIB

Menggemakan Lagi Detak Sang Arloji Swiss

Red: Arifin

Mengenal tokoh Orde Baru yang bekerja rinci dengan presisi dan memiliki reputasi tinggi.

 

Masih lekat dalam ingatan mantan Wakil Presiden Boediono betapa mencemaskannya keadaan ekonomi Indonesia menjelang 1965. Inflasi meroket hingga sekitar 650 persen dan barang-barang menghilang dari pasaran sehingga melumpuhkan geliat perdagangan.

Kala itu, demi mendapatkan bahan pokok untuk menunjang kehidupan sehari-hari rakyat harus rela mengantre.

Transportasi publik? Tak berjalan dengan optimal.

Di tengah situasi tersebut, sosok Prof Dr Widjojo Nitisastro PhD hadir dengan ketajaman berpikirnya dan menjadi arsitek bagi pembangunan perekonomian Indonesia di masa Orde Baru. Meski harus melalui proses panjang dan berat, Widjojo memutuskan untuk meninggalkan sistem ekonomi terpimpin dan menggantinya dengan sistem yang lebih membuka peluang pada pasar namun segi perencanaan tetap dimiliki oleh negara. 

Semenjak itu, Boediono mengatakan kemacetan perekonomian Indonesia yang sempat mencemaskan itu berhasil teratasi. Indonesia pun, lanjut Boediono, mencatat pertumbuhan ekonomi yang mengagum kan dengan rata-rata 7 persen setahun selama 30 tahun.

Di mata Boediono, sosok Widjojo tak hanya memiliki kecerdasan akademis yang menonjol untuk menganalisis berba gai permasalahan ekonomi. Lebih dari itu, Boediono mengatakan Widjojo memiliki satu kepekaan untuk melihat permasa lahan ekonomi secara utuh, tidak hanya secara teknis. 

Tokoh belakang panggung Sisi lain Widjojo yang hingga kini melekat di hati Boediono ialah dedikasi dan kerendahan hati Widjojo. Tanpa berharap kepopuleran dan pujian, Widjojo kerap bekerja hingga larut malam dan bahkan pagi demi merumuskan kebijakan-kebijakan untuk memajukan perekonomian Indonesia. 

"He was my hero and he still is my hero," ungkap Boediono dalam peluncuran buku Widjojo Nitisastro: Panditaning Para Rajadi kediaman almarhum Widjojo Nitisastro.

Tak hanya Boediono, mantan menteri keuangan RI Muhammad Chatib Basri juga menaruh rasa kagum yang besar terhadap sosok Widjojo. Chatib bahkan mengibaratkan Widjojo sebagai sebuah arloji Swiss yang rinci, bekerja dengan presisi dan memiliki reputasi tinggi. "Disisi lain, beliau tidak suka tepuk tangan dan selalu bekerja di belakang panggung," kenang Chatib. 

Boediono dan Chatib merupakan dua dari banyak tokoh terkemuka yang 'bercerita' mengenai sisi lain sosok Widjojo dalam buku Widjojo Nitisastro: Panditaning Para Raja. Kisah mengenai sosok Widjojo dalam buku ini tak hanya berputar pada sepak terjang dan buah pemikiran dari mantan menteri koordinator bidang ekonomi, keuangan, dan industri ke-2 ini.

Buku ini juga mengisahkan sosok Widjojo dalam perannya sebagai seorang guru dan inovator dengan menarik. Tak hanya itu, sisi lain di balik sejarah Mafia Berkeleyyang melibatkan Widjojo dan empat sahabatnya juga dikisahkan kembali dengan gamblang melalui babLima Sekawan, sebutan yang diberikan putri Widjojo untuk mengganti julukan 'Mafia Berkeley'.

Yang tak kalah menarik, buku ini tak hanya menampilkan sisi profesional Widjojo tetapi juga sisi humanisnya. Dalam beberapa bab, kisah Widjojo sebagai seorang suami, ayah dan kakek bagi keluarga besarnya serta sahabat bagi teman- temannya juga dituturkan dengan nuansa yang personal namun dapat diresapi oleh siapa pun yang membacanya.

Setiap bagian dari perjalanan hidup Widjojo yang dituturkan oleh berbagai tokoh ini kemudian dirangkum menjadi satu kesatuan oleh sang penulis yang tak lain ialah putri dari almarhum Widjojo, Dr Widjajalaksmi Kusumaningsih. Melalui buku ini, Widjajalaksmi juga menuliskan kisah sang ayah dari sudut pandang nya.

Untuk berbagai generasi Sisi humanis dari Widjojo yang dituturkan melalui buku ini juga memungkinkan para pembaca dari berbagai generasi untuk mengenal lebih dekat sosok yang berperan besar dalam menentukan arah perekonomian Indonesia ini. Penggunaan kata ganti 'ayah' untuk menggambarkan Widjojo yang digunakan oleh Widjajalaksmi dalam buku ini juga memberikan kesan yang hangat. 

"Buku ini dibuat berdasarkan pengalaman pribadi saya dan ayah saya, juga cerita-cerita dari om dan tante," ungkap Widjajalaksmi.

Tak hanya berkisah melalui kata, buku Widjojo Nitisastro: Panditaning Para Rajajuga menuturkan tiap langkah perjalanan hidup Widjojo melalui gambar. Buku ini dimulai dengan kisah keluarga kecil Widjojo yang terabadikan dalam sebuah foto. Foto tersebut memuat potret Widjojo bersama dengan sang istri, Siti Sudarsih Widjojo, dan juga Widjajalaksmi kecil.

Tak hanya itu, kisah pribadi Widjojo dan keluarganya juga terekam melalui foto lukisan karya sang istri. Lukisan tersebut merupakan karya terakhir Siti Sudarsih yang belum sempat terselesaikan karena beliau menutup usia pada 2005 lalu. Pada foto lukisan yang belum selesai tersebut, Widjajalaksmi membubuhkan puisi nan puitis yang sesuai dengan lukisan karya Siti Sudarsih.

Perjalanan karier Widjojo semasa menuntut ilmu, menjadi dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, hingga duduk di jajaran pemerintahan pun terangkai dalam susunan foto yang tersebar dalam lembaran-lembaran buku Widjojo Nitisastro: Panditaning Para Rajaini. Beberapa foto di antaranya juga menunjukkan bagaimana kediaman Widjojo kerap diubah menjadi tempat diskusi yang kental dengan nuansa akademis dalam mencari solusi permasalahan perekonomian bangsa kala itu.

Melalui buku Widjojo Nitisastro:

Panditaning Para Raja, Widjajalaksmi ingin menampilkan potret utuh dari buah karya dan pemikiran Widjojo secara objektif. Meski Widjojo kini telah tiada, buku ini juga akan menjadi jejak abadi dari per juangan penuh dedikasi dan buah pemikiran cemerlangnya yang dapat membe rikan pembelajaran berharga bagi setiap yang membacanya.

Karena itu, meski detak Sang Arloji Swiss kini telah terhenti, kehadiran buku ini diharapkan dapat mengidupkan kembali gema detak yang sama pada "Arloji-Arloji Swiss" baru, yaitu para generasi penerus.   Oleh Adysha Citra R, ed: Nina Chairani  

Widjojo memiliki satu kepekaan untuk melihat permasalahan ekonomi secara utuh, tidak hanya secara teknis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement