Jumat 02 Oct 2015 16:00 WIB

Bermain Bola di Atap Jakarta

Red:

Di tepi barat, mentari sudah bersiap untuk terlelap. Namun, di salah satu sudut kota Jakarta, belasan anak tampak sibuk berlarian menaiki anak tangga menuju atap Gedung Pasar Mampang, Jakarta Selatan. Tujuan mereka satu, menghabiskan hari dengan bermain sepak bola. Dengan sederhana, mereka membuat gawang dari sendal jepit yang mereka injak. Dalam sekejap, atap gedung yang tadinya sunyi kini riuh dengan suara-suara belasan anak tersebut.

Di bawah langit sore, mereka bermain sepak bola dengan semangat, hingga tak jarang lelah menemani mereka di antara deretan keangkuhan gedung-gedung pencakar langit Jakarta. Atap gedung itu menjadi pilihan sarana olahraga dan bermain sepak bola bagi mereka yang notabane bertempat tinggal di belakang Pasar Mampang.

Dalam sela-sela pertandingan, Galang (14) berucap, "Kita gak punya lapangan, Bang. Gang rumah kita sempit. Makanya, kita main di sini, asyik, besar tempatnya." Sering kali, jika tendangan mereka terlalu kencang dan keluar dari gedung, salah satu dari mereka harus bersusah payah memanjat atap gedung hanya untuk mengambil bola.

Keberadaan lapangan sepak bola di Jakarta memang kian sukar ditemukan. Pemandangan anak-anak Jakarta bermain sepak bola di lapangan sepak bola yang layak pun makin jarang terlihat. Kalaupun ada lapangan, mereka harus membayar sewa. Alhasil, bermain bola di Jakarta kini menjadi permainan bagi kalangan minoritas yang berkecukupan uang. Bagi mereka yang tidak memiliki uang untuk menyewa lapangan, akhirnya memilih untuk bermain sepak bola di lokasi yang bukan pada tempatnya, seperti di atap gedung, bantaran kali, parkiran perkantoran, kolong jembatan, bahkan jalan raya.

Hal ini tentu harus juga mendapat perhatian dari Pemerintah DKI Jakarta. Keberadaan lapangan sepak bola atau fasilitas olahraga lainnya yang dapat diakses oleh semua kalangan sudah semestinya tersedia. Bukan tidak mungkin, dengan keberadaan lapangan sepak bola yang layak dapat memunculkan bibit-bibit baru calon pesepak bola masa depan Indonesia. Editor : Edwin Dwi Putranto

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement