Rabu 06 May 2015 16:00 WIB

Kamp Pengungsi Galang, Saksi Bisu Tragedi Kemanusiaan

Red:

Perang saudara yang melanda Vietnam dan Kamboja pada 1955-1975 banyak menyimpan kisah pilu bagi warganya. Kisah yang beberapa di antaranya sampai ke wilayah negara kita, Indonesia.

Adalah Pulau Galang, satu dari ratusan pulau di Kepulauan Riau yang menjadi saksi perjuangan manusia yang berusaha menyelamatkan dirinya dari peperangan. Berjuang untuk menggapai masa depan yang lebih baik.

Di pulau ini terdapat Kamp Pengungsian Galang, tempat ratusan ribu pengungsi Indo-Cina (Vietnam dan Kamboja) tinggal hingga diberangkatkan ke negara lain tujuannya. Tercatat, sekitar 170 ribu jiwa pernah tinggal di kamp ini. 

Mereka mulai berdatangan pada 1975 meninggalkan kampung halamannya. Berjuang berbulan-bulan menyeberangi lautan luas dengan menggunakan perahu dan fasilitas seadanya, mereka berdesakan di atas perahu dengan jumlah penumpang melebihi kapasitasnya.  Tercatat, pengungsi terakhir meninggalkan kamp ini pada 1996. Mereka kebanyakan diterima di negara ketiga, seperti di Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan beberapa dikembalikan ke negara asalnya.

***

Mendung yang menggelayut menambah suasana kelam di kamp ini. Dulu, tempat ini layaknya sebuah kota yang ramai dengan kegiatan penduduknya. Berbagai fasilitas, seperti sekolah, tempat ibadah, rumah sakit, bahkan kantor polisi lengkap dengan sel tahanan terdapat di tempat ini.

Sepi sunyi, sesekali ditimpali suara monyet liar menambah suasana mencekam. Beberapa bangunan barak pengungsi tampak diselimuti semak belukar yang tebal. Kantor United Nation High Comissioner for Refugees (UNHCR) bahkan telah ambruk. Sementara, rumah-rumah ibadah, seperti gereja dan vihara-vihara relatif terjaga keutuhannya.

Sebuah bangunan difungsikan sebagai museum yang menyimpan berbagai artefak yang ditinggalkan para pengungsi. Mulai dari perabotan rumah tangga  hingga ratusan pas foto para pengungsi.

Beberapa perahu yang digunakan para pengungsi sengaja didatangkan ke dalam kamp. Perahu-perahu berbagai ukuran ini menjadi cikal bakal sebutan bagi para pengungsi ini dengan sebutan Manusia Perahu.

Beberapa kilometer selepas dari kamp pengungsian, terdapat pemakaman para pengungsi. Di atas sejumlah makam ini dibuat patung separuh badan ‘pemilik’ makam tersebut.  Di makam ini pun terdapat sebuah prasasti besar bertuliskan Dedicated to The People Who Died in The Sea on The Way to Freedom.  Disukai atau tidak oleh Pemerintah Vietnam saat ini, Kamp Galang akan terus menjadi saksi bisu kisah pilu dan keberanian para Manusia Perahu saat itu. Yogi Ardhi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement