Rabu 01 Jul 2015 17:00 WIB

Ekspresi Seni Sang Pengayuh Becak

Red:

Becak lazim ditemui di kota Yogyakarta. Alat transportasi roda tiga yang mengandalkan kekuatan fisik sang pengayuh ini bahkan telah menjadi ciri khas lain dari kota Yogya selain andong atau delman.

Sekilas tidak ada yang berbeda dengan tampilan becak di Yogya dengan becak di daerah lainnya. Namun jika diperhatikan lebih seksama ada satu ciri yang melekat dari becak yang berseliweran di kota gudeg itu yakni adanya gambar-gambar yang unik, lucu, indah, bahkan norak yang di dalamnya sering pula disertai tulisan di bagian sepat bor atau sisi samping becak.

Pada sisi sepatbor itulah sang pemilik menuangkan ide-ide bahkan doa dan harap annya. Ada yang berupa kritikan maupun sindiran kondisi politik kekinian, sepenggal tentang kisah Sultan Hamengkubuwono atau pemandangan alam pedesaan. Begitu beragam dan berwarna, sederhana namun tak lepas dari kesan estetika sehingga dapat memikat penumpang yang dapat menambah pundi rizki para pengayuh becak.

Seniman lukis sepatbor becak Yogya karta yang telah melukis sejak tahun 1960- an, Tjipto Setiono (80) menuturkan, perkembangan seni lukis sepatbor becak di Yogya karta kini telah banyak mengalami per ubah an. Dulu, tulisan ataupun lukisan di sisi becak terkesan seragam, namun kini tidak lagi. "Setelah Soeharto turun, bisa be bas mau gambar apa aja, dulu cuma merah putih," ujar Tjipto.

Sepatbor becak sering dijadikan wahana tukang becak atau pemiliknya untuk meng aktualisasikan dirinya. Melalui sepatbor becak tersebut pemilik, pengemudi, atau pelukisnya menjadi merasa ada. Entah itu utuh entah separuh, entah sepersekian dari keseluruhan jati dirinya. Melalui sepatbor itu tertuang sebagian isi hati pemilik, pengemudi, atau pelukisnya. ¦ ed: edwin dwi putranto

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement