Jumat 20 Nov 2015 17:00 WIB

Antara Nelayan dan Pasar Modal

Red:

Gerakan Nasional "Yuk Nabung Saham" digalakkan jajaran Bursa Efek Indonesia (BEI) di seluruh pelosok Tanah Air. Salah satunya di Desa Air Anyir, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Pangkal Pinang.

Masyarakat setempat yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan ternyata sering kebingungan ketika akan berinvestasi karena sering terjebak dengan investasi bodong.

Kepala Desa Air Anyir Syamsul BN mengakui hal tersebut. Maka, ketika gerakan ini masuk ke daerahnya, dia menyambut baik dan berharap program "Yuk Nabung Saham" ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Selain masyarakat Desa Air Anyir, program ini juga akan berlanjut ke masyarakat di desa lain di Provinsi Bangka Belitung. Itu seperti Desa Lampur, Desa Penyak, dan Desa Kurau. Program sosialisasi ini akan dilakukan hingga program "500 Nelayan Menggapai Lantai Bursa" dapat terpenuhi.

Pada Rabu (18/11) kemarin, PT BEI Kantor Perwakilan Batam mengadakan sosialisasi pasar modal kepada masyarakat nelayan di Desa Air Anyir. Sosialisasi tersebut terlaksana berkat kerja sama dengan Galeri Investasi BEI di STIE IBEK Pangkalpinang dan PT Phillip Securities Indonesia.

Kepala Kantor BEI Perwakilan Batam Marco Kawet mengatakan, sosialisasi ini untuk mengubah pemahaman masyarakat setempat tentang pasar modal melalui gerakan nasional "Yuk Nabung Saham."

Dalam sosialisasi itu, pihaknya mengajak masyarakat agar dapat berinvestasi secara baik dan benar di pasar modal. "BEI ingin mengubah saving society menjadi investment society dengan mengajak masyarakat menabung sambil berinvestasi dalam bentuk portofolio baik saham maupun reksa dana," ujarnya di Pangkal Pinang, Rabu (18/11).

Branch Support Coordinator Phillip Securities Indonesia Ivan Chandra menilai, program Yuk Nabung Saham membuat masyarakat dapat menentukan sendiri nominal dana yang akan didebet untuk dikonversikan ke dalam portofolio saham maupun reksa dana. "Ini bisa dilakukan secara berkelanjutan setiap bulannya," ungkapnya.

Total investor di Provinsi Bangka Belitung sampai dengan 31 Oktober 2015 telah mencapai 950 subrekening efek. Dari segi jumlah single investor identification (SID), sudah mencapai 843 dengan nilai transaksi mencapai Rp 12,39 miliar pada 17 November 2015.

Sementara, di Jakarta Bank Indonesia (BI) menyelenggarakan Festival Cinta Nontunai Cinta Rupiah, pada Kamis-Sabtu, 19-21 November. Dalam kegiatan tersebut, Bank sentral mengajak masyarakat untuk semakin mengenal sistem pembayaran nontunai sekaligus mencintai mata uang rupiah.

BI juga menggandeng perbankan, kegiatan usaha penukaran valuta asing, dan perusahaan pengembang inovasi jasa sistem pembayaran untuk bersama-sama memberi edukasi kepada masyarakat.

Kepala Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran BI Enny V Panggabean menjelaskan, kegiatan festival tersebut bertujuan mendorong masyarakat untuk menggunakan alat pembayaran nontunai, khususnya uang elektronik, mengingat keunggulannya dalam hal efisiensi, kemudahan, dan keamanan.

"Kegiatan ini diharapkan dapat mengajak masyarakat untuk lebih mencintai rupiah dan menggunakannya dalam setiap transaksi di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Enny dalam sambutannya.

Enny menambahkan, pada Oktober 2015 terdapat sembilan bank yang bertindak sebagai penerbit uang elektronik dan 11 penerbit nonbank. Saat ini jumlah uang elektronik yang telah beredar mencapai lebih dari 43 juta instrumen, dengan volume transaksi sekitar 450 juta dan nilai nominal mencapai Rp 4,3 triliun.

Hal itu menunjukkan, uang elektronik mulai digunakan oleh masyarakat Indonesia.  "Penggunaan uang elektronik dalam aktivitas sehari-hari banyak digunakan untuk transaksi yang nilainya relatif kecil, seperti biaya parkir, pembayaran tol, dan transportasi," ucapnya.

Festival Cinta Nontunai Cinta Rupiah merupakan kelanjutan dari pencanangan Gerakan Nasional Nontunai (GNNT) pada 14 Agustus 2014. Kegiatan itu menjadi bagian dari pelaksanaan empat aspek utama yang menjadi sasaran GNNT. Yakni, perubahan budaya masyarakat ke arah nontunai, perluasan layanan pembayaran nontunai, pengembangan infrastruktur pendukung, dan harmonisasi ketentuan.

Menurutnya, dalam pelaksanaan GNNT juga dibutuhkan dukungan seluruh pihak, baik perbankan selaku penerbit instrumen nontunai, pelaku industri, pedagang atau merchant, maupun sektor layanan publik lainnya. Sehingga, diharapkan masyarakat Indonesia pun akan semakin akrab dengan sistem pembayaran nontunai. n ed: zaky al hamzah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement