Ahad 15 May 2016 16:32 WIB

Saprahan, Tradisi Makan ala Pontianak

Red: operator

Saprahan adalah budaya makan yang ada di Kota Pontianak.

Menurut Kepala Disbudpar Kota Pontianak, Hilfira Hamid di Pontianak, pekan lalu, banyak filosofi yang terkandung dalam budaya makan saprahan. Dari sisi etika yakni menghormati orang yang lebih tua, menghargai pimpinan atau orang yang dihormati. Selain itu juga adanya rasa kekeluargaan dan kebersamaan menyatu dalam tradisi makan saprahan.

"Makanan yang sama-sama dinikmati, artinya dengan makan saprahan ini istilahnya duduk sama- sama rendah, berdiri sama tinggi, dan makanan yang dinikmati juga secara bersama-sama," ujarnya dalam seminar tentang saprahan.

Dalam tradisi makan saprahan, banyak terkandung bagaimana bersikap sopan saat menikmati sajian atau hidangan makanan dalam sebuah acara. Dalam kegiatan yang sama juga diajarkan bagaimana sikap duduk yang baik, kaum pria duduk bersila sedangkan kaum wanita duduk bersimpuh.

Sementara itu, Rahmaniah salah seorang pemateri seminar makan saprahan, menyatakan adat saprahan adalah adat makan bersama duduk di lantai yang dilakukan oleh masyarakat Melayu Pontianak dalam berbagai acara seperti pernikahan, khitanan, dan acara syukuran lainnya.

"Dalam acara saprahan, semua hidangan makanan disusun secara teratur di atas kain saprah," katanya.

Tradisi saprahan ini, lanjutnya mengandung makna duduk sama rendah, berdiri sama tinggi sebagai wujud kebersamaan, keramahtamahan, kesetiakawanan sosial serta persaudaraan. "Tujuannya untuk mewujudkan acara makan bersama secara tertib bernuansa khas Melayu Pon tianak serta mempererat tali silaturahim antar sesama masyarakat," ujarnya.

Peralatan dan perlengkapan dalam adat saprahan mencakup kain saprahan, piring makan, kobokan beserta serbet, mangkuk untuk nasi, mangkuk untuk lauk hidangan, sendok untuk nasi dan lauk serta gelas minuman.

"Menu utama hidangan adat saprahan di antaranya nasi putih atau kebuli, semur daging, sayur dalcah, sayur pacri nenas atau terong, selada, acar telur, sambal bawang, air serbat dan kue tradisional khas Kota Pontianak," katanya.

Namun untuk proses menyajikan hidangan saprahan, tidak hanya sekadar meletakkan di atas kain saprahan, yakni ada ketentuan adat yang harus dilakukan, misalnya pakaian yang dikenakan petugas yang menyajikan hidangan, cara berjalan, duduk serta bergerak maju mundur dan lainnya.

"Petugas penyaji hidangan saprahan tidak boleh membelakangi tamu yang hadir," katanya.  antara, ed: Nina CH

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement